Daftar Isi ⇅
show
Konsep pergelaran tari meliputi berbagai urusan manajemen, unsur intrinsik (dalam) dan unsur ekstrinsik (luar) tari. Oleh karena itu, pergelaran tari merupakan pekerjaan yang akan melibatkan banyak orang karena terdiri dari banyak pekerjaan yang harus diselesaikan secara sekaligus.
Sebetulnya bisa jadi tari yang akan kita pergelarkan disiapkan oleh pihak penarinya saja. Artinya, kita benar-benar hanya mempersiapkan pergelarannya saja. Namun, hal tersebut jarang terjadi pada pergelaran tari, karena pergelaran tari khusus menampilkan penampilan seni tari saja. Oleh karena itu, pada saat menggelar pergelaran kita juga harus mempersiapkan berbagai gerak tari yang akan disajikan.
Bahkan boleh dibilang pada saat mengadakan pergelaran tari kita juga harus menggarap gerak tari yang akan dihadirkan. Bahkan ketika pihak ketiga akan mengisi tari tersebut, misalnya ketika suatu sanggar tari daerah yang akan menari pada pergelaran tari. Seseorang yang mengatur pergelaran tari setidaknya tetap harus menyiapkan konsep yang sesuai untuk menampilkan tari pihak ketiga tersebut agar dapat tampil dan mendapatkan sorotan sebagaimana mestinya.
Proses Garap Gerak Tari Kreasi
Tentunya saat mengadakan pergelaran tari langkah awal yang harus kita lakukan adalah untuk menentukan seni tari apa yang akan dipergelarkan? Apakah pergelaran tarian daerah atau justru tarian kontemporer? Selain itu tari kreasi merupakan salah satu opsi yang dapat dipilih pula. Tari kreasi maksudnya adalah tari jenis tari yang koreografinya masih bertolak pada tari tradisional atau pengembangan dari pola-pola tari yang sudah ada.
Proses garap gerak tari dapat kita lakukan dengan beberapa cara sebagai berikut;
- Proses eksplorasi,
- Stilasi dan seleksi gerak,
- Proses penggabungan gerak.
Berikut adalah penjelasan dari masing-masing proses garap gerak tari.
1. Proses Eksplorasi
Eksplorasi adalah proses penjajakan dan pencarian motif-motif gerak melalui berbagai cara yang dilakukan pada saat melakukan proses garap gerak tari. Pada proses ini diperlukan beberapa cara untuk menstimulus ide seperti melalui pancera indera kita, baik dengan cara melihat pemandangan, gerakan binatang, gerakan tari lain, atau sekedar browsing di internet. Melalui berbagai cara tersebut diharapkan sehingga mendapatkan ide atau gagasan dalam membuat motif-motif gerak untuk kebutuhan garapan tari.
Dalam proses eksplorasi ada beberapa stimulus yang dapat digunakan oleh penata tari dalam melakukan proses garap. Beberapa stimulus tersebut di antaranya berupa rangsang auditif, visual, gagasan, dan rangsang kinestetik. Untuk lebih jelasnya dapat diuraikan secara singkat sebagai berikut.
- Rangsang Dengar (Auditif)
Rangsangan auditif adalah salah satu tahapan mengembangkan gagasan gerak yang diilhami oleh suara atau bunyi suatu benda atau perbuatan, seperti suara instrumen musik (gendang, seruling, gamelan, dan yang lainnya), suara manusia (nyanyian, puisi, tangisan, dan yang lainnya), suara alam atau lingkungan (gemuruh ombak, angin, kicauan burung, dan yang lainnya) sering kali menarik dan menjadi rangsang dinamis tari. - Rangsang Visual
Rangsangan visual muncul karena pancaindra yang berupa mata menangkap berbagai hal yang menarik untuk diungkapkan dalam bentuk gerak tari. Rangsang visual ini dapat timbul dari objek gambar, warna, wujud, patung, melihat orang menari atau bergerak, dan lain sejenisnya. Seorang penata tari melalui gambaran visual tersebut dapat mengambil gagasan/konsep yang ada di balik hasil penglihatannya dan dengan segera mampu bereksplorasi menciptakan gerak tarian yang diinginkan. - Rangsang Kinestetik
Rangsang kinestetik merupakan tahapan pengembangan gerak tari berdasarkan kesadaran pengolahan potensi tubuh kita. Dalam tahapan ini dapat dilakukan seperti pada saat mengolah gerak berdasarkan pola hitungan. - Rangsang Gagasan
Rangsang gagasan adalah rangsang yang sering kali digunakan penata tari dalam membuat karyanya. Untuk menyampaikan gagasan atau cerita yang akan disajikan biasanya gerak dirangsang dan dibentuk dengan kapasitas kemampuan penata tari (Tim Kemdikbud, 2018, hlm. 140).
2. Stilisasi dan Seleksi Gerakan
Dalam berkarya tari tentunya memerlukan bentuk-bentuk baru dari suatu gerak. Oleh karena itu, hasil dari eksplorasi dan improvisasi perlu diubah atau diperhalus dengan proses pengembangan. Adapun proses pengembangan dapat dilakukan dengan cara mengubah volume gerak, level, kesan, ragam gerak, struktur, dan elemen lainnya.
Untuk mendapatkan bentuk baru dari pengembangan gerak yang diharapkan memerlukan kecermatan dan uji coba yang terus-menerus, berdasarkan kreativitas dari gerak tubuh yang terkecil sampai pada totalitas gerak tubuh sepenuhnya. Upaya koreksi terhadap alur gerak dari awal sampai akhir perlu terus ditinjau ulang, sehingga keberlangsungan gerak dapat terwujud dengan rapi. Proses penghalusan, memberikan kesan indah dari suatu gerak ini disebut dengan stilisasi.
Setelah proses pembentukan gerak, selanjutnya dilakukan pemilihan gerak yang sesuai dengan ide atau disebut dengan proses seleksi. Pada tahap ini kegiatan memilih dan memilah gerak-gerak yang sudah diolah, diseleksi kembali untuk disesuaikan dengan ide garapan. Pemilihan gerak setidak-tidaknya dapat digunakan seefektif mungkin, sehingga mempunyai kualitas yang mantap dari karya yang akan dibuat.
3. Proses Penggabungan Gerak
Setelah proses eksplorasi serta stilasi dan seleksi gerakan telah dilakukan, tahapan selanjutnya adalah proses penghalusan dan pemilihan gerak kembali sesuai dengan kebutuhan penyajian garapan tari yang diinginkan sesuai dengan kebutuhan. Tahapan ini penting dilakukan untuk menentukan pilihan dari motif-motif gerak yang dibuat dan yang akan dipakai pada garapan tari. Tahapan akhir dari proses ini adalah tahapan penggabungan dengan unsur-unsur pendukung lainnya, baik dengan musik iringan tari, penggunaan properti tari, atau dengan penggunaan artistik lainnya, termasuk penggunaan busana dan asesoris tari.
Improvisasi Gerak dalam Tari
Pada saat mengapresiasi karya tari, tentunya kita akan melihat berbagai adegan gerak yang berbeda dari yang lainnya, khususnya pada garapan karya tari kelompok. Perbedaan adegan gerak itu dapat dikategorikan sebagai adegan gerak yang disengaja atau sebaliknya. Sementara itu adegan yang tidak disengaja oleh salah satu penari tersebut dapat dikategorikan sebagai gerak improvisasi.
Namun pada pelaksanaannya juga gerak improvisasi dalam tari dapat dilakukan secara sengaja sesuai dengan kebutuhan konsep garap. Pada situasi tersebut, penari sudah dikondisikan untuk melakukan gerak-gerak improvisasi dalam pengadeganannya.
Inti dari gerak impovisasi adalah bentuk-bentuk gerak yang dilakukan penari yang pada setiap saat dapat dilakukan berbeda, tetapi masih disesuaikan dengan maksud pengadeganan dari gerak itu sendiri. Improvisasi merupakan salah satu aspek penting yang harus direncanakan dan digarap pula, terutama pada pergelaran tari kreasi.
Mengapa improviasai penting? karena Improvisasi dapat memberikan pengalaman berbeda dan menarik bagi penonton yang sudah melihat suatu tari berkali-kali. Improvisasi juga merupakan kesempatan besar agar dapat lebih terkait atau terhubung dengan tren saat ini yang kan membuat penonton semakin menarik.
Konsep Tata Pentas
Sebelumnya telah dijelaskan bahwa penyajian karya tari tidak hanya menampilkan gerak tubuh manusia saja. Malah justru terdapat banyak unsur pendukung lainnya yang memiliki peran penting dalam mendukung penyajian karya tari secara utuh. Unsur-unsur pendukung tersebut menjadi bagian yang tidak dapat dipisahkan dari penyajian pergelaran tari. Unsur-unsur pendukung penyajian tari yang dimaksud di antaranya terdapat unsur musik, busana, rias, properti, dan unsur tata pentas yang membuat penyajian tari menjadi lebih menarik.
Perlu digarisbawahi pula bahwa unsur tata pentas dalam suatu penyajian tari baik karya tari bertema dan nontematik sangat penting untuk dimunculkan. Hal itu karena keberadaannya memberikan dimensi ruang pertunjukan yang mampu mencerdaskan para penonton. Dimensi ruang yang dimaksud adalah memberikan kesan imajinasi peristiwa yang dibangun pada penyajian tari berdasarkan konsep penyajiannya.
Jenis Panggung
Dalam pembahasan lebih jauh, konsep tata pentas dalam pertunjukan tari akan terkait dengan masalah konsep tata panggung, tata lampu, dan tata artistik pertunjukan atau dekorasi panggung. Pada umumnya jenis panggung yang sering digunakan dalam pertunjukan tari terbagi menjadi beberapa jenis di antaranya ada jenis panggung arena, prosenium, dan jenis panggung campuran.
- Jenis panggung arena,
adalah jenis panggung terbuka yang tidak terdapat batasan yang jelas antara garis pemain dan penonton. Pada umumnya jenis panggung arena ini dilakukan di lapangan atau dapat dilakukan di halaman rumah atau halaman yang lainnya. - Jenis panggung prosenium,
adalah jenis panggung yang sering digunakan dalam pertunjukan tari yang memiliki batasan yang jelas antara pemain dan penonton serta memiliki ketinggian khusus untuk tempat penari bergerak sehingga penonton menjadi lebih fokus melihatnya. - Selanjutnya adalah jenis panggung campuran,
ciri dari jenis panggung ini biasanya menggunakan beberapa daerah tempat penari bergerak tetapi dalam peristiwa pertunjukan. Intinya adalah mengombinasikan jenis panggung arena dengan panggung prosenium sesuai dengan konsep garap karya tari yang dipertunjukkan (Tim Kemdikbud, 2018, hlm. 149).
Unsur Pendukung Lainnya
Selanjutnya penjelasan unsur pendukung lainnya, yakni tata lampu dan dekorasi pertunjukan. Kedua unsur pendukung ini penting untuk diperhatikan juga, karena memiliki peran dalam memperkuat dari pengadegan penyajian tarian. Perlu diketahui pula bahwa tata lampu memiliki beberapa fungsi, yakni:
- sebagai penerang tempat menari, dan
- memperkuat adegan serta suasana tarian.
Adapun jenis dan warna lampu yang dipergunakan disesuaikan dengan kebutuhan pengadegan penyajian gerak tarinya. Sementara, masalah tata dekorasi panggung lebih difokuskan pada masalah penataan desain panggung agar terlihat lebih menarik dan lebih hidup. Tata dekorasi panggung harus dibuat dan disesuaikan dengan konsep pertunjukan tari yang ditampilkan.
Referensi
- Tim Kemdikbud. (2018). Seni Budaya XII, semester 1. Jakarta: Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang, Kemendikbud.