Berpikir kreatif merupakan kompetensi dan keterampilan utama yang harus digali untuk menyambut revolusi industri 4.0 dan konsepsi pendidikan abad ke-21. Mengapa? Karena penelitian telah menunjukkan bahwa pekerjaan kreatif akan mengambil alih di masa depan. Hal tersebut disebabkan oleh pekerjaan rutin yang mengulang akan diambil alih oleh robot dan proses otomatisasi lainnya (Karim & Daryanto, 2017, hlm. 12).

Untuk mencapai tujuan tersebut, Kemdikbud telah mengadaptasi tiga konsep pendidikan abad 21 yang meliputi scientific approach dan authentic learning and authentic assessment guna mengembangkan pendidikan menuju Indonesia Kreatif tahun 2045. Hal tersebut juga dilakukan untuk mencapai kesesuaian konsep dengan kapasitas siswa serta kompetensi pendidik dan tenaga pendidikannya.

Di luar berbagai kebutuhan di atas pun, berpikir kreatif sejatinya telah memiliki manfaat serta urgensi yang tidak kalah penting. Menurut Munandar (2016) kreativitas amatlah penting untuk dibangun karena:

  1. Orang yang dapat berkreasi dan mengekspresikan diri ialah keperluan yang esensial pada aktivitas individu.
  2. Pemecahan suatu masalah dapat dipecahkan melalui adanya berbagai kemungkinan alternative sebagai wujud kreativitas.
  3. Kreativitas yang dilakukan dengan merepotkan diri dengan seimbang dapat memuaskan seorang individu.
  4. Kualitas hidup seseorang dapat ditingkatkan, salah satunya dengan berkreativitas.

Dengan demikian, berpikir kreatif merupakan keterampilan dan kompetensi yang penting diasah baik untuk peserta didik, guru, maupun masyarakat pada umumnya agar memiliki daya kompetisi yang kuat di zaman yang tidak lama lagi akan serba diotomatisasi oleh kecerdasan buatan. Berikut adalah berbagai uraian mengenai berpikir kreatif mulai dari pengertian, ciri, indikator, proses, dsb.

Pengertian Berpikir Kreatif

Pada hakikatnya berpikir kreatif amatlah berkaitan dengan penemuan sesuatu yang baru, seperti yang diungkapkan oleh Harriman (2017, hlm. 120) yang menyatakan bahwa berpikir kreatif adalah suatu pemikiran yang berusaha menciptakan gagasan yang baru. Namun demikian, berpikir kreatif juga melibatkan suatu proses sistematis untuk mencapai kebaruannya.

Menurut Young & Balli (dalam Bergili, 2015, hlm. 2) berpikir kreatif dapat didefinisikan sebagai seluruh rangkaian kegiatan kognitif yang digunakan individu dalam menghadapi masalah dari suatu kondisi sehingga mereka mencoba menggunakan imajinasi, kecerdasan, wawasan dan ide-ide ketika mereka menghadapi suatu situasi atau masalah tersebut. Berpikir kreatif adalah serangkaian proses untuk memahami masalah, membuat tebakan, hipotesis tentang masalah, mencari jawaban, mengusulkan bukti, dan akhirnya melaporkan hasil untuk diaplikasikan dalam proses penciptaan.

Namun demikian menciptakan hal yang sangat baru sangatlah tidak mudah. Bahkan jika kita runut asal-muasal suatu hal, maka kita tidak akan ada habisnya menemukan bahwa berbagai hal yang kita anggap baru sebetulnya sudah pernah ada sebelumnya. Akan tetapi hal tersebut bukanlah penghambat kreativitas. Mengapa? Karena berpikir kreatif adalah kemampuan seseorang untuk menciptakan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata, dalam bentuk ciri-ciri aptitude maupun non aptitude, dalam karya baru maupun kombinasi dengan hal-hal yang sudah ada, dan semuanya relatif berbeda dengan yang sudah ada sebelumnya.

Dapat disimpulkan bahwa berpikir kreatif adalah seluruh rangkaian pemikiran atau proses kognitif yang dilakukan secara sistematis agar dapat menciptakan sesuatu yang baru atau relatif berbeda dengan yang sudah ada sebelumnya, baik dari hal yang benar-benar belum ada maupun kombinasi dengan hal-hal yang sudah ada.

Ciri-Ciri Berpikir Kreatif

Selain melalui definisinya, kita juga dapat mengenal berpikir kreatif dari karakteristik atau ciri yang menyelimutinya. Adapun ciri-ciri kemampuan dari berpikir kreatif yaitu Menurut Susanto (2016, hlm. 102) ciri-ciri peserta didik yang kreatif dapat ditinjau dari dua aspek yaitu aspek kognitif dan efektif, yakni sebagai berikut.

  1. Aspek kognitif
    Ciri-ciri kreativitas yang berhubungan dengan kemampuan berpikir kreatif atau divergen., yang ditandai dengan adanya beberapa keterampilan tertentu, seperti : keterampilan berpikir lancar, berpikir luwes/fleksibel, berpikir orisinal, keterampilan merinci, dan keterampilan menilai. Makin kreatif seseorang, maka ciri-ciri ini makin melekat pada dirinya.
  2. Aspek afektif
    Ciri-ciri kreatif yang lebih berkaitan dengan sikap dan perasaan seseorang, yang ditandai dengan berbagai perasaan tertentu, seperti : rasa ingin tahu, bersifat imajinatif/fantasi, sifat berani mengambil resiko, sifat menghargai, percaya diri, keterbukaan terhadap pengalaman baru.

Indikator Berpikir Kreatif

Menurut Guilford (dalam Munandar, 2014) indikator berpikir kreatif adalah sebagai berikut.

  1. Kelancaran berpikir (fluency of thinking),
    yaitu kemampuan untuk menghasilkan banyak ide yang keluar dari pemikiran seseorang secara cepat. Dalam kelancaran berpikir, yang ditekankan adalah kuantitas, dan bukan kualitas.
  2. Keluwesan berpikir (flexibility),
    yaitu kemampuan untuk memproduksi sejumlah ide, jawaban-jawaban atau pertanyaan-pertanyaan yang bervariasi, dapat melihat suatu masalah dari sudut pandang yang berbeda-beda, mencari alternatif atau arah yang berbeda-beda, serta mampu menggunakan bermacam-macam pendekatan atau cara pemikiran. Orang yang kreatif adalah orang yang luwes dalam berpikir. Mereka dengan mudah dapat meninggalkan cara berpikir lama dan menggantikannya dengan cara berpikir yang baru.
  3. Elaborasi (elaboration),
    yaitu kemampuan dalam mengembangkan gagasan dan menambahkan atau memperinci detail-detail dari suatu objek, gagasan atau situasi sehingga menjadi lebih menarik.
  4. Originalitas (originality),
    yaitu kemampuan untuk mencetuskan gagasan unik atau kemampuan untuk mencetuskan gagasan asli.

Tabel Indikator Berpikir kreatif

Munandar (2014, hlm. 113) menguraikan indikator berpikir kreatif secara rinci melalui tabel di bawah ini.

No.IndikatorDeskripsi
1.Kelancaran berpikir/Kefasihan (Fluency)
  1. Mencetuskan banyak ide, banyak jawaban, banyak penyelesaian masalah, banyak pertanyaan dengan lancar.
  2. Memberikan banyak cara atau saran untuk melakukan berbagai hal.
  3. Memikirkan lebih dari satu jawaban.
2.Kelenturan/Fleksibilitas (Flexibility)
  1. Menghasilkan gagasan, jawaban, atau pertanyaan yang bervariasi.
  2. Melihat suatu masalah dari sudut pandang yang berbeda-beda.
  3. Mencari banyak alternative atau arah yang berbeda-beda.
  4. Mampu mengubah cara pendekatan atau cara pemikiran.
3.Elaborasi/Elaboration
  1. Mampu memperkaya dan mengembangkan suatu gagasan atau produk.
  2. Menambah atau merinci detail-detail dari suatu objek, gagasan, atau situasi sehingga menjadi lebih menarik.
4.Keaslian/Originality
  1. Mampu melahirkan ungkapan yang baru dan unik.
  2. Memikirkan cara yang tidak lazim.
  3. Mampu membuat kombinasi-kombinasi yang tidak lazim dari bagian-bagiannya.

Faktor Pendorong Kreativitas

Menurut Uno & Mohamad (2017, hlm. 154-156) ada beberapa faktor pendorong dan penghambat kreativitas yang meliputi:

  1. Kepekaan dalam melihat lingkungan;
  2. Kebebasan dalam melihat lingkungan/bertindak;
  3. Komitmen kuat untuk maju dan berhasil;
  4. Optimis dan berani ambil resiko, termasuk risiko yang paling buruk;
  5. Ketekunan untuk berlatih;
  6. Hadapi masalah sebagai tantangan;
  7. Lingkungan yang kondusif, tidak kaku, dan otoriter.

Sementara itu, beberapa faktor penghambat kreativitas meliputi:

  1. Malas berpikir, bertindak, berusaha, dan melakukan sesuatu;
  2. Implusif;
  3. Anggap remeh karya orang lain;
  4. Mudah putus asa, cepat bosan, tidak tahan uji;
  5. Terlalu cepat puas;
  6. Tak berani tanggung risiko;
  7. Tidak percaya diri (Uno & Mohamad, 2017, hlm. 154-156).

Faktor Penghambar Kreativitas

Lebih lanjut, menurut Shallcross (dalam Aulia, 2018, hlm. 38) faktor penghambat kreativitas terbagi menjadi beberapa aspek sebagai berikut.

  1. Kendala Historis
    Kendala historis mengacu pada suatu periode dalam sejarah yang merupakan puncak keberhasilan kreatif seseorang dalam hidup, sebaliknya ada juga periode yang tidak membantu atau bahkan menghalang pertumbuhan kreativitas pribadi dan kelompok.
  2. Kendala Biologis
    Pada sudut pandang biologis (genetik), sebagian ahli menekankan bahwa kreativitas ialah sifat genetik, sementara para ahli yang lainnya berkeyakinan bahwa lingkungan yakni penentu utama. Perlu dinyatakan bahwa gen genetik berfungsi saat menetapkan batas kecerdasan, tetapi biasanya dalam kasus kecerdasan kreatif, pewaris lebih banyak dipergunakan menjadi alasan dari pada realitas.
  3. Kendala Fisiologis
    Seseorang dikatakan mendapati kendala fisiologis dikarenakan ada terjadinya kerusakan indra yang disebabkan oleh penyakit ataupun terjadinya kecelakaan. Bila salah satu seseorang memiliki kepastian fisik tersebut kemungkinan terjadinya penghambatan kreativitasnya tersebut.
  4. Kendala Sosiologis
    Lingkungan sosial memiliki pengaruh pada ekspresi kreativitas. Lingkungan sosial yakni bagian terbaik yang memastikan apakah kita dapat mewujudkan kapasitas kreatif kita dan mengekspresikan keunikan kita. Ekspresi kreatif melibatkan risiko pribadi. Biasanya seseorang menarik diri dari pernyataan pemikiran atau pendapat agar merasa diterima di lingkungan tersebut.
  5. Kendala Psikologis
    Sebagian besar kendala yang diangkat selama ini meliputi faktor eksternal. Kebanyakan dari mereka dipergunakan menjadi sebab untuk tidak kreatif. Bahkan, sebagian orang beranggapan bahwa faktor eksternal menghalangi untuk memiliki jalan meningkatkan kreativitasnya. Maka dari itu cara mengatasinya, kita tidak perlu mendengarkan hal-hal yang berbau negatif baik itu dari masyarakat maupun orang lain.
  6. Kendala Diri sendiri
    Kendala Diri Sendiri atau Kendala Internal yang mengacu dari kerutinan, pandangan terhadap orang lain, sedikitnya berusaha, serta malas. Menimbulkan tidak terbiasa untuk berpikir kreatif. Maka dari itu kendala internal dapat diatasi dengan melawan kebiasaan tersebut seperti melakukan kegiatan positif yang dapat mengasah kemampuan berpikir serta menambah wawasan tentang hal yang baru.

Tahapan Proses Berpikir Kreatif

Tahapan proses berpikir kreatif menurut Wallas (dalam Munandar, 2014) terdiri dari persiapan, inkubasi, iluminasi, dan verifikasi yang akan dijelaskan pada pemaparan sebagai berikut.

  1. Persiapan
    Pada tahap ini individu berusaha mengumpulkan informasi atau data untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Individu mencoba memikirkan alternatif pemecahan masalah yang dihadapi dengan bekal ilmu pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki, individu mencoba menjajaki jalan yang mungkin ditempuh untuk memecahkan masalah tersebur. Namun, pada tahap ini belum ada arah yang tetap meskipun telah mampu untuk mengeksplorasikan berbagai alternatif pemecahan masalah.
  2. Inkubasi
    Pada tahap ini, proses pemecahan masalah dierami dalam alam prasadar, individu seakan-akan melupakannya. Jadi pada tahap ini individu seakan akan melepaskan diri dari masalah yang dihadapinya untuk sementara waktu, dalam artian tidak memikirkan secara sadar melainkan mengedepankan dalam alam prasadar. Proses ini bisa lama, bisa pula sebentar sampai kemudian inspirasi untuk pemecahan masalah muncul.
  3. Iluminasi
    Pada tahap ini telah timbul inspirasi atau gagasan-gagasan baru serta proses-proses psikologi yang mengawali dan mengikuti munculnya inspirasi atau gagasan baru. Proses Hal ini timbul setelah diendapkan dalam waktu tertentu.
  4. Verifikasi
    Pada tahap ini, gagasan yang timbul dievaluasi secara kritis dan konvergen serta dihadapkan pada realitas. Pada tahap ini, pemikiran dan sikap spontan harus diikuti oleh pemikiran selektif dan sengaja. Penerimaan secara spontan juga harus diikuti oleh pemikiran selektif dan sengaja. Penerimaan secara total harus diikuti oleh kehati-hatian dan imajinasi diikuti oleh pengujian yang realistis.

Referensi

  1. Aulia, Ulfah. (2018). Pengaruh Model Pembelajaran Discovery Learning Terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Pada Mata Pelajaran Matematika Siswa Kelas IV di MIN 10 Bandar Lampung Tahun Ajaran 2017/2018. Bandar Lampung: Universitas Islam Negeri Raden Intan.
  2. Bergili, B. (2015). Creative and critical thinking skills in problem-based learning environment. Journal of Gifted Education and Creativity, 2(2), 71-80.
  3. Harriman. (2017). Berpikir Kreatif. Journal of Chemical Information and Modeling 53(9):1689–99.
  4. Munandar, U. (2014). Pengembangan kreativitas anak berbakat. Jakarta: Rineka Cipta.
  5. Susanto, A. (2016). Teori Belajar Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta: Prenada Media Group.
  6. Uno, Hamzah B. & Mohamad, Nurdin. (2017). Belajar dengan Pendekatan PAILKEM: Pembelajaran Aktif, Inovatif, Lingkungan, Kreatif, Efektif, Menarik. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Gabung ke Percakapan

2tare

  1. terimkasih, sangat membantu, kalau mengembangkan pembuatan kuisioner berpikir kreatif apakah bisa dikembangkan dari deskripsi? atau sesua indikator dan deskripsi yang sudah tertera di atas ya?

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *