Daya tarik interpersonal adalah sikap seseorang mengenai orang lain di mana ketertarikan meliputi evaluasi sepanjang suatu dimensi yang berkisar dari sangat suka hingga sangat tidak suka (Mulyadi dkk, 2016, hlm. 13). Dalam proses interaksi sosial, seseorang memiliki ketertarikan kepada orang lain karena adanya pengalaman yang berharga dengan orang lain tersebut. Pengalaman ini menciptakan respon emosi yang positif sehingga menguatkan keinginan seseorang untuk selalu bersama orang lain tersebut (Clore & Byrne, 1974, dalam Suryanto, et. al., 2012).

Selanjutnya menurut Baron dan Byrne (2003) daya tarik interpersonal merujuk pada penilaian atau sikap seseorang terhadap orang lain, yang diekspresikan melalui dimensi dari sangat suka (strong liking) hingga sangat tidak suka (strong dislike). Lantas mengapa orang memilki daya tarik atau justru memiliki ketertarikan pada orang lain?

Menurut pandangan klasik, orang tertarik dengan orang lain karena terdapat penghargaan (rewards) dalam hubungan yang terjalin di antara mereka (Byrne & Clore, 1970; Lott & Lott, 1974, dalam Maryam 2018, hlm. 112). Penghargaan tersebut bisa secara langsung (seperti memberikan perhatian, dukungan, uang, status, informasi, dan lainnya) dan secara tidak langsung (seperti merasa lebih baik saat bersama orang yang cantik, cerdas, lucu, atau orang-orang yang kehadirannya bersama membuat kita baik).

Perspektif lainnya yaitu psikologi evolusi menyatakan bahwa manusia di dunia ini menunjukkan ketertarikan dan menyeleksi pasangan yang disukai untuk mendukung proses konsepsi, kelahiran, dan bertahan hidup untuk keturunan mereka (Buss, 2004; Schaller et. al.,2006; Simpson & Kenrick, 1997 dalam Maryam, 2018, hlm. 112). Selain itu, beberapa teori-teori mengenai ketertarikan dan daya tarik seseorang adalah sebagai berikut.

Teori-teori Mengenai Ketertarikan

Ada beberapa teori yang bisa menjelaskan mengapa manusia bisa saling tertarik satu dengan yang lain. Teori-teori yang menjelaskan mengenai keterkaitan tersebut  menurut Mulyadi dkk (2016, hlm. 16) di antaranya adalah sebagai berikut.

  1. Teori kognitif Teori
    kognitif menekankan proses berpikir sebagai dasar yang menentukan tingkah laku. Tingkah laku sosial dipandang sebagai suatu hasil atau akibat dari proses akal. Jika seseorang berpikir bahwa orang lain dapat memberikan keseimbangan terhadap apa yang kita cari maka kemungkinan besar kita akan menyukainya.
  2. Teori penguatan
    Teori penguatan berusaha menemukan bagaimana ketertarikan datang untuk pertama kalinya. Dasar teori ini cukup sederhana, yaitu bahwa orang ditarik oleh hadiah dan ditolak oleh hukuman. Semua ketertarikan antar pribadi diterangkan dalam hal belajar di mana untuk berhubungan secara positif dengan hadiah, dan untuk berhubungan secara negatif dengan perangsang hukuman. Kita kemudian akan lebih suka menjadi tertarik kepada orangorang yang menghadiahi atau menghargai kita daripada orang-orang yang menghukum kita dengan kritikan atau menghina kita.
  3. Teori interaksionis
    Teori ini dikembangkan di dalam situasi alamiah di mana suatu keputusan selalu dihubungkan kepada situasi sosial di mana seseorang menemukan dirinya. Teori ini lebih menitik beratkan pada ketertarikan antar pribadi sebagai suatu konsep.

Seiring dengan perkembangan psikologi sosial, semakin diketahui juga bahwa persoalan ketertarikan ini menyinggung banyak faktor yang mempengaruhinya. Berikut adalah pemaparan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi ketertarikan interpersonal.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketertarikan

Mengapa kita tertarik pada orang lain? Atau kenapa individu tertentu dapat tertarik pada individu yang lain? Menurut Maryam (2018, hlm. 112) secara umum beberapa faktor yang mendorong terjadinya ketertarikan antarindividu adalah sebagai berikut.

Faktor internal (faktor dari dalam diri kita)

Seseorang dapat tertarik pada orang lain karena dipengaruhi oleh faktor internal atau faktor dari dalam diri sendiri yang di antaranya adalah sebagai berikut.

  1. Harga diri
    Seseorang dengan harga diri yang tinggi cenderung memiliki keinginan untuk memberikan penghargaan sosial yang rendah, namun merasa percaya diri untuk mencarinya. Sedangkan seseorang dengan harga diri rendah, cenderung berkeinginan untuk memberikan penghargaan sosial yang tinggi, namun kurang percaya diri untuk memperoleh penghargaan tersebut (Brehm & Kassin dalam Maryam, 2018, hlm. 112).
  2. Motivasi sosial
    Adanya motivasi sosial dalam diri individu yang berupa kebutuhan untuk berafiliasi (need for affiliation) dan kebutuhan untuk berhubungan intim (need for intimacy) mendorong individu untuk memunculkan ketertarikan dalam hubungan sosial.
  3. Tekanan emosional (stress)
    Jika seseorang berada dalam situasi yang mencemaskan atau menakutkan, cenderung menginginkan kehadiran orang lain. Kehadiran orang lain tersebut mendorong rasa suka pada individu tersebut (Dayakisni & Hudaniah dalam Maryam, 2018, hlm. 113).
  4. Perasaan atau mood positif (positive emotional arousal)
    Kita cenderung tertarik atau menyukai orang lain yang kehadirannya bersamaan dengan munculnya perasaan positif, sekalipun perasaan positif ini tidak ada kaitannya dengan perilaku orang tersebut. Beberapa studi menunjukkan bahwa kita cenderung tertarik pada orang-orang yang kita temui saat sekeliling kita menyenangkan, sebaliknya ketertarikan kita terhadap orang lain berkurang saat sekeliling kita tidak menyenangkan seperti padat, bising, atau tercemar (Rotton, et. al., 1978; Glass & Singer, 1972, dalam Maryam, 2018, hlm. 113).

Faktor Eksternal (faktor dari luar diri kita)

Selain dari faktor internal, daya tarik juga dapat hadir dari konteks luar atau dari luar diri kita yang di antaranya adalah sebagai berikut.

  1. Ketertarikan fisik
    Penampilan fisik yang menarik memiliki keuntungan sosial, yaitu memunculkan ketertarikan pada orang lain dan lebih mudah mendapatkan bantuan (Hatfield & Sprecher, 1986, dalam Maryam, 2018, hlm. 113). Sebuah penelitian menunjukkan hasil bahwa sebagian besar orang percaya jika laki-laki dan perempuan yang menarik memiliki karakteristik positif, seperti menampilkan ketenangan, mudah bergaul, mandiri, dominan, gembira, seksi, mudah beradaptasi, sukses, lebih maskulin (untuk laki-laki) dan lebih feminin (untuk wanita) dibandingkan orang yang tidak menarik Baron & Byrne dalam Maryam, 2018, hlm. 113).
  2. Kesamaan (similarity)
    Kita cenderung menyukai orang-orang yang memiliki kesamaan dengan kita, dalam hal sikap, nilai, minat, latar belakang, atribut fisik, dan kepribadian. Mengapa demikian ? Pertama, kita cenderung menyukai orang lain di mana mereka memiliki sikap yang sama dengan diri kita, agar seluruh unsur kognitif kita konsisten. Kedua, orang yang memiliki kesamaan dengan kita cenderung lebih mudah menyetujui pandangan kita dan mendukung keyakinan kita tentang kebenaran pandangan tersebut. Ketiga, orang lain yang memiliki kesamaan dengan kita, mendorong kita untuk bisa memperkirakan bahwa interaksi yang terjalin di masa yang akan datang akan positif dan memberikan keuntungan (Dayakisni & Hudaniah dalam Maryam, 2018, hlm. 114).
  3. Kemampuan (ability)
    Kita cenderung menyukai orang lain yang secara sosial memiliki kemampuan, kompeten, dan cerdas karena bisa memberikan keuntungan (reward) kepada kita. Tipe kemampuan atau kompetensi yang penting tergantung pada sifat dari hubungan kita dengan seseorang (Taylor dkk dalam Maryam, 2018, hlm. 114). Keuntungan tersebut di antaranya mampu membantu kita untuk menyelesaikan masalah, mampu memberikan nasihat, dan sebagainya.

Faktor Situasional

Selain dari diri sendiri dan orang lain, ketertarikan juga dapat tumbuh sebagai akibat dari adanya situasi yang menyelubunginya yang di antaranya adalah sebagai berikut.

  1. Kedekatan (proximity)
    Orang cenderung menyukai orang lain yang tempat tinggalnya berdekatan. Hasil penelitian Festinger tentang pola pertemanan di perumahan mahasiswa yang sudah menikah menunjukkan bahwa mahasiswa akan berteman dengan orang yang dekat dengan tempat tinggalnya dibandingkan dengan yang jauh (Suryanto dkk dalam Maryam, 2018, hlm. 115). Terdapat beberapa alasan mengapa kedekatan menjadi faktor penentu ketertarikan interpersonal. Pertama, orang yang secara fisik dekat akan lebih mudah ditemui daripada orang yang jauh. Kedua, kedekatan sein gkali berkaitan dengan kesamaan. Ketiga, kedekatan biasanya akan meningkatkan keakraban.
  2. Keakraban (familiarity)
    Orang yang tinggal dekat dengan kita akan menjadi akrab, sehingga bisa memperkuat daya Tarik interpersonal. Semakin sering kita bertemu dengan seseorang, akan meningkatkan rasa suka kita terhadap orang tersebut (Taylor dkk dalam Maryam, 2018, hlm. 115)
  3. Kesukaan timbal balik (reciprocal liking)
    Saat kita mengetahui bahwa orang lain menyukai kita, bisa mempengaruhi ketertarikan kita kepada orang tersebut. Secara umum kita menyukai orang yang juga menyukai kita, sebaliknya kita cenderung tidak menyukai orang lain yang tidak menyukai kita.
  4. Saling melengkapi atau komplementer (complementary)
    Tidak selamanya orang menyukai orang lain karena adanya kesamaan-kesamaan. Perbedaan di antara individu juga bisa memunculkan ketertarikan satu sama lain. Misalnya, individu yang memiliki kepribadian dominan, biasanya hubungan interpersonal yang terjalin dengan orang yang sama-sama dominan tidak akan bertahan lama. Individu yang dominan membutuhkan partner yang submisif yang akan saling membantu memenuhi kebutuhan-kebutuhan mereka. Perilaku yang saling melengkapi memungkinkan untuk kepribadian dominan-submisif (Strong et. al, 1988, dalam Dayakisni & Hudaniah dalam Maryam, 2018, hlm. 116). Hasil penelitian Jones (Kruglanski & Mayseless, 1987, dalam Pines, 1999) menunjukkan bahwa saat kita menyukai seseorang yang memiliki opini berbeda dengan kita, kita bisa belajar hal baru dan bernilai dari orang tersebut (Maryam, 2018, hlm. 116).

Referensi

  1. Maryam, E.W. (2018). Psikologi sosial. Sidoarjo: UMSIDA Press.
  2. Mulyadi, S., Rahardjo, W., Asmarany, A.I, Pranandari, K.(2016). Psikologi sosial. Jakarta: Penerbit Gunadarma.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *