Pengertian Pengambilan Keputusan

Pengambilan keputusan dapat diartikan sebagai pengidentifikasian dan pemilihan berbagai solusi yang menuju pada suatu hasil akhir yang diinginkan (Kreitner, Kinicki dalam Suparwi, 2020, hlm. 95). Pengambilan keputusan merupakan suatu kegiatan yang berkaitan dengan pemecahan masalah. Dalam proses pemecahan masalah tersebut, seseorang dihadapkan pada beberapa alternatif pilihan dan diharuskan memilih untuk mengambil sebuah keputusan.

Dengan demikian, suatu pengambilan keputusan akan mengalami suatu proses. Menurut Janis & Mann (1977 dalam Suparwi, 2020, hlm. 95) proses pengambilan keputusan terdiri dari beberapa proses yaitu menilai masalah, mencari alternatif pilihan, mempertimbangkan alternatif pilihan, membuat komitmen, dan mempersiapkan diri menghadapi umpan balik.

Sementara itu, menurut Siagian (2002 dalam Suparwi 2020, hlm. 96), pengambilan keputusan adalah pengumpulan fakta-fakta dan data, penentuan yang matang dari alternatif yang dihadapi dan mengambil tindakan yang menurut perhitungan merupakan tindakan paling tepat. Moerika (2008 dalam Suparwi, 2020, hlm. 96) menyatakan bahwa pengambilan keputusan adalah proses yang melibatkan pencarian informasi, penilaian pertimbangan yang diikuti dengan proses penyesuaian diri terhadap dampak dari keputusan tersebut, dan pemahaman terhadap tujuan yang mendasari keputusan tersebut.

Dengan demikian, proses Pengambilan Keputusan Proses pengambilan keputusan pada dasarnya terdiri dari beberapa langkah.

Proses Pengambilan Keputusan

Menurut Janis & Mann (dalam Suparwi, 2020, hlm. 104-105) proses yang dilalui individu dalam mengambil keputusan adalah sebagai berikut.

  1. Menilai Masalah
    Masalah dapat dikatakan sebagai konflik yang terjadi pada situasi riil dengan situasi lain yang dijadikan tujuan oleh individu. Dengan kata lain masalah dapat diidentifikasi oleh individu saat ia menyadari adanya kesenjangan antara situasi riil dengan yang diharapkan. Masalah menuntut individu untuk mengambil tindakan yang baru.
  2. Mencari Alternatif Pilihan
    Setelah mendapat pemahaman yang baik terhadap masalah yang dihadapi, individu biasanya memikirkan kembali tindakan yang biasanya ia lakukan. Namun, saat tindakannya tersebut dianggap tidak tepat lagi, individu mulai memusatkan perhatian pada beberapa alternatif pilihan, individu akan mencari informasi atau mencari masukan dari pihak lain yang dianggapnya lebih kompeten dalam mengatasi masalah yang dihadapi.
  3. Mempertimbangkan Alternatif Pilihan
    Individu mulai mempertimbangkan keuntungan dan kerugian pada setiap alternatif pilihan. Pertimbangan akan risiko juga menjadi dasar perbandingan dari tiap alternatif pilihan. Biasanya individu akan memperhatikan informasi lain yang mungkin terlewat, sehingga tidak jarang individu mengalami kebimbangan pada tahap ini.
  4. Membuat Komitmen
    Setelah individu mendapatkan solusi dan tindakan yang tepat bagi masalahnya, ia mulai merealisasikan keputusannya dalam kehidupannya.
  5. Mempersiapkan Diri Menghadapi Umpan Balik
    Keputusan individu telah dianggapnya tepat, dan ia yakin akan keputusannya tersebut. Ia pun harus mempersiapkan diri untuk menghadapi kemungkinan terjadinya umpan balik yang negatif. Dalam pengambilan keputusan, proses yang dilakukan terkadang tidak selalu berurutan. Ada pula pengambilan keputusan yang dilakukan secara tidak berurutan. Ada kalanya individu mengambil keputusan dengan proses yang cepat. Dalam hal ini, ia dapat melewati satu atau dua tahap sekaligus. Oleh Janis Mann hal ini disebut reversion.

Meningkatkan Kemampuan Pengambilan Keputusan

Sumaryanto (2011 dalam Suparwi, 2020, hlm. 96) menyatakan bahwa untuk mengembangkan kemampuan guna membuat keputusan-keputusan, dibutuhkan beberapa bekal untuk melakukan hal tersebut.

  1. Pertama; dibutuhkan kemampuan nalar atau pertimbangan yang masak agar setelah meneliti semua faktor yang berhubungan dengan suatu masalah dan segenap alternatif pemecahannya, mampu menetapkan suatu pemecahan terbaik yang dapat dilaksanakan dengan lancar dan juga dituntut untuk memiliki wawasan yang jauh ke depan agar dapat mengantisipasi dan merencanakan aksi dan reaksi yang akan muncul akibat reaksi tersebut.
  2. Kedua; harus mempunyai sifat tegas yang diperlukan untuk membuat keputusan terbaik pada waktu yang tepat, dan mengumumkannya juga pada waktu yang tepat.

Tampak bahwa proses pengambilan keputusan nyatanya merupakan suatu kerangka kerja nalar dengan pola pembentukan konsep seperti pembentukan hipotesis, penggunaan logika, dsb. Oleh karena itu, sejatinya setiap pengambilan keputusan haruslah diawali oleh pembentukan konsep yang baik agar kita mampu menghasilkan pengambilan keputusan yang baik pula. Berikut akan dipaparkan terlebih dahulu mengenai pembentukan konsep yang merupakan tahapan sebelum mengambil keputusan.

Pembentukan Konsep

Pembentukan konsep adalah sekumpulan atau seperangkat sifat yang dihubungkan oleh aturan-aturan tertentu (Hulse dkk, 1981 dalam Suparwi, 2020, hlm. 96). Suatu sifat merupakan setiap aspek dari sesuatu objek, atau kejadian yang memiliki sifat-sifat yang sama dengan objek atau kejadian yang lain.

Setiap konsep selalu menunjuk pada sifat-sifat umum yang menonjol dari satu kelas objek atau ide. Dengan demikian yang dimaksud dengan pembentukan konsep adalah suatu proses pengelompokan atau mengklasifikasikan sejumlah objek, peristiwa, atau ide yang serupa menurut sifat-sifat atau atribut- nilai tertentu yang dimilikinya ke dalam satu kategori (Martin & Caramazza, 1980 dalam Suparwi, 2020, hlm. 97).

Pembentukan konsep akan melibatkan asosiasi, pengujian hipotesis, logika, penalaran, dan pengambilan keputusan yang masing-masing penjelasannya akan dipaparkan di bawah ini.

Asosiasi

Asosiasi merupakan teori tertua dan paling berpengaruh dalam pembentukan konsep. Prinsip asosiasi menyatakan bahwa pembelajaran konsep adalah hasil dari beberapa perlakuan sebagai berikut.

  1. Menguatkan pasangan yang tepat dari sebuah stimulus dengan respons yang mengidentifikasikannya sebagai sebuah konsep.
  2. Non penguatan terhadap pasangan yang tidak tepat dari sebuah stimulus dengan respons untuk mengidentifikasikannya sebagai sebuah konsep.

Pengujian hipotesis

Tahap awal dalam pembentukan konsep adalah memilih hipotesis, atau memilih strategi yang konsisten dengan penyelidikan kita. Dan prosesnya meliputi pembentukan prioritas-prioritas. Dalam pembentukan konsep, terdapat beberapa subtype untuk menyertakan pemindaian dan pemusatan.

  1. Pemindaian simultan,
    dimulai dengan seluruh hipotesis, dan mengeliminasi yang tidak dapat di pertahankan.
  2. Pemindaian berturut-turut,
    dimulai dengan hipotesis tunggal, kemudian mengembangkannya jika berhasil, dan bila tidak berhasil, dapat menggantinya dengan hipotesis lain berdasarkan pengalaman sebelumnya.
  3. Pemusatan konservatif,
    dengan memformulasikan hipotesis, kemudian memilih kejadian positif sebagai fokus, lalu membuat urutan penyusunan kembali dengan memperhatikan.
  4. Kemungkinan fokus (focus gambling),
    dikarakteristikkan dengan mengganti lebih dari satu ciri dalam waktu yang sama (Suparwi, 2020, hlm. 98).

Logika

Berpikir adalah proses untuk menentukan sebuah isu dalam pikiran, sementara logika adalah ilmu berpikir. Walaupun dua orang dapat berpikir tentang hal yang sama, kesimpulan mereka berdua diraih melalui pemikiran yang mungkin berbeda. Bisa jadi yang satu logis dan yang lainnya tidak logis. Logika merupakan sumber besar yang dapat digunakan untuk menentukan suatu keputusan. Akan tetapi jika logika tidak diiringi oleh bukti berupa data yang valid juga dapat bersifat menjadi tidak empirik dan hanya spekulasi semata.

Penalaran deduktif

Saat telah mengajukan hipotesis, memikirkannya dengan logika, serta mendapatkan berbagai alternatif pilihan yang disokong oleh data yang valid, maka perlu dilakukan penalaran terhadap seluruh konsep-konsep yang telah dibentuk. Penalaran semacam ini disebut sebagai penalaran deduktif, yakni penalaran yang mengambil keputusan berdasarkan berbagai sampel atau detail yang telah ditemukan untuk membuat generalisasi atau formula keseluruhannya.

Jonhson-laird (1995 dalam Suparwi, 2020, hlm. 99) mengidentifikasi empat kemungkinan dalam studi ilmiah tentang logika deduktif yang di antaranya adalah sebagai berikut.

  1. Kesimpulan relasional
  2. Kesimpulan preposisional
  3. Silogisme
  4. Menjumlahkan kesimpulan kualitatif
  5. Penalaran silogistik yang di dalamnya dibutuhkan tiga variabel independen yang meliputi: bentuk argumen, Isi argumen, dan kemajemukan partisipan.

Referensi

  1. Suparwi, S. (2020). Pengantar psikologi kognitif. Salatiga: LP2M IAIN Salatiga.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *