Pengertian Ingatan

Ingatan atau memori adalah gejala jiwa atau proses mental manusia yang menghubungkan pengalaman dengan masa lampau melalui kemampuan mengingat, menyimpan dan menimbulkan kembali pengalaman-pengalaman yang telah di alaminya (Saleh, 2018, hlm. 66). Apa yang telah pernah dialami oleh manusia tidak seluruhnya ditinggalkan lantas hilang begitu saja. Akan tetapi disimpan dalam ingatannya, dan jika diperlukan lagi, hal-hal yang disimpan itu dapat ditimbulkan kembali pada alam kesadaran.

Namun demikian, tidak berarti bahwa semua yang telah pernah di alami itu akan tetap tinggal seluruhnya dalam ingatan dan dapat seluruhnya ditimbulkan kembali. Terkadang bahkan sering kali ada hal-hal yang tidak dapat diingat kembali atau dengan kata lain ada hal-hal yang dilupakan. Oleh karena itu, Ingatan sangatlah bersinggungan dengan Kelupaan.

Sementara itu, menurut Warsah & Daheri (2021, hlm. 91) daya Ingatan (memory) adalah kekuatan jiwa untuk menerima, menyimpan, dan mereproduksi kesan-kesan. Mengingat adalah perbuatan menyimpan hal-hal yang sudah pernah diketahui atau dialami untuk pada suatu saat lain dikeluarkan dan digunakan kembali. Tanpa ingatan, maka hampir tidak mungkin seseorang mempelajari sesuatu.

Jenis Ingatan

Selain itu, sifat daya ingatan itu tidak sama pada tiap orang, oleh karena itu, sifat daya ingatan dibedakan menjadi:

  1. Ingatan yang mudah dan cepat: orang yang memiliki daya ingatan ini dengan cepat dan mudah menyimpan dan mencamkan kesan-kesan;
  2. Ingatan yang luas dan teguh: sekaligus seseorang dapat menerima banyak kesan dan dalam daerah yang luas;
  3. Ingatan yang setia: kesan yang telah diterimanya itu tetapi tidak berubah, tetap sebagaimana waktu menerimanya;
  4. Ingatan yang patuh: kesan-kesan yang telah dicamkan dan disimpan itu dengan cepat dapat direproduksi (Muhibbin, 2011 dalam Warsah & Daheri, 2021, hlm. 91).

Selanjutnya menurut Ahmadi (2021, hlm. 91) Ingatan adalah kekuatan jiwa untuk menerima, menyimpan dan memproduksikan kesan-kesan. Berdasarkan pengertian ingatan menurut para ahli tersebut, dapat kita simpulkan bahwa setidaknya terdapat tiga unsur dalam perbuatan ingatan, yaitu menerima kesan-kesan, menyimpan, dan memproduksikan.

Namun lebih dari itu, terdapat beberapa unsur lain yang terdapat pada suatu proses ingatan, untuk lebih jelasnya berikut adalah pemaparan mengenai proses dan unsur-unsur ingatan.

Proses Ingatan

Seseorang dapat mengingat suatu kejadian atau kesan-kesan, artinya, kejadian atau kesan yang diingat itu pernah dialami, atau dengan kata lain kejadian itu pernah di masukkan ke dalam jiwanya, kemudian di simpan dan pada suatu waktu kejadian itu ditimbulkan kembali dalam kesadaran. Dengan demikian maka ingatan merupakan kemampuan yang berkaitan dengan:

  1. kemampuan untuk menerima atau memasukkan (learning),
  2. menyimpan (retention), dan
  3. menimbulkan kembali (remembering) hal-hal yang telah lampau (woodworth dan marquis, 1957 dalam Saleh, 2018, hlm. 67).

Untuk lebih jelasnya, berikut adalah pemaparan mengenai masing-masing kemampuan yang dapat dilakukan oleh daya ingat pada manusia.

Fungsi Memasukkan (Learning)

Dalam ingatan yang disimpan adalah hal-hal yang pernah dialami oleh seseorang. Bagaimana seseorang dapat memperoleh pengalaman dapat dibedakan dalam dua cara, yaitu dengan cara tidak sengaja, dan dengan cara sengaja.

  1. Dengan cara tidak disengaja.
    Seseorang dapat memperoleh pengalaman dengan cara tidak disengaja namun tetap dimasukkan pada ingatannya. Contohnya adalah anak-anak yang masih belum memiliki beban untuk mengingat (kegiatan akademis, bisnis, dsb) mereka memperoleh pengalaman tidak dengan tidak sengaja, namun mereka dengan tidak sengaja pula tetap menyimpannya di dalam ingatan.
  2. Dengan cara sengaja.
    Seseorang memperoleh pengalaman-pengalaman dengan sengaja, yaitu apabila seseorang dengan sengaja memasukkan pengalaman-pengalamannya, pengetahuan-pengetahuannya dalam psikisnya. Dalam bidang ilmu atau kondisi pembelajaran, pada umumnya orang akan memperoleh pengetahuan dengan sengaja. Dengan demikian orang dengan sengaja mempelajari hal-hal atau keadaan-keadaan yang kemudian dimasukkan dalam ingatannya (Saleh, 2018, hlm. 69-70).

Penelitian-penelitian mengenai proses memasukkan ini menemukan bahwa ternyata pengetahuan individu untuk memasukkan apa yang dipersepsi atau apa yang dipelajari itu terdapat perbedaan satu dengan yang lain. Hal ini karena pada dasarnya fungsi memasukkan pada daya ingat ini adalah proses persepsi yang akan menghasilkan interpretasi berbeda pada setiap individu.

Cepat-Lambat Pemasukan

Selain itu, cepat atau lambat seseorang memasukkan apa yang dipersepsi atau apa yang dipelajari itu merupakan sifat ingatan yang berkaitan dengan kemampuan memasukkan (learning). Berhubungan dengan hal tersebut, salah satu persoalan psikologi adalah usaha untuk mencari tahui bagaimana caranya agar hal yang dipelajari atau yang dipersepsi oleh seseorang itu dapat cepat masuk dan dapat dengan baik disimpan oleh seorang individu.

Memory Span

Selain cepat atau lambatnya proses memasukan, setiap orang juga memilki kapasitas berbeda dalam kapasitas banyaknya materi yang dapat diingat atau dapat dimasukkan pada suatu yang disebut sebagai memory span. Individu yang dapat memasukan atau mempelajari banyak materi pada suatu waktu tertentu disebut sebagai seseorang yang memiliki ingatan yang luas.

Fungsi Menyimpan

Fungsi kedua dari ingatan adalah penyimpanan (retention) dari apa yang telah dipelajari atau apersepsi. Persoalan yang timbul berkaitan dengan fungsi ini adalah bagaimana agar yang telah dipelajari atau yang telah dimaksudkan itu dapat disimpan dengan baik, sehingga pada suatu waktu dapat ditimpulkan kembali dengan baik pula apabila dibutuhkan.

Kelupaan

Setiap proses memasukkan atau belajar akan meninggalkan jejak-jejak (traces) dalam jiwa seseorang, dan jejak ini untuk sementara disimpan dalam ingatan yang pada suatu waktu dapat ditimbulkan kembali. Traces atau jejak-jejak ini yang disebut sebagai memory traces. Sekalipun memory traces memungkinkan seseorang mengingat apa yang telah pernah dipelajari atau telah pernah dipersepsi, tetapi ini tidak berarti bahwa semua memory traces akan tetap tinggal dengan baik, karena memory traces pada suatu waktu dapat hilang, dan dalam kondisi tersebut, maka seseorang disebut telah mengalami kelupaan.

Kelupaan dapat terjadi karena materi yang disimpan dalam ingatan itu tidak sering ditimbulkan kembali dalam alam kesadaran, sehingga akhirnya manusia mengalami kelupaan. Interval mengambil peran dalam proses kelupaan ini, sehingga teori-teori mengenai kelupaan berpijak pada interval. Berikut adalah dua teori yang dapat mengungkapkan kenapa kelupaan dapat terjadi pada proses mental manusia.

  1. Teori Atropi
    Teori ini sering juga disebut teori disense atau teori disuse, yaitu suatu teori mengenai kelupaan yang menitik beratkan pada lama interval. Menurut teori ini kelupaan terjadi karena jejak-jejak ingatan atau memory traces telah lama tidak ditimbulkan kembali dalam alam kesadaran karena yang disimpan telah lama tidak ditimbulkan kembali, maka memory traces makin lama makin mengendap, hingga pada akhirnya orang akan mengalami kelupaan. Teori ini sebenarnya lebih bersumber pada aspek fisiologis, yaitu apabila otot-otot telah lama tidak digunakan, maka otot-otot tersebut tidak dapat menjalankan fungsinya dengan baik, yang akhirnya dapat mengalami kelumpuhan, demikian pula halnya dengan ingatan.
  2. Teori Interferensi
    Teori ini lebih menitikberatkan pada isi interval. Menurut teori ini kelupaan ini terjadi karena memory traces saling bercampur satu dengan yang lain dan saling mengganggu, saling berinterferensi sehingga hal ini dapat menimbulkan kelupaan. Jadi kalau seseorang mempelajari sesuatu materi, kemudian mempelajari materi yang lain, maka materi-materi itu akan saling mengganggu hingga menimbulkan kelupaan (Saleh, 2018, hlm. 77).

Kesetiaan Ingatan

Disamping memory traces itu dapat hilang memory traces juga dapat berubah tidak seperti semula. Terdapat kemungkinan bagian-bagiannya akan berubah, sehingga apabila ditimbulkan kembali untuk diingat, apa yang muncul tidak seperti pada waktu dipelajari hal tersebut hal ini yang disebut bahwa ingatan orang tersebut tidak setia, apa yang diingat dapat berubah dan berkurang dari keadaan pada waktu dipelajari. Bahkan bisa jadi ada bagian-bagian yang hilang yang tidak dapat diingat kembali. Dalam kondisi ini, biasanya individu tetap mengira dan merasa bahwa ingatannya adalah utuh dan setia, padahal tidak demikian.

Interval Penyimpanan

Interval penyimpanan jarak waktu antara memasukkan atau mempelajari dan menimbulkan kembali apa yang dipelajari itu (Saleh, 2018, hlm. 73). Secara skematis dapat dikemukakan sebagai berikut.

L—————-I——————-R

Dengan keterangan:

L = act of learning

I = interval

R = remembering

interval dapat dibedakan atas: lama interval, dan isi interval yang akan dijelaskan sebagai berikut.

  1. Lama interval,
    yaitu berkaitan dengan lamanya waktu antara pemasukan bahan (act of learning) sampai ditimbulkan kembali bahan itu (act of remembering). Lama interval berkaitan dengan kekuatan retensi. makin lama intervalnya, makin kurang kuat retensinya, atau dengan kata lain kekuatan retensinya menurun.
  2. Isi interval,
    yaitu berkaitan dengan aktivitas-aktivitas yang terdapat atau mengisi interval. Aktivitas-aktivitas yang mengisi interval akan merusak atau mengganggu memory traces, sehingga kemungkinan individu akan mengalami kelupaan (Saleh, 2018, hlm. 73).

Fungsi Menimbulkan Kembali

Fungsi ketiga dari ingatan adalah berkaitan dengan menimbulkan kembali dengan hal-hal dalam ingatan. Cara menimbulkan kembali apa yang disimpan dalam ingatan dapat ditempuh dengan dua cara, yaitu:

  1. mengingat kembali (to recall), dan
  2. mengenal kembali (to recognize).

Recall (Mengingat Kembali)

Pada mengingat kembali, orang dapat menimbulkan kembali apa yang diingat tanpa dibantu adanya objek sebagai stimulus untuk dapat diingat kembali. Jadi dalam hal mengingat kembali orang dapat dibantu dengan adanya objek. Misalnya orang dapat mengingat kembali tentang ciri-ciri penjambret yang menjambret tasnya, sekalipun penjambretan itu tidak ada.

Recognize (Mengenal Kembali)

Mengenal kembali orang dapat menimbulkan kembali apa yang diingat atau yang telah dipelajari dengan bantuan adanya objek yang harus diingat. Dengan demikian, dalam mengenal kembali orang dibantu dengan adanya objek yang perlu ditimbulkan kembali.

Misalnya ada sepeda yang hilang kemudian ditemukan oleh pihak kepolisian yang dan barang siapa yang kehilangan sepeda dapat melihat sepeda tersebut apakah sepeda itu miliknya atau bukan. Setelah seseorang melihat sepeda tersebut, dapat mengenal kembali bahwa sepeda itu adalah sepedanya yang hilang sebulan yang lalu. Mengenal kembali ini lebih mudah dibandingkan dengan mengingat kembali, karena mengenal kembali dibantu oleh adanya objek, maka besar kemungkinannya apa yang tidak dapat diingat kembali dapat dikenal kembali oleh seseorang.

Implicit & Explicit Memory

Meskipun mengenal kembali lebih mudah daripada mengingat kembali, namun keadaan menunjukkan bahwa mengenal kembali juga dapat terjadi kesalahan-kesalahan seperti pada mengingat kembali. Dalam kaitannya dengan menimbulkan kembali, ada ingatan yang ditimbulkan dengan eksplisit (explicit memory) di samping ada ingatan yang dinyatakan secara implisit (implicit memory) (Atkinson, dkk., 1996).

  1. Explicit Memory
    Memori eksplisit adalah ingatan yang diingat dengan sengaja dengan penuh kesadaran.
  2. Implicit Memory
    Memori implisit adalah ingatan yang secara otomatis atau seakan-akan tidak disadari teringan bahkan meluncur menjadi kata-kata yang keluar dari mulutnya.

Implicit memory pada umumnya bermanifestasi berkaitan dengan keterampilan (skill). Dengan latihan orang akan dapat lebih baik dalam kemampuannya, misalnya ia telah menguasai bahasa asing dengan baik, sehingga jika bicara, berbagai kata dan kalimat yang telah diingatnya dapat keluar secara “otomatis”. Hal semacam ini disebut sebagai expressed implicit memory.

Teori-Teori Ingatan

Telah diungkapkan sebelumnya bahwa salah satu persoalan yang ingin diungkap dalam psikologi mengenai ingatan adalah bagaimana  caranya seseorang dapat memasukan dan mengingat suatu pengalaman yang telah dialami dengan baik agar dapat dimunculkan dengan baik pula. Beberapa penelitian mengenai ingatan yang berusaha menjawab bagaimana cara mengingat suatu hal dengan baik tersirat dan tersurat pada beberapa teori yang telah dikemukakan oleh para ahli sebagai berikut.

Metode dengan melihat waktu atau usaha belajar (the learning time method)

Metode ini merupakan metode penelitian ingatan dengan melihat sampai sejauh mana waktu yang diperlukan oleh S (subjek) untuk dapat menguasai materi yang dipelajari dengan baik, misalnya dapat mengingat kembali materi tersebut tanpa kesalahan.

Metode belajar kembali (the relearning method)

Metode ini merupakan metode yang berbentuk, Subjek disuruh mempelajari kembali materi yang pernah dipelajari sebelumnya sampai pada suatu kriteria tertentu, seperti pada Subjek mempelajari materi tersebut pada pertama kali.

Metode rekontruksi

Metode ini merupakan metode yang berbentuk, Subjek disuruh mengonstruksi kembali sesuatu materi yang diberikan kepadanya. Subjek mengonstruksi itu dapat diketahui waktu yang digunakan, kesalahan-kesalahan yang dibuat sampai pada kriteria tertentu.

Metode mengenal kembali

Metode ini digunakan untuk mengambil kembali bentuk dengan cara pengenalan kembali. Subjek disuruh mempelajari sesuatu materi, kemudian diberikan materi untuk diketahui sampai sejauh mana yang dapat diingat oleh Subjek dengan bentuk pilihan benar salah, atau dengan pilihan ganda. Dalam bentuk pilihan ganda dari beberapa kemungkinan jawaban yang tersedia.

Metode mengingat kembali

Metode ini mengambil bentuk Subjek disuruh mengingat kembali apa yang telah dipelajarinya. Misalnya dengan menyuruh Subjek membuat karangan atau dengan cara mengisi isian. Ujian yang berbentuk esai ataupun isian merupakan bentuk metode mengingat kembali.

Metode asosiasi berpasangan

Metode ini mengambil bentuk Subjek disuruh mempelajari materi secara berpasang-pasangan. Untuk mengetahui sampai sejauh mana kemampuan Subjek mengingat apa yang telah dipelajari itu, maka dalam evaluasi salah satu pasangan digunakan sebagai stimulus, dan Subjek disuruh memberikan pasangan-pasangannya.

Referensi

  1. Saleh, A.A. (2018). Pengantar psikologi. Makassar: Penerbit Aksara Timur.
  2. Warsah, I., Daheri, M. (2021). Psikologi: suatu pengantar. Yogyakarta: Tunas Gemilang Press.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *