Daftar Isi ⇅
show
Kepemimpinan merupakan salah satu fungsi manajemen yang penting dari manajemen. Kemampuan untuk memimpin dengan efektif merupakan salah satu kunci untuk melaksanakan seluruh unsur-unsur manajemen dengan baik. Pemimpin harus melaksanakan semua fungsi peranannya untuk mengombinasikan sumber daya manusia dan sumber daya lainnya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kunci untuk melakukan ini ialah adanya peranan yang jelas dan tingkat kewenangan atau wewenang untuk menyokong tindakan-tindakan kepemimpinan.
Mungkin saat mendengar kata pemimpin, hal-hal yang terbesit dalam benak pikiran kita adalah seseorang yang memiliki komando serta kewenangan absolut dalam memberikan perintah yang wajib dilakukan oleh bawahannya. Padahal, intisari dari kepemimpinan adalah kesediaan orang-orang untuk mengikutinya. Artinya, kerelaan bahkan kemauan orang-orang di sekitarnyalah yang menjadikan seseorang menjadi pemimpin.
Dengan kata lain, seorang pemimpin harus memiliki daya tarik dan daya ikat untuk membuat orang-orang yang berada di sekitarnya rela dan senantiasa mau, bahkan termotivasi untuk selalu mengikuti arahan dan permintaannya. Di samping itu, orang-orang (termasuk anggota organisasi) juga cenderung mengikuti seseorang yang mereka anggap dapat menyediakan alat untuk mencapai hasrat, keinginan, dan kebutuhan mereka sendiri. Dengan demikian, bisa jadi seseorang yang tidak memiliki jabatan atau yang diberikan wewenang tinggi justru adalah pemimpin sebenarnya dalam suatu lingkungan organisasi.
Melihat berbagai fenomena di atas, maka dapat disimpulkan bahwa fungsi kepemimpinan merupakan hal kompleks yang tidak berujung pada masalah komando saja, melainkan banyak aspek dan konteks pendukung yang menyelubunginya. Berikut adalah berbagai uraian mengenai fungsi kepemimpinan dalam manajemen.
Pengertian Kepemimpinan
Menurut Firmansyah & Mahardhika (2018, hlm. 195) Kepemimpinan merupakan bagian dari fungsi Manajemen untuk mempengaruhi, mengarahkan, memotivasi dan mengawasi orang lain agar dapat melakukan tugas-tugas yang telah direncanakan sehingga mencapai sasaran dan tujuan organisasinya. Ya, memimpin berarti membimbing, menuntun, mengarahkan, dan mendahului, bukan memerintah saja.
Sementara itu, menurut Robbins (dalam Sadikin, 2020, hlm. 116) kepemimpinan adalah kemampuan mempengaruhi kelompok menuju tercapainya sasaran. Artinya, seorang pemimpin harus mampu memberikan pengaruh, bukan hanya arahan atau perintah langsung saja untuk mencapai tujuan organisasi.
Lebih lanjut Griffin (dalam Sadikin, 2020, hlm. 116) berpendapat bahwa menurutnya kepemimpinan adalah penggunaan pengaruh tanpa paksaan untuk membentuk tujuan-tujuan grup atau organisasi, memotivasi perilaku kearah tujuan tersebut dan membantu mendefinisikan kultur grup atau organisasi. Dengan demikian, arahan dan perintah yang diberikan seorang pemimpin harus dilakukan tanpa paksaan bahkan harus berbentuk kerelaan dan keikhlasan yang muncul sendiri dari orang-orang yang diperintahnya.
Dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan adalah fungsi manajemen yang mempengaruhi, mengarahkan, memotivasi, dan mengawasi anggota-anggota suatu organisasi atau kelompok tertentu untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan tanpa menggunakan paksaan namun justru didapatkan sendiri karena mereka merasa terpengaruhi, tergerakkan, dan termotivasi untuk melakukannya demi mencapai tujuan bersama.
Pengertian Pimpinan
Namun demikian, apa arti dari pemimpin yang merupakan pelaku dari fungsi kepemimpinan itu sendiri? Menurut FIedler (1970 dalam Krisnandi dkk, 2019, hlm. 174) definisi pemimpin adalah seseorang yang berada dalam kelompok, sebagai pemberi tugas atau sebagai pengarah dan mengoordinasikan kegiatan kelompok yang relevan, serta sebagai penanggung jawab utama. Menurutnya dalam sebuah organisasi ada pemisahan yang jelas di mana ada orang yang memberi tugas (pemimpin) dan ada yang diberi tugas (bawahan). Orang yang dipisahkan dari kelompoknya untuk dijadikan pemimpin adalah seorang yang memiliki atribut seperti kewibawaan, kekuasaan, kewenangan, keterampilan khusus, status dan lain-lain.
Selanjutnya, menurut Davis (1981 dalam Krisnandi dkk, 2019, hlm. 174), kepemimpinan ialah kemampuan untuk membujuk orang lain dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara antusias. Dengan demikian, kepemimpinan merupakan kecakapan atau kemampuan seseorang dalam membujuk orang lain agar orang tersebut mau bekerja keras untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Berdasarkan beberapa uraian di atas Krisnandi dkk (2019, hlm. 174) menyimpulkan bahwa pemimpinan adalah orang yang berwewenang untuk menugaskan dan berkemampuan untuk mempengaruhi bawahannya melalui suatu pola hubungan yang baik demi tercapainya tujuan.
Unsur-Unsur Kepemimpinan
Setiap kelompok orang yang berprestasi mendekati total kapasitasnya, mempunyai seseorang sebagai kepalanya yang terampil (skilled) dalam seni kepemimpinan. Menurut Firmansyah & Mahardhika (2018, hlm. 196) keterampilan kepemimpinan ini merupakan gabungan dari paling sedikit 4 unsur pokok, unsur-unsur kepemimpinan tersebut adalah sebagai berikut.
- Kekuasaan
Kemampuan memakai kekuasaan dengan efektif dan dengan cara yang bertanggung jawab. - Pemahaman orang-orang
Artinya, seorang pemimpin harus sanggup untuk memahami bahwa manusia itu mempunyai motivasi yang berbeda-beda pada waktu yang berbeda-beda dan dalam situasi yang berbeda-beda pula. - Kemampuan untuk mengilhami
Yaitu kemampuan mengilhami para pengikut untuk mencurahkan seluruh kemampuannya pada suatu pekerjaan atau proyek yang harus dilakukan. - Kemampuan untuk bertindak
Dalam artian seorang pemimpin harus dapat bertindak dengan cara yang dapat mengembangkan iklim yang menguntungkan untuk menanggapi dan membangkitkan motivasi.
Sementara itu, menurut Sadikin dkk (2020, hlm. 117) unsur-unsur kepemimpinan adalah sebagai berikut.
- Kumpulan Orang
Terdapat kumpulan orang yang menjadi pengikut untuk mencapai tujuan organisasi tersebut. Para pengikut akan menerima pengarah dan perintah dari pemimpin. Demikian pula, wewenang seorang pemimpin ditentukan oleh kepatuhan para pengikut untuk melaksanakan arahan dan perintah pemimpin. Semakin dilaksanakan dengan baik arahan dan perintah pemimpin oleh para pengikut, maka semakin besar wewenang pemimpin untuk mengatur para pengikutnya untuk melaksanakan tugasnya. - Kekuasaan
Kekuasaan merupakan kekuatan yang dimiliki seorang pemimpin untuk memengaruhi para pengikutnya dalam melaksanakan tugasnya. Pemimpin memiliki kekuasaan yang lebih besar dari kekuasaan yang dimiliki para anggota organisasi. Ada lima dasar kekuasaan yang dimiliki pemimpin, antara lain kekuasaan menghargai, kekuasaan memaksa, kekuasaan sah, kekuasaan rujukan, dan penguasaan keahlian. - Mempengaruhi
Unsur ketiga ini dari kepemimpinan adalah kemampuan pemimpin dalam menggunakan berbagai bentuk kekuasaan yang dimilikinya untuk memengaruhi para anggota organisasi agar mau melaksanakan tugasnya. Pemimpin harus mempunyai keahlian untuk dapat mempengaruhi anggota organisasinya. Meskipun sebenarnya pada dasar unsur ini menekankan pada pengikut, inspirasi juga dibutuhkan dari pimpinan. Para pemimpin memiliki kualitas daya tarik yang dapat menimbulkan kesetiaan, pengabdian, dan keinginan yang kuat dari para anggota organisasi untuk melakukan hal-hal yang diinginkan pemimpin. - Nilai
Kemampuan untuk menggunakan tiga unsur sebelumnya dan mengakui bahwa kemampuan berkaitan dengan nilai. James McGregor, dalam Stoner (1996 dalam Sadikin dkk, 2020, hlm. 118) mengatakan bahwa pemimpin yang mengabaikan komponen moral kepemimpinan mungkin dalam sejarah dikenang sebagai penjahat, atau lebih jelek lagi. Demikian moral sangat berkaitan dengan nilai-nilai dan persyaratan bahwa para pengikut diberi cukup pengetahuan mengenai alternatif agar dapat membuat pilihan yang telah dipertimbangkan jika tiba saatnya memberikan respons pada usulan pemimpin untuk memimpin (Bangun dalam Sadikin, 2020, hlm. 118).
Prinsip-Prinsip Kepemimpinan
Prinsip kepemimpinan merupakan berbagai asas atau acuan yang mendasari seperti apa seorang pemimpin harus bersikap dan bertindak agar mampu melaksanakan tugasnya dengan baik. Beberapa prinsip-prinsip kepemimpinan adalah sebagai berikut.
- Melayani
Prinsip pertama yang paling penting dan harus diketahui oleh seorang pemimpin adalah memberikan pelayanan yang baik sebagai tujuan utama. Menjadi pemimpin adalah tugas pengabdian. Prinsip yang melayani, seseorang pemimpin akan lebih mengutamakan kepentingan orang-orang yang dipimpinnya, dibandingkan lebih mendahulukan kepentingan pribadi atau kelompok. Pemimpin yang lebih mengutamakan kepentingan orang-orang yang dipimpinnya, akan mau turun langsung untuk melihat, menyaksikan dan mendengarkan keluhan, kesudahan, kesulitan dan persoalan yang dialami oleh bawahannya. - Membuat keputusan
Pembuatan keputusan merupakan tugas paling utama yang harus dilakukan oleh seorang pemimpin. Keberhasilan seorang pemimpin untuk menentukan kebijakan yang ingin dibuat atau ditetapkannya, diawali dengan sebuah keputusan strategis yang diambil pemimpin tersebut. Membuat keputusan merupakan fungsi-fungsi dasar berpikir, di mana proses penggunaan pikiran dalam mengarahkan pada suatu tindakan untuk menetapkan suatu pilihan. - Keteladanan
Pemimpin dinilai dari apa yang telah dilakukan atau diberikannya kepada organisasi dan orang-orang yang dipimpinnya. Pemimpin yang menunjukkan pengaruh baik dan memberikan nilai positif bagi organisasi dan pengikutnya, akan mampu menjadi teladan bagi yang dipimpinnya. Keteladanan seorang pemimpin ditunjukkan melalui sikap dalam memberikan inspirasi, membimbing dan memotivasi bawahan, memiliki kemampuan luas, kreatif, visioner, bekerja secara jujur dan ikhlas, serta memiliki perhatian dan kepedulian. - Bertanggung jawab
Menjadi pemimpin merupakan tanggung jawab besar yang harus diemban sebagai bentuk dari amanah, dukungan atau kepercayaan orang lain yang memiliki harapan kepada seorang pemimpin tersebut untuk melakukan perubahan yang lebih baik dari keadaan sebelumnya. - Bekerja sama
Pemimpin yang efektif akan mampu menciptakan budaya kerja sama tim yang baik diantara anggota organisasi, melakukan komunikasi yang efektif dengan para bawahan, serta menciptakan lingkungan kerja yang baik. Terciptanya kerjasama yang baik, maka seluruh pekerjaan akan diselesaikan dengan tepat waktu, tujuan yang diinginkan dapat dicapai dan para anggota organisasi akan bekerja dengan senaang hati. - Menciptakan perubahan
Pemimpin harus mampu membuat terobosan-terobosan baru sehingga suatu pembaharuan fundamental baik pada tubuh organisasi, produk atau jasa maupun bagi orang-orang yang dipimpinnya. Pemimpin yang memiliki inovatif dan kreativitas akan menghindari pola kerja yang bersifat rutinitas yang monoton sehingga tidak memberikan arah perkembangan yang baik bagi yang dipimpinnya. Kreativitas pemimpin juga akan berani menciptakan peluang-peluang dan menghadapi tantangan-tantangan besar dalam mencapai tujuan yang diinginkan (Tambunan, 2015, hlm. 59-71 dalam Sadikin dkk, 2020, hlm.124 ).
Tingkatan Kepemimpinan
Suatu organisasi atau bahkan suatu negara dapat memiliki banyak pemimpin sekaligus yang melakukan tugas dan aktivitas sesuai tingkatannya. Hal tersebut karena kepemimpinan dapat dibagi dalam beberapa tingkatan sesuai dengan besarnya tanggung jawab yang dipikul oleh pemimpin itu sendiri. Beberapa tingkatan kepemimpinan menurut Sadikin dkk (2020, hlm. 123) adalah sebagai berikut.
- Kepemimpinan Tim
Pemimpin yang memiliki tim beranggotakan berkisar sepuluh sampai dua puluh orang dengan tugas spesifikyang harus dicapai. Jenis dari kepemimpinan ini lebih mengarahkan kepada pekerjaan yang bersifat teknis kepada seorang tim atau kelompok kerja. Pemimpin ini berusaha untuk membimbing dan mengarahkan para bawahannya untuk melaksanakan dan menyelesaikan pekerjan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan, sehingga tercapai tujuan dari organisasi tersebut. - Kepemimpinan Operasional
Merupakan pemimpin salah satu dari bagian utama organisasi dan mengendalikan lebih dari satu pemipin tim, menjadi pemimpin dari para pemimpin (Tambunan dalam Sadikin dkk, 2020, hlm. 123). - Kepemimpinan Strategis
Merupakan pemimpin seluruh organisasi dan secara pribadi mengarahkan sejumlah pemimpin operasional. Fungsi seorang pemimpin strategis, yaitu: memberikan benarnya strategi dan kebijakan, membuat sesuatu terjadi (tanggung jawab eksekutif secara keseluruhan), mengorganisasi atau mereorganisasi (keseimbangan keseluruhan dan bagian-bagiannya), memberi semangat korporasi, menghubungkan organisasi dengan organisasi lainnya serta dengan masyarakat keseluruhan dan memilih pemimpin hari ini dan mengembangkan pemimpin masa depan.
Gaya Kepemimpinan
Gaya kepemimpinan adalah suatu sikap yang menjadi ciri khas tertentu dari seorang pemimpin untuk mempengaruhi karyawannya dalam mencapai tujuan organisasi (Mulyadi, 2018, hlm. 150). Menurut Sadikin dkk (2020, hlm. 118-121) gaya kepemimpinan terdiri atas beragam gaya dan beberapa gaya kepemimpinan tersebut adalah sebagai berikut.
Gaya Kepemimpinan Otokritis (Autocratic Leadership)
Pemimpin yang bertindak sebagai diktator terhadap anggota-anggota kelompoknya. Pemimpin otokritis adalah pemimpin yang memiliki wewenang dari suatu sumber, pengetahuan, kekuatan, atau kekuasaan untuk memberikan penghargaan ataupun menghukum. Seorang pemimpin yang otokritis ialah seorang pemimpin yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut.
- Menganggap organisasi sebagai milik pribadi.
- Mengidentikkan tujuan pribadi dengan tujuan organisasi.
- Menganggap bawahan sebagai alat semata-mata.
- Tidak mau menerima kritik, saran, dan pendapat e. Terlalu bergantung pada kekuasaan formalnya.
- Dalam tindakan sering mempergunakan pendekatan yang mengandung unsur paksaan dan punishing (bersifat menghukum).
Gaya Kepemimpinan Militeristis (Militarism Leadership)
Gaya militeristis adalah gaya kepemimpinan yang menggerakkan pegawainya dengan cara yang bergantung pada jabatannya, serta menuntut disiplin yang tinggi dan kaku. Seorang pemimpin yang bertipe militeristis adalah seorang pemimpin yang memiliki sifat-sifat seperti berikut.
- Lebih sering mempergunakan sistem perintah.
- Senang bergantung pada pangkat dan jabatannya.
- Senang pada formalitas yang berlebih-lebihan.
- Menuntut disiplin yang tinggi dan kaku dari bawahan e. Sukar menerima kritikan dari bawahannya.
- Menggemari upacara-upacara untuk berbagai keadaan.
Gaya Kepemimpinan Paternalistik (Paternalistic Leadership)
Gaya kepemimpinan paternalistik adalah gaya kepemimpinan yang mengayomi, karena menganggap pegawainya tidak bisa mengambil keputusan sendiri selalu bergantung kepada pimpinan dan selalu melindungi. Ciri-ciri gaya kepemimpinan paternalistik adalah sebagai berikut.
- Menganggap bawahannya sebagai manusia yang tidak dewasa.
- Bersikap terlalu melindungi (overly protective).
- Jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengambil inisiatif dan mengambil keputusan.
- Jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengembangkan daya kreasi dan fantasinya (Tambunan dalam Sadikin dkk, 2020, hlm. 119).
- Sering bersikap mahatahu.
Gaya kepemimpinan karismatis (Charismatic Leadership)
Kepemimpinan karismatis adalah konsep yang mengasumsikan bahwa karisma adalah suatu karakteristik individu dari pemimpin. Karisma adalah bentuk dari daya tarik interpersonal yang mengilhami dukungan dan penerimaan. Pemimpin yang cenderung karismatis cenderung memiliki kepercayaan diri yang tinggi, keyakinan-keyakinan dan cita-cita yang kuat, serta kebutuhan yang kuat untuk mempengaruhi orang lain. Dengan begitu, pemimpin karismatis memiliki daya penarik yang sangat besar dan umumnya memiliki pengikut dalam skala besar dan keikutsertaan anggota bersifat buta serta sangat setia kepada pimpinannya. Adapun karakteristik utama dari pemimpin karismatis adalah sebagai berikut.
- Percaya diri.
- Suatu visi, suatu tujuan ideal yang mengajukan suatu masa depan.
- Kemampuan untuk mengungkapkan visi dengan mudah.
- Keyakinan kuat mengenai visi itu.
- Perilaku yang diluar aturan.
- Dipahami sebagai seorang agen perubahan.
- Kepekaan lingkungan.
Gaya Kepemimpinan Demokratis (Democratic Leadership)
Gaya kepemimpinan demokratis disebut juga dengan gaya kepemimpinan modern dan partisipatif. Dalam pelaksanaan kepemimpinan, semua anggota diajak berpartisipasi menyumbangkan pikiran dan tenaga untuk mencapai tujuan organisasi. Pemimpin yang bertipe demokratis memiliki ciri-ciri sebagai berikut.
- Mengembangkan kreativitas anak buah.
- Memberikan kesempatan kepada anak buah untuk mengambil keputusan.
- Mengutamakan musyawarah dan kepentingan bersama.
- Mengambil keputusan sesuai dengan tujuan organisasi.
- Mendahulukan kepentingan yang darurat demi keselamatan jiwa. anak buahnya dan keselamatan organisasi yang dipimpin.
- Mengembangkan regenerasi kepemimpinan (Tambunan dalam Sadikin dkk, 2020, hlm. 120).
- Memperlus kaderisasi agar anak buahnya lebih maju dan menjadi pemimpin masa depan.
- Memandang semua masalah dapat dipecahkan dengan usaha bersama.
Kepemimpinan Partisipatif (Participative Leadership)
Pemimpin partisipatif yaitu pemimpin yang mendesentralisasi wewenang. Inti dari kepemimpin partisipatif adalah kepemimpinan yang berusaha untuk melibatkan, mengikutsertakan, memberdayakan semua anggota organisasi di dalam mendukung peran dan tanggung jawab seseorang pemimpin. Pemimpin partisipatif beranggapan bahwa dia bisa sukses dalam memimpin, bila melibatkan dan didukung oleh para anggota atau pengikutnya.
Kepemimpinan Bebas-Kendali (Free-rein Leadership)
Pemimpin bebas-kendali, yaitu pemimpin yang menghindari kuasa dan tanggung jawab. Pemimpin sebagian besar bergantung pada kelompok untuk menetapkan tujuan dan menanggulangi masalahnya sendiri. Anggota kelompok melatih dan menyediakan motivasi bagi diri mereka sendiri. Pemimpin hanya memainkan peran kecil, serta hanya memikirkan terlebih dahulu akan kebutuhannya sendiri. Jenis kepemimpinan yang ini kurang efektif di dalam menjalankan organisasi yang menghadapi persaingan (Tambunan dalam Sadikin dkk, 2020, hlm. 121).
Referensi
- Firmansyah, Anang dan Mahardhika, Budi W. (2018). Pengantar manajemen. Yogyakarta: Penertbit Deepublish.
- Krisnandi H., Efendi S., Sugiono E. (2019). Pengantar manajemen. Jakarta: LPU-UNAS.
- Mulyadi, D. (2018). Perilaku organisasi dan kepemimpinan pelayanan, konsep, dan aplikasi administrasi, manajemen dan organisasi modern. Bandung: Alfabeta.
- Sadikin, A., Misra, I., Hudin, M.S. (2020). Pengantar manajemen dan bisnis. Yogyakarta: K-Media.
Senang pada formalitas yang berlebih-lebihan itu contohnya seperti apa ?
Meminta dipanggil dengan gelar atau jabatan dalam keadaan kasual (tidak formal), Merasa memiliki jabatan sehingga apa pun yang dilakukan oleh bawahan dinilai salah tanpa pandangan objektif, Selalui ingin melakukan sesuatu secara runut mengikuti langkah suatu teori atau prinsip padahal keadaannya belum memungkinkan atau tahapannya lebih baik ditukar sebagian, dsb.