Pembelajaran daring (online) atau yang dilakukan tanpa tatap muka fisik kini telah menjadi salah satu norma biasa dalam kehidupan belajar sehari-hari kita. Bagaimana tidak, dalam keadaan yang terpaksa, pembelajaran daring adalah satu-satunya opsi yang dapat dilakukan. Tentunya, dalam keadaan demikian akan bermunculan banyak suka duka pembelajaran daring.

Di situ pula kita dapat menarik bahwa ternyata pembelajaran ini juga mampu memberikan manfaat positif yang tidak terduga. Banyak hal yang ternyata menjadi semacam blessing in disguise dalam pelaksanaan belajar daring. Misalnya, kini hampir seluruh unsur pendidikan telah jauh lebih siap dan menerima berbagai protokol, prosedur, dan teknologi yang dapat digunakan untuk pembelajaran daring yang sebetulnya telah ada dan tersedia jauh sebelum masa sulit pandemi.

Oleh karena itu, kini pembelajaran daring merupakan salah satu harta terpendam yang bisa dimanfaatkan untuk semakin meningkatkan kualitas pembelajaran dan pendidikan kita secara umum. Bahkan saat telah melewati masa sulit pandemi, kita masih dapat memanfaatkan pembelajaran ini untuk banyak hal.

Misalnya, bagaimana kita dapat mengaplikasikan pembelajaran daring untuk sebagian tugas berbasis proyek yang memang membutuhkan waktu lama untuk menyelesaikannya. Melalui pembelajaran daring, kita dapat melihat progres dan langkah-langkah yang sudah diambil oleh peserta didik dalam menyelesaikan proyek yang sedang dikerjakannya. Melalui lini masa manajemen kelas seperti google class room, kita bisa mendapatkan seluruh catatan, komentar, dan berbagai interaksi yang terjadi saat para siswa mengerjakan proyeknya di luar kelas atau sekolah.

Bagiamana? Menarik bukan? Pembelajaran daring merupakan aset berharga yang kita dapatkan melalui tragedi yang tidak menyenangkan. Dengan demikian, tidak ada salahnya jika kita mengubah energi negatif tersebut justru menjadi energi positif dengan memanfaatkannya dengan lebih jauh. Oleh karena itu, berikut adalah berbagai konsep mengenai pembelajaran daring sebagai bahan pertimbangan, data pendukung untuk penelitian atau pelaksanaan pembelajaran daring.

Pengertian Pembelajaran Daring

Pembelajaran daring adalah program penyelenggaraan kelas pembelajaran dalam jaringan sehingga dapat dilaksanakan secara luas dengan peserta didik yang tidak terbatas (Bilfaqih & Qomarudin, 2015, hlm.1). Daring sendiri berasal dari akronim “dalam jaringan” yaitu suatu kegiatan yang dilaksanakan dengan sistem daring yang memanfaatkan internet. Sehingga dapat dikatakan bahwa sistem pembelajaran daring adalah sistem pembelajaran tanpa tatap muka secara langsung namun dilakukan secara online menggunakan internet. Tentunya, saat dilaksanakan secara online, pembelajaran dapat dilaksanakan secara luas tanpa mengenal jarak dan batasan banyaknya peserta didik.

Namun demikian, tentunya luas, jarak, dan banyaknya peserta tersebut amatlah bergantung pada sistem dan teknologi informasi dan komunikasi yang tersedia. Seperti menurut Meidawati (dalam Pohan, 2020, hlm. 2) yang mengungkapkan bahwa pembelajaran daring merupakan sebuah pembelajaran pendidikan formal yang diselenggarakan oleh sekolah yang peserta didik dan instrukturnya berada di lokasi terpisah, sehingga memerlukan sistem telekomunikasi interaktif untuk menghubungkan keduanya dan berbagai sumber daya yang diperlukan di dalamnya.

Berbagai infrastruktur dan sistem telekomunikasi tersebut menyangkut ketersediaan perangkat keras, perangkat lunak, dan jaringan internet yang tersedia. Apakah sekolah memiliki komputer dan jaringan internet yang memadai? Apakah tersedia perangkat lunak yang dibutuhkan seperti zoom meeting atau google meet? Apakah siswa memiliki komputer atau gawai yang dibutuhkan dan paket data atau jaringan internet untuk menghadiri pembelajaran daring? Apakah sinyal data internet memadai di rumah peserta didik? Dsb.

Selanjutnya, menurut Thorme dalam Kuntarto (2017, hlm. 102) pembelajaran daring adalah pembelajaran yang menggunakan teknologi multimedia, kelas virtual, CD-ROM, streaming video, pesan suara, email dan telepon konferensi, teks online animasi, dan video streaming online. Sementara itu Rosenberg dalam Alimuddin, Tawany & Nadjib (2015, hlm. 338) menekankan bahwa e-learning merujuk pada penggunaan teknologi internet untuk mengirimkan serangkaian solusi yang dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan peserta didik.

Kita juga dapat menelusuri definisi pembelajaran daring ini secara yuridis. Dalam Permendikbud No. 109/2013 pendidikan jarak jauh adalah proses belajar mengajar yang dilakukan secara jarak jauh melalui penggunaan berbagai media komunikasi. Salah satu media komunikasi yang dilakukan tentunya adalah secara daring (dalam jaringan) yang berarti secara Online menggunakan media komunikasi berbasis internet.

Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran daring adalah pembelajaran yang dilakukan dalam jaringan internet dengan memanfaatkan berbagai media komunikasi, aplikasi manajemen kelas, dan teknologi lainnya untuk melakukan proses kegiatan belajar mengajar tanpa bertatap muka langsung, namun dilaksanakan secara virtual sehingga kegiatan pembelajarannya dapat dilakukan di mana saja, kapan saja selama alat, infrastruktur, dan jaringan internet tersedia dari sisi pendidik dan peserta didik.

Pelaksanaan Pembelajaran Metode Daring

Lalu bagaimana pembelajaran daring dilaksanakan? Pelaksanaan pembelajaran daring, secara teknis dapat dilakukan dari rumah dengan berbagai pelaksanaan sederhana sebagai berikut.

  1. menggunakan aplikasi untuk tatap muka secara virtual, membuat grup WhatsApp, guru dan orangtua siswa,
  2. membuat RPP yang sesuai dengan minat dan kondisi peserta didik,
  3. memastikan proses pembelajaran lancar, memastikan persiapan siswa, melakukakn refleksi dengan siswa, menjelaskan materi, memfasilitasi tanya jawab,
  4. jika tatap muka guru harus berkoordinasi dengan orang tua,
  5. mengumpulkan dan merekap tugas yang telah disepakati.

Dalam sistem pembelajaran daring, guru juga dituntut untuk menguasai berbagai teknik pembelajaran daring yang sesuai. Misalnya, pembelajaran daring tidak hanya dapat dilakukan melalui media manajemen classroom saja, namun hanya terus-menerus melakukan video call melalui zoom juga akan menjemukan. Sehingga keduanya haruslah digabungkan dan digunakan sesuai dengan kebutuhan dan respons dari peserta didik.

Berbagai teknis lain juga mungkin harus disesuaikan seperti bagaimana format penilaian juga tidak dapat dilaksanakan secara konvensional, namun harus menggunakan format penilaian daring yang bisa jadi tidak menggunakan absen tertulis, namun menggunakan absensi virtual berupa bukti selfie dan komentar pada bulir google class room, dsb.

Tentunya, terdapat pula bermacam metode pembelajaran yang cocok dilakukan secara daring yang akan disampaikan pada pemaparan di bawah ini.

Metode Pembelajaran Daring

Berdasarkan berbagai kebutuhan, keunggulan, dan kekurangan pembelajaran daring, terdapat beberapa metode pembelajaran yang sesuai untuk digunakan dalam pelaksanaan pembelajaran. Metode-metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk menyokong metode daring adalah sebagai berikut.

  1. Metode E-Learning,
    E-learning adalah proses pembelajaran yang berbasis elektronik yang dapat dilakukan melalui jaringan internet. E-learning diartikan sebagai pembelajaran jarak jauh yang menggunakan teknologi komputer dan internet. Caranya adalah dengan memberikan proses instruksi pembelajaran menggunakan berbagai aplikasi dan teknologi online untuk menciptakan, mengevaluasi perkembangan, menyampaikan, hingga menilai suatu proses belajar, di mana pelajar sebagai pusatnya serta dilakukan secara interaktif kapan pun dan di mana pun.
  2. Mobile Learning,
    Merupakan pembelajaran yang memanfaatkan gawai telepon seluler atau smartphone. Kehadiran mobile learning ini ditujukan sebagai pelengkap pembelajaran serta memberikan kesempatan dan alternatif yang lebih ringkas dari komputer atau laptop yang terkadang jauh lebih berat dan kurang ringkas untuk digunakan. Pembelajaran dapat dilakukan menggunakan berbagai aplikasi yang tersedia pada platform Android dalam smartphone, maupun menggunakan website dengan cara mengaksesnya menggunakan browser di smartphone.
  3. Blended Learning,
    Blended learning adalah metode pembelajaran yang membaurkan pembelajaran luring dan daring secara bersamaan. Caranya? Bisa saja pertemuan di kelas dilakukan satu hari dalam satu Minggu. Pada saat itu, berbagai materi, bahan ajar, dan hal teknis lain yang sulit dilakukan secara daring dilaksanakan. Sementara sisa pembelajaran dilaksanakan secara daring berdasarkan pertemuan daring yang telah dilakukan. Blended learning juga dapat dilakukan dengan cara membagi kelas menjadi dua grup, grup pertama akan melaksanakan pembelajaran daring, sementara grup kedua melaksanakan pembelajaran luring untuk minggu pertama, sementara minggu kedua grup pertama secara luring, dan grup kedua secara daring, dan begitu seterusnya.

Pembelajaran Kolaboratif Daring

Pembelajaran kolaboratif daring merupakan kegiatan yang beranggotakan pendidik dan peserta didik sekolah-sekolah yang saling bermitra dari berbagai wilayah negara dalam kelas maya yang dibangun bersama dalam teknologi tertentu seperti website maupun aplikasi android.

Pembelajaran kolaboratif daring merupakan salah satu konsep pelaksanaan pembelajaran yang dapat dilaksanakan sebagai panduan pelaksanaan pembelajaran daring. Dalam pelaksanaan pembelajaran kolaboratif daring, terdapat beberapa komponen yang harus diperhatikan, di antaranya adalah sebagai berikut.

Pemanfaatan Kelas Maya

Kelas maya merupakan lingkungan belajar hanya dalam konten digital yang disimpan, diakses, dan dipertukarkan melalui jaringan komputer dan sistem informasi sehingga dapat diakses di mana saja dan kapan saja. Selain digunakan untuk proses pendidikan jarak jauh (distance education), sistem tersebut juga dapat digunakan sebagai tambahan atau penunjang dalam kelas tatap muka. Contoh kelas maya adalah Google Classroom atau berbagai perangkat lunak virtual class dan class management berbasis lainnya.

Aktivitas Sistem Kelas Maya

Secara umum, kegiatan belajar yang dilaksanakan oleh siswa dalam kelas maya dapat digambarkan sebagai berikut.

  1. Kelas maya dapat dilakukan secara virtual sehingga pada kelas telah dilengkapi dengan alat pembelajaran daring seperti pengeras suara, LCD Projector, komputer/laptop, mikrofon, dan kamera agar guru dapat melakukan video call dengan seluruh peserta didik di rumah maupun di tempat lainnya.
  2. Interaksi antara siswa dan guru dilakukan di tempat terpisah  dengan syarat waktu kelas tetap disepakati bersama antara keduanya.
  3. Siswa yang berada di kelas maya mengikuti presentasi melalui aplikasi kelas maya yang juga menampilkan wajah guru jika ada pertanyaan maka siswa dapat melakukannya dengan membuka mikrofon mereka.

Penerapan Sistem Kelas Maya

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penerapan kelas maya adalah sebagai berikut.

  1. Ketersediaan perangkat keras dan perangkat lunak pendukung yang dibutuhkan.
  2. Tersedianya infrastruktur jaringan pendukung yang memadai.
  3. Kebijakan yang mengandung pelaksanaan kelas maya.

Hasil Pelaksanaan Kelas Maya

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan kelas maya agar mendapatkan hasil yang maksimal adalah sebagai berikut.

  1. Kelas maya harus dapat menciptakan lingkungan belajar yang kondusif layaknya seperti kelas luring.
  2. Kelas maya harus dapat menyediakan berbagai fasilitas kelas yang terintegrasi dengan bahan ajar, rencana pembelajaran, tugas-tugas dan penilaian hasil belajar dan dapat mengukur pencapaian kompetensi siswa.
  3. Kelas maya juga perlu di rancangan agar siswa dapat berbagi hasil karya dan bertukar pengalaman dalam menerapkan pengetahuan yang telah diperolehnya.

Kelebihan Pembelajaran Daring

Kelebihan pembelajaran daring/e-learning menurut Seno & Zainal (2019, hlm. 183) adalah sebagai erikut.

  1. Proses log-in yang sederhana memudahkan siswa dalam memulai pembelajaran berbasis e-learning. Hal ini karena peserta cukup terkoneksi secara Online menggunakan gawainya asing-masing tanpa harus bersiap dan mengeluarkan tenaga da biaya lebih untuk alat transportasi menuju ke sekolah.
  2. Materi yang ada di e-learning telah disediakan sehingga mudah diakses oleh pengguna kapan pun di mana pun.
  3. Proses pengumpulan tugas dan pengerjaan tugas dilakukan secara online melalui google docs ataupun form sehingga efektif untuk dilakukan dan dapat menghemat biaya.
  4. Pembelajaran dilakukan di mana saja dan kapan saja.

Kekurangan Pembelajaran Daring

Tentunya pembelajaran ini dapat menimbulkan berbagai kekurangan maupun isu pembelajaran daring lainnya. Hal ini terutama dapat terjadi ketika pembelajaran ini tidak dapat dilengkapi oleh pembelajaran tatap muka yang masih sangat penting untuk dilaksanakan sehingga menjadi dilema tersendiri bagi pembelajaran daring.

Menyangkut permasalahan di atas, beberapa isu dan kekurangan dari pembelajaran daring menurut Munir (dalam Sari, 2015, hlm. 28) adalah sebagai berikut.

  1. Penggunaan e-learning sebagai pembelajaran jarak jauh, membuat peserta didik dan guru terpisah secara fisik, demikian juga antara peserta didik satu dengan lainnya, yang mengakibatkan tidak adanya interaksi secara langsung antara pengajar dan peserta didik. Kurangnya interaksi ini dikhawatirkan bisa menghambat pembentukan sikap, nilai (value), moral, atau sosial dalam proses pembelajaran sehingga tidak dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
  2. Teknologi merupakan bagian penting dari pendidikan, namun jika lebih terfokus pada aspek teknologinya dan bukan pada aspek pendidikannya maka ada kecenderungan lebih memperhatikan aspek teknis atau aspek bisnis/komersial dan mengabaikan aspek pendidikan untuk mengubah kemampuan akademik, perilaku, sikap, sosial atau keterampilan peserta didik.
  3. Proses pembelajaran cenderung ke arah pelatihan dan pendidikan yang lebih menekankan aspek pengetahuan atau psikomotor dan kurang memperhatikan aspek afektif.
  4. Pengajar dituntut mengetahui dan menguasai strategi, metode atau teknik pembelajaran berbasis TIK. Jika tidak mampu menguasai, maka proses transfer ilmu pengetahuan atau informasi jadi terhambat dan bahkan bisa menggagalkan proses pembelajaran.
  5. Proses pembelajaran melalui e-learning menggunakan layanan internet yang menuntut peserta didik untuk belajar mandiri tanpa menggantungkan diri pada pengajar. Jika peserta didik tidak mampu belajar mandiri dan motivasi belajarnya rendah, maka ia akan sulit mencapai tujuan pembelajaran.
  6. Kelemahan secara teknis yaitu tidak semua peserta didik dapat memanfaatkan fasilitas internet karena tidak tersedia atau kurangnya komputer yang terhubung dengan internet.
  7. Jika tidak menggunakan perangkat lunak sumber terbuka, bisa mendapatkan masalah keterbatasan ketersediaan perangkat lunak yang biayanya relatif mahal.
  8. Kurangnya keterampilan mengoperasikan komputer dan internet secara lebih optimal.

Sementara itu menurut Hadisi & Muna (2015, hlm. 131) kekurangan dari pembelajaran daring adalah sebagai berikut.

  1. Kurangnya interaksi antara guru dan siswa bahkan antarsiswa itu sendiri yang mengakibatkan keterlambatan terbentuknya values (nilai-nilai) dalam proses belajar-mengajar.
  2. Kecenderungan mengabaikan aspek akademik atau aspek sosial dan sebaliknya mendorong tumbuhnya aspek bisnis.
  3. Proses belajar dan mengajarnya cenderung ke arah pelatihan dari pada pendidikan.
  4. Siswa yang tidak mempunyai motivasi belajar yang cukup tinggi akan cenderung kurang memahami materi.
  5. Tidak semua tempat tersedia fasilitas internet (mungkin hal ini berkaitan dengan masalah tersedianya listrik, telepon, ataupun komputer).

Referensi

  1. Alimuddin, Rahamma, T., Nadjib, M. (2015). Intensitas penggunaan e-learning dalam memnunjang pembelajaran mahasiswa program sarjana (S1) di universitas hasanuddin. Jurnal Komunikasi KAREBA. 4(4), 387-398.
  2. Bilfaqih, Y., & Qomarudin, M. N. (2015) Esensi penyusunan materi pembelajaran daring. Yogyakarta: Deepublish.
  3. Hadisi & Muna. (2015). Pengelolaan teknologi informasi dalam menciptakan model inovasi pembelajaran (e-learning). Jurnal Al-Ta’dib, 8(1), 117-140.
  4. Kuntarto, E. (2017). Model pembelajaran daring. Journal of Early Chilhood Care & Education, 3(1), 26.
  5. Pohan, Albert Efendi. (2020). Konsep pembelajaran daring berbasis pendekatan ilmiah. Purwodadi: CV. Sarnu Untung.
  6. Sari, P. (2015). Memotivasi belajar dengan menggunakan e-learning. Jurnal Ummul Qura, 6(02), 20-35.
  7. Seno & Zainal, A.E. (2019). Persepsi mahasiswa terhadap pelaksanaan e-learning dalma mata kuliah manajemen sistem informasi. Jurnal Kajian Teknologi Pendidikan, 2(03), 181-187

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *