Pengertian Komunikasi Massa

Komunikasi massa adalah komunikasi yang menggunakan media, baik elektronik maupun media cetak sebagai saluran atau channel dalam menyampaikan pesan komunikasi kepada khalayak (Hariyanto, 2021, hlm. 81). Konteks komunikasi ini merupakan salah satu jenis komunikasi yang paling kompleks dan akan menyertakan bentuk komunikasi lain seperti komunikasi antar pribadi, kelompok, publik, dan oganisasi berlangsung pula dalam proses untuk mempersiapkan pesan yang akan disampaikan di media massa ini.

Massa mengandung pengertian orang banyak, mereka tidak harus berada di lokasi tertentu yang sama, mereka dapat tersebar atau terpencar di berbagai lokasi, yang dalam waktu yang sama atau hampir bersamaan dapat memperoleh pesan-pesan komunikasi yang sama (Mukarom, 2021, hlm. 114). Artinya, komunikasi massa dapat diartikan sebagai komunikasi yang dilakukan pada orang banyak yang tersebar di berbagai lokasi dalam waktu yang sama atau hampir bersamaan.

Selanjutnya, Cassandra (dalam Mukarom, 2021, hlm. 114) menjelaskan bahwa komunikasi massa merupakan sebuah bentuk komunikasi yang memiliki jumlah komunikator yang paling banyak, derajat kedekatan fisik yang paling rendah, saluran indrawi yang tersedia sangat minimal dan umpan balik yang tertunda.

Oleh karena itu, dibutuhkan sumber daya yang mencukupi untuk melakukannya melalui lembaga atau organisasi dan penggunaan teknologi yang mumpuni. Seperti yang diungkapkan oleh Gerbner (dalam Hariyanto, 2021, hlm. 81) bahwa komunikasi kassa adalah produksi dan distribusi yang berlandaskan teknologi lembaga dari arus pesan yang kontinu serta paling dimiliki orang dalam masyarakat industri.

Sedangkan menurut Karyaningsih (2018, hlm. 31) komunikasi massa atau mass communication adalah komunikasi yang menggunakan media massa, baik cetak, elektronik, berbiaya relatif mahal yang dikelola oleh suatu lembaga atau orang yang dilembagakan, yang ditujukan kepada sejumlah besar orang yang tersebar di banyak tempat, anonim, dan heterogen. Artinya komunikasi masa juga harus disesuaikan dengan banyak segmen sekaligus, tidak dapat difokuskan pada satu target demografi saja.

Sementara itu, menurut Tan (dalam Maryam & Paryontri, 2021, hlm. 69) komunikasi massa adalah media massa atau elektronik yang menyampaikan pesan kepada sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen, dan anonim sehingga pesan tersebut dapat diterima secara serentak dan sesaat. Dengan kata lain, komunikasi massa adalah komunikasi yang disampaikan melalui media massa, seperti surat kabar, majalah, radio, televisi, internet, dan sebagainya.

Dapat disimpulkan bahwa komunikasi massa adalah komunikasi yang dilakukan terhadap jumlah komunikator yang sangat banyak, memiliki derajat kedekatan fisik yang rendah, saluran indrawi yang minim serta umpan balik yang biasanya tertunda karena dilakukan melalui media massa seperti koran, majalah, radio, televisi, internet dan sebagainya.

Karakteristik Komunikasi Massa

Neuman menyatakan bahwa komunikasi massa memiliki beberapa tanda teknis yang sekaligus menjadi karakteristik komunikasi massa, sebagai berikut.

  1. Bersifat tidak langsung, artinya harus melalui media teknis.
  2. Bersifat satu arah, artinya tidak ada interaksi atau timbal balik antara komunikan (media) dengan komunikator.
  3. Bersifat terbuka, artinya ditujukan pada publik yang tidak terbatas dan anonim.
  4. Mempunyai publik yang secara geografis tersebar.
  5. Dikontrol oleh gatekeeper, artinya orang yang berfungsi untuk mengendalikan proses media dari belakang layar. Media dapat disebarluaskan dengan konten seperti apa tentu semuanya ada di tangan gatekeeper

Sementara itu menurut Mukarom (2020, hlm. 121) karakteristik dari komunikasi massa adalah sebagai berikut.

  1. Sumber atau komunikator dari komunikasi massa merupakan sebuah organisasi terlembaga yang menentukan pesan apa saja yang akan disebarkan.
  2. Pesan bersifat terbuka karena semua orang mendapat isi pesan yang sama, mahal karena melibatkan beberapa tahapan encoding dan decoding serta diperlukannya teknologi untuk memproduksi dan menyebarkan pesan, serta dapat dipotong dengan gampang.
  3. Komunikan tidak memiliki identitas (anonim), banyak, tersebar dan heterogen sehingga terpaan pesan dapat diapresiasi berbeda oleh masing-masing individu.
  4. Proses umpan balik berjalan lambat dan sulit mendapatkan respons dari komunikator.

Karakteristik Pesan Komunikasi Massa

Pesan-pesan yang disampaikan komunikasi massa dapat diproduksi dalam jumlah yang sangat besar dan dapat menjangkau audiens yang sangat banyak jumlahnya. Wright (dalam Mukarom, 2020, hlm. 122) mengungkapkan bahwa karakteristik pesan-pesan komunikasi massa antara lain adalah sebagai berikut.

  1. Publicly
    Pesan-pesan komunikasi massa pada umumnya tidak ditujukan kepada perorangan tertentu yang eksklusif, melainkan bersifat terbuka untuk umum atau publik. Semua anggota mengetahui, orang lain juga menerima pesan yang sama dan disampaikan secara publicy.
  2. Rapid
    Pesan-pesan komunikasi massa dirancang untuk mencapai audiens yang luas dalam waktu yang singkat dan simultan. Pesan-pesan dibuat secara massal dan tidak seperti fine art (seni murni) yang dapat dinikmati berabad-abad.
  3. Transient
    Pesan-pesan komunikasi massa umumnya dibuat untuk memenuhi kebutuhan segera, dikonsumsi “sekali pakai” dan bukan untuk tujuan-tujuan yang bersifat permanen. Namun, ada pengecualian, seperti buku-buku perpustakaan, film, transkripsi-transkripsi radio, dan rekaman audio visual yang merupakan kebutuhan dokumentatif.

Karakteristik Audiens (Komunikator) Komunikasi Massa

Menurut Wright (dalam Mukarom, 2020, hlm. 124) penerima atau mass audience memiliki karakteristik-karekteristik sebagai berikut.

  1. Large (Besar)
    Besarnya mass audience adalah relatif dan menyebar dalam berbagai lokasi. Khalayak televisi misalnya, merupakan perorangan-perorangan yang tersebar dalam ratusan atau ribuan (bahkan jutaan) keluarga, di tempat-tempat umum yang yang memasang televisi penerima. Secara bersama-sama mereka adalah audiens televisi.
  2. Heterogen (Beragam)
    Komunikasi massa ditujukan untuk seluruh lapisan masyarakat, yang berasal dari berbagai status sosial, jenis kelamin, pendidikan, dan tempat tinggal. Heterogen adalah semua lapisan masyarakat dengan berbagai keragamannya.
  3. Anonim (Tidak Dikenal)
    Anonim diartikan anggota-anggota dari mass audience, pada umumnya tidak mengenal secara pribadi dengan komunikator.

Fungsi Komunikasi Massa

Menurut DeFleur (dalam Mukarom, 2020, hlm. 122) fungsi komunikasi massa di antaranya adalah sebagai berikut.

  1. Surveillance (Pengawasan).
    Fungsi ini menunjuk pada pengumpulan dan penyebaran informasi mengenai kejadian-kejadian dalam lingkungan maupun yang dapat membantu khalayak dalam kehidupan sehari-hari.
  2. Interpretation (Penasiran).
    Fungsi ini mengajak para pembaca atau pemirsa untuk memperluas wawasan dan membahasnya lebih lanjut dalam komunikasi antarpesona atau komunikasi kelompok.
  3. Linkage (Pertalian).
    Fungsi ini bertujuan di mana media massa dapat menyatukan anggota masyarakat yang beragam, sehingga membentuk linkage (pertalian) berdasarkan kepentingan dan minat yang sama tentang sesuatu.
  4. Transmission of values (Penyebaran nilai-nilai).
    Fungsi ini artinya bahwa media massa yang mewakili gambaran masyarakat itu ditonton, didengar, dan dibaca. Media massa memperlihatkan kepada kita bagaimana mereka bertindak dan apa yang mereka harapkan.
  5. Entertainment (Hiburan).
    Fungsi ini bertujuan untuk mengurangi ketegangan pikiran khalayak, karena dengan membaca berita-berita ringan atau melihat tayangan hiburan di televisi dapat membuat pikiran khalayak segar kembali.

Sementara itu, menurut Effendy (dalam Mukarom, 2020, hlm. 122), secara umum komunikasi massa memiliki beberapa fungsi sebagai berikut.

  1. Fungsi Informasi.
    Fungsi memberikan informasi ini diartikan bahwa media massa adalah penyebar informasi bagi pembaca, pendengar atau pemirsa. Berbagai informasi dibutuhkan oleh khalayak media massa yang bersangkutan sesuai dengan kepentingannya.
  2. Fungsi Pendidikan.
    Media massa banyak menyajikan hal-hal yang sifatnya mendidik seperti melalui pengajaran nilai, etika, serta aturan-aturan yang berlaku kepada pemirsa, pendengar atau pembaca.
  3. Fungsi Memengaruhi.
    Media massa dapat memengaruhi khalayaknya baik yang bersifat pengetahuan (cognitive), perasaan (affective), maupun tingkah laku (conative).

Efek Komunikasi Massa

Manusia yang memilih media sebagai alat untuk melakukan komunikasi massa berarti telah mempertimbangkan secara matang konsekuensi apa yang akan terjadi pada dirinya. Konsekuensi itu adalah efek dari media massa itu sendiri. Beberapa efek atau dampak yang dapat diberikan komunikasi massa terdiri atas beberapa poin berikut.

  1. Efek kognitif,
    meliputi pembentukan dan perubahan citra, serta agenda setting. Citra terbentuk berdasarkan informasi yang diterima individu. Media massa bekerja untuk menyampaikan informasi ini. Informasi ini dapat membentuk, mempertahankan, atau mendefinisikan citra. Pembentukan citra ini biasanya diikuti oleh perubahan perilaku. Media massa juga membawa efek pada perubahan agenda kegiatan individu (agenda setting).
  2. Efek afektif,
    meliputi pembentukan dan perubahan sikap, rangsangan emosional, serta rangsangan seksual.
  3. Efek behavioral,
    meliputi efek perilaku dan tindakan langsung yang dapat berupa perilaku prososial, agresi, dan efek sosial (Maryam & Paryontri, 2021, hlm. 71).

Model Komunikasi Massa

Komunikasi massa memiliki pola-pola tersendiri yang dapat dilihat dari model komunikasinya sendiri. Beberapa model komunikasi massa ini antara lain adalah sebagai berikut.

  1. Model Transmisi.
    Komunikasi melibatkan interpolasi atau pengalihan pola pikir dari “peran komunikator” yang baru antara masyarakat dan penerima pesan atau audince. Menurut model ini komunikasi massa adalah proses pengaturan sendiri yang diarahkan oleh kepentingan dan permintaan pemirsa yang hanya dapat diketahui oleh pemilihan dan respons dari pemirsa tersebut atas apa yang ditawarkan oleh media. Terdapat tiga fitur penting dari model komunikasi massa yaitu: a) Menekankan pada peran memilih dari komunikasi massa; b) Bahwa pemilihan di dasarkan pada penilaian atas apa yang disenangi pemirsa; c) Komunikasi tidak memiliki tujuan khusus, di luar tujuan akhirnya.
  2. Model ritual atau ekspresif.
    Model komunikasi ini berhubungan dengan keinginan berbagai partisipasi, asosiasi, persahabatan dan keyakinan umum. Pandangan ritual ini tidak diarahkan pada perluasan pesan dalam ruang, tapi pemeliharaan masyarakat dalam waktu. Bukan perbuatan penanaman informasi melainkan gambaran dalam berbagai keyakinan. Disebut model komunikasi ekspresif karena penekannya juga pada kepuasan hakiki atau intrinsik dari komunikan atau komunikator. Pesan dalam komunikasi ritual biasanya ambigu, tergantung pada pengertian dan simbol-simbol yang tidak dipilih atas kemauan sendiri oleh partisipan dalam komunikasi ini, namun langsung terjadi dalam kebudayaan. Media dan pesan biasanya sulit untuk dipisahkan, dan komunikasi ritual ini relatif waktu dan perubahannya.
  3. Model publisitas, komunikasi sebagai pertunjukan dan atensi.
    Dalam model ini, pemirsa hanyalah sebagai penonton, bukan menjadi partisipan dari proses komunikasi atau penerima informasi. Terkadang tujuan dari media massa bukan untuk mengirimkan informasi ataupun untuk menyatukan ekspresi publik dalam hal budaya, kepercayaan, atau nilai-nilai sosial, namun secara sederhana hanya untuk menangkap dan menguasai atensi visual atau pendengaran. Media dalam model ini media di khususkan untuk mendapatkan perhatian dari cathing the eye, membangkitkan emosi dan merangsaang minat. Dalam melakukan hal tersebut, media mencapai satu tujuan ekonomi, yaitu memperoleh keuntungan dari audiensnya dan secara tidak langsung menjual atensi pemirsanya kepada para pemasang iklan. Sehingga pemirsa hanyalah menjadi obyek pasar media.
  4. Model resepsi, kode dan penerimaan kode dalam media.
    Esensi dari pendekatan resepsi adalah untuk menemukan asal dan konstruksi dari arti pesan (diambil dari media) bersama dengan penerima pesannya. Pesan-pesan dari media selalu terbuka dan memiliki banyak arti dan diinterpretasikan menurut konteks dan budaya penerimanya. Prinsip kunci dari model ini meliputi: a) Keberagaman arti dari isi pesan dalam media; b) Keberadaan dari komunitas interpretatif atas pesan-pesan dalam media, yang bervariasi; c) Penerima pesan memiliki kekuasaan atau keutamaan dalam menentukan arti pesan.

Referensi

  1. Hariyanto, D. (2021). Buku ajar pengantar ilmu komunikasi. Sidoarjo: Umsida Press.
  2. Karyaningsih. (2018). Ilmu komunikasi. Yogyakarta: Samudra Biru.
  3. Maryam, E.W.,& Paryontri, R.A. (2021). Psikologi komunikasi. Sidoarjo: UMSIDA Press.
  4. Mukarom, Z. (2020). Teori-teori komunikasi. Bandung: UIN Sunan Gunung Djati Bandung.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *