Daftar Isi ⇅
show
Pluralitas masyarakat Indonesia adalah kemajemukan atau keberagaman masyarakat Indonesia baik dalam suku, budaya, agama, ras, pekerjaan, dll. Kata “plural” berasal dari bahasa Inggris yang artinya “jamak”, sedangkan “pluralitas” berarti kemajemukan. Dapat dijelaskan bahwa pengertian pluralitas masyarakat Indonesia memiliki arti yang sama dengan kemajemukan atau keberagaman masyarakat Indonesia.
Selain istilah pluralitas, dalam sosiologi akan ditemukan juga istilah lain yang menyangkut keanekaragaman budaya, yakni multikultural. Multikultural berasal dari kata multi yang berarti “banyak” (lebih dari dua) dan culture artinya kebudayaan. Dapat disimpulkan bahwa definisi masyarakat multikultural adalah masyarakat yang memiliki lebih dari dua kebudayaan atau lebih.
Masyarakat multikultural tersusun atas berbagai budaya yang menjadi sumber nilai bagi terpeliharanya kestabilan kehidupan masyarakatnya. Pada masyarakat multikultural, keragaman budaya tersebut berfungsi untuk mempertahankan identitas dan integrasi sosial masyarakatnya, karena tanpa keberagaman budaya tersebut tidak akan tercipta masyarakat multikultural.
Mengapa ketika berbicara mengenai Indonesia kita selalu dihadapkan pada istilah-istilah kemajemukan seperti itu? Karena keberagaman masyarakat adalah realitas yang terjadi di negeri ini. Negeri kita terbentuk atas perbedaan. Apa saja perbedaan yang Indonesia miliki? Perbedaan agama, budaya, suku bangsa, dan pekerjaan yang akan dibahas satu persatu di bawah ini.
Perbedaan Agama
Kita akan merasa asing dengan upacara persembahyangan agama yang berbeda dengan agama yang kita peluk. Hal ini wajar karena setiap agama memiliki tuntunan berbeda dalam melaksanakan persembahyangan atau upacara keagamaan.
Namun, sebetulnya akan sangat baik jika kita mengetahui sedikit saja mengenai tempat ibadah, dan cara melaksanakan kegiatan upacara keagamaan atau persembahyangan agama lain. Mengapa kita perlu memahami berbagai kegiatan ibadah agama selain yang kita anut?
Hal tersebut sangat penting agar dalam diri kita tumbuh sikap saling memahami dan menghargai atau bertoleransi. Sebagai contoh, ketika umat Islam melaksanakan salat Idulfitri di lapangan, umat agama lain perlu memahami bahwa kegiatan di lapangan tersebut merupakan upacara keagamaan.
Tentu saja, hanya pemeluk agama Islam yang melaksanakan kegiatan salat Idulfitri. Namun pemeluk agama lain dapat bekerjasama untuk membantu menciptakan suasana agar salat berlangsung aman dan nyaman.
Akan tetapi toleransi dalam beragama bukan berarti kita mencampuradukkan ajaran agama. Toleransi dalam beragama berarti tetapi saling menghormati dan membantu menciptakan keamanan dan kenyamanan umat beragama lain dalam beribadah.
Selain itu, melalui pengetahuan mengenai cara beribadah agama lain kita juga dapat menghindari berbagai hal yang bisa jadi menyinggung perasaan seseorang yang agamanya berbeda dengan kita. Misalnya ketika kita menjamu seseorang yang beragama Hindu, kita tahu bahwa kita tidak boleh menyajikan hidangan daging sapi. Kalau orang yang dijamu adalah muslim, maka kita tidak boleh menyajikan daging babi.
Oleh karena itu, sudah jelas bahwa berbagai pengetahuan umum seperti itu tentunya penting untuk dimiliki. Hal ini bukan untuk tujuan membandingkan antaragama, tetapi supaya kita dapat membantu kelancaran kegiatan agama lain. Berikut adalah pengetahuan mengenai Agama-agama di Indonesia.
Agama Islam
Agama Islam Pada saat ini, agama Islam merupakan agama yang dipeluk sebagian besar masyarakat Indonesia. Menurut sensus tahun 2010, sebanyak 87,2 % penduduk Indonesia beragama Islam.
Islam diperkirakan telah masuk ke di Indonesia pada abad ke-7 yang kemudian diikuti perkembangan kerajaan-kerajaan bercorak Islam di nusantara. Sebelum kedatangan Islam di Indonesia telah berkembang agama Hindu dan Buddha sejak sekitar abad IV M.
Umat Islam memiliki beberapa hari besar yang dirayakan setiap tahun seperti hari raya Idulfitri dan hari raya Iduladha. Hari Jumat juga merupakan hari penting bagi umat Islam. Pada hari Jumat semua laki-laki wajib melaksanakan ibadah salat Jumat secara berjamaah di masjid.
Selain itu umat Islam juga memiliki beberapa hari penting yang selalu diperingati, seperti hari raya tahun baru hijrah, hari kelahiran maulid Nabi Muhammad SAW, dan hari turunnya wahyu Al-Qur’an, yakni kitab suci umat Islam.
Agama Kristen Protestan
Kristen Protestan berkembang di Indonesia selama masa kolonial Belanda (VOC) sekitar abad XVI. Pada abad XX, Kristen Protestan berkembang dengan sangat pesat, yang ditandai dengan kedatangan para misionaris dari Eropa ke beberapa wilayah di Indonesia, seperti di wilayah barat Papua, Sumatra Utara, Sulawesi Utara, dan Jawa.
Beberapa hari besar yang dirayakan setiap tahunnya meliputi hari raya Natal atau kelahiran Yesus, yang jatuh pada tanggal 25 Desember. Selanjutnya terdapat Jumat Agung atau kematian Yesus, 3 hari sebelum Paskah. Sementara Paskah atau kebangkitan Yesus, tanggalnya berbeda setiap tahun. Kemudian terdapat hari Asensi, kenaikan Yesus, 40 hari setelah Paskah.
Agama Kristen Katolik
Ada pendapat yang menyatakan bahwa agama Kristen Katolik telah masuk ke Indonesia tepatnya di Sumatra Utara sekitar abad 8. Namun, pendapat tersebut belum didukung bukti-bukti yang kuat. Bukti yang paling kuat kedatangan agama Kristen Katolik bersamaan dengan penjelajahan bangsa-bangsa Barat ke Indonesia.
Kristen Katolik tiba di Indonesia saat kedatangan bangsa Portugis, yang diperkuat dengan kedatangan bangsa Spanyol. Salah satu tujuan Portugis ke Indonesia adalah menyebarkan agama Katolik Roma di Indonesia, yang dimulai di Kepulauan Maluku pada tahun 1534.
Antara tahun 1546 dan 1547, pelopor misionaris Kristen, Fransiskus Xaverius, mengunjungi pulau itu dan membaptis ribuan penduduk setempat. Selanjutnya, para misionaris giat menyebarkan agama Katolik ke berbagai wilayah Indonesia.
Hari raya umat Kristen Katolik adalah hari Natal, yang diperingati setiap tanggal 25 Desember. Selain itu, umat Katolik memiliki beberapa hari penting yang juga selalu diperingati, misalnya hari raya Paskah dan hari raya Kenaikan Isa Almasih.
Agama Hindu
Agama Hindu diperkirakan telah masuk ke Indonesia sejak awal abad Masehi. Hal tersebut menjadikan agama ini adalah salah satu agama tertua di nusantara. Hindu dibawa oleh para pedagang dan kaum kerajaan dari India yang berpindah dan menetap di nusantara.
Beberapa upacara keagamaaan pada hari-hari penting agama Hindu misalnya hari raya Galungan, hari raya Nyepi, dan hari Saraswati. Agama Hindu kaya akan berbagai upacara atau tradisi keagamaan. Tradisi-tradisi warisan agama dan kebudayaan agama Hindu juga banyak memengaruhi kebudayaan Indonesia yang masih berkembang hingga kini.
Agama Buddha
Perkembangan agama Buddha diperkirakan terjadi bersamaan dengan perkembangan agama Hindu. Kerajaan Sriwijaya di Sumatra merupakan salah satu pusat studi agama Buddha di Asia Tenggara. Banyak sarjana dari Tiongkok dan bangsa-bangsa Asia Timur mempelajari agama Buddha di Sriwijaya.
Beberapa upacara keagamaan yang dapat kita kenal, misalnya Hari Raya Waisak dan Ulambana. Waisak dirayakan pada bulan Mei pada waktu terang bulan (purnama sidhi) untuk memperingati 3 (tiga) peristiwa penting, yaitu lahirnya Pangeran Siddharta, Pangeran Siddharta mencapai Penerangan Agung dan menjadi Buddha, dan wafatnya Buddha Gautama.
Agama Konghucu
Kehadiran Agama Konghucu di Indonesia telah berlangsung berabad-abad lamanya. Kita dapat menemukan klenteng yang biasa digunakan sebagai tempat ibadah umat Konghucu di berbagai wilayah di Indonesia.
Contohnya: Kelenteng Ban Hing Kiong di Manado yang didirikan pada tahun 1819, Kelenteng Boen Tjhiang Soe di Surabaya. Umat Konghucu banyak memiliki hari penting, tetapi hari raya yang terkenal dan telah menjadi hari libur nasional di Indonesia adalah hari raya Imlek.
Kepercayaan Lainnya
Jauh sebelum agama Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha, dan Konghucu berkembang, di Indonesia telah berkembang berbagai aliran kepercayaan. Sampai saat ini, kita dapat menemukan berbagai aliran kepercayaan yang dianut sebagian masyarakat Indonesia. Berbagai aliran kepercayaan sebagian telah berkembang dari sejak masa praaksara.
Perbedaan Budaya
Kata budaya sudah sering kita dengar karena telah banyak gunakan bahkan dalam kehidupan sehari-hari. Namun apakah definisinya sudah sesuai dengan apa yang dimaksud dalam ilmu pengetahuan? Untuk memastikannya, berikut adalah pemaparan pengertian budaya sebelum membahas perbedaannya di Indonesia.
Pengertian Budaya
Koentjaraningrat (1996) menjelaskan bahwa kata kebudayaan berasal dari Sansekerta buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi yang berarti “budi” atau “ kekal”. Dari asal kata tersebut, tampak bahwa istilah budaya ingin mengungkapkan sesuatu yang kekal atau dipertahankan dari masa ke masa.
Koentjaraningrat (1996) dalam (Tim Kemdikbud, 2017, hlm. 106) juga menambahkan bahwa pengertian budaya adalah sebuah sistem gagasan dan rasa, sebuah tindakan serta karya yang dihasilkan oleh manusia di dalam kehidupan bermasyarakat, yang dijadikan kepunyaannya dengan belajar.
Sementara itu, pengertian budaya menurut ahli lain meliputi:
- Menurut E.B. Taylor, budaya ialah suatu keseluruhan yang kompleks meliputi kepercayaan, kesusilaan, seni, adat istiadat, hukum, kesanggupan, dan kebiasaan lainnya yang dipelajari oleh manusia sebagai bagian dari masyarakat.
- Menurut Linton, budaya merupakan keseluruhan dari sikap dan pola perilaku serta pengetahuan yang merupakan suatu kebiasaan yang diwariskan dan dimiliki oleh suatu anggota masyarakat.
Dari pengertian di atas tampak bahwa ternyata budaya meliputi berbagai wujud yang amat luas, bukan hanya benda atau suatu kerajinan saja. Sebetulnya bagaimana cara mengamati budaya? Menurut sosiolog J.J. Hoenigman, terdapat tiga wujud budaya, yaitu gagasan, tindakan, dan karya.
- Gagasan (Wujud Ideal)
Wujud ideal kebudayaan merupakan kebudayaan yang berbentuk kumpulan ide, gagasan, nilai, norma, peraturan, dan hal lainnya yang bersifat abstrak atau tidak nyata, tidak dapat diraba atau disentuh. Ide dan gagasan tentu berada dalam pemikiran manusia. Wujud kebudayaan berupa pemikiran manusia dapat dilihat dalam karya-karya tulis. - Aktivitas (Tindakan)
Aktivitas adalah wujud kebudayaan sebagai suatu tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat, yang disebut juga dengan sistem sosial. Sistem sosial ini terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia yang saling berinteraksi menurut pola-pola tertentu berdasarkan adat tata kelakuan. Meskipun agak abstrak namun sifat aktivitas cukup konkret, ada dalam kehidupan sehari-hari dan dapat didokumentasikan. - Artefak (Karya)
Artefak adalah wujud kebudayaan fisik yang berupa hasil dari aktivitas, perbuatan, dan karya semua manusia dalam masyarakat berupa benda-benda atau hal-hal yang dapat diraba, dilihat, dan didokumentasikan. Sifatnya paling nyata di dibandingankan dua wujud kebudayaan yang lain.
Penyebab Perbedaan Budaya Indonesia
Lalu sebetulnya apa saja yang memengaruhi perbedaan budaya masyarakat Indonesia? Banyak hal yang memengaruhi perbedaan budaya masyarakat Indonesia. Beberapa di antaranya adalah perbedaan lokasi dan perbedaan agama/keyakinan.
Perbedaan Lokasi
Jika kita membandingkan bentuk rumah asli khas masyarakat Jawa dan Kalimantan terdapat perbedaan yang menonjol. Salah satu yang menjadi penyebab perbedaan tersebut adalah perbedaan kondisi alam di Jawa dan Kalimantan. Kita juga dapat mengamati berbagai kerajinan yang dibuat masyarakat pegunungan dengan kerajinan yang dibuat masyarakat pesisir akan menunjukkan perbedaan berdasarkan lokasi pula.
Perbedaan Agama/Keyakinan
Agama Hindu dan Buddha banyak meninggalkan hasil kebudayan berupa patung dan relief pada dinding-dinding candi. Hal ini tidak dapat dipisahkan dari sistem kepercayaan Hindu-Buddha yang menjadikan candi sebagai salah satu tempat suci.
Relief pada dinding-dinding candi Hindu-Buddha biasanya juga mengandung berbagai ajaran untuk umatnya. Kita dapat menemukan berbagai candi, patung, dan relief peninggalan kerajaan masa Hindu-Buddha di pusat-pusat kerajaan tersebut.
Pusat-pusat kebudayaan pada masa kerajaan Hindu-Buddha di Sumatra dapat ditemukan di Riau, Jambi, Sumatra Utara, Sumatra Barat, Sumatra Selatan, dan Lampung. Hal tersebut juga berpengaruh pada budaya yang ada di tempat-tempat tersebut.
Selain itu, pusat-pusat kebudayaan Hindu-Buddha di Pulau Jawa dapat ditemukan di Bogor, Bandung, Yogyakarta, Surakarta, Malang, dan Mojokerto (dekat Surabaya).
Pada masa perkembangan kerajaan Islam, hasil seni bangunan dan ukir relief patung bergeser menjadi seni ukir kaligrafi dan bangunan masjid. Hal ini kembali menunjukkan bahwa perbedaan agama/keyakinan akan menghasilkan perbedaan budaya pula.
Perbedaan Suku Bangsa
Bangsa Indonesia memiliki lebih dari 300 kelompok etnik atau suku bangsa. Suku Jawa adalah kelompok suku terbanyak di Indonesia dengan jumlah mencapai 41% dari total populasi. Sebagian besar suku Jawa tinggal di Pulau Jawa, terutama Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Banyak dari anggota suku ini telah bertransmigrasi dan tersebar ke berbagai pulau di Nusantara bahkan bermigrasi ke luar negeri. Suku Sunda, suku Melayu, dan suku Madura secara berurutan adalah kelompok terbesar berikutnya di negara ini. Namun bahkan urutan kedua dan ketiga terbanyak jumlahnya tetap masih jauh jika dibandingkan dengan suku Jawa.
Berikut ini merupakan contoh nama suku bangsa dan lokasi atau tempat yang paling banyak didiami/ditinggali.
Nama Suku Bangsa dan Daerah Asal
Nama Suku Bangsa | Daerah Asal |
---|---|
Aceh, Gayo,Tamiang Ulu Sangkil, Aneuk Jamee, Kluet, Gumbak Cadek, dan Simeulue | Aceh |
Batak Toba, Batak Karo, Batak Mandailing, Nias, Simalungun, Asahan, dan Angkola | Sumatra Barat |
Minangkabau, Gusci, Caniago, Tanjung Kato, Panyali, Sikumbang, dan Mentawai | Sumatra Barat |
Komering, Palembang, Pasemah, Sameda, Ranau, Kisam, Ogan, Lematang, Rejang, Rawas, dan Kubu | Sumatra Selatan |
Bangka, Belitung, Mendanau, Rawas, dan Semendo | Bangka Belitung |
Sunda | Jawa Barat |
Betawi | DKI Jakarta |
Jawa, Samin, dan Karimun | Jawa Tengah |
Madura, Jawa, Osing, dan Tengger | Jawa Barat |
Dayak, Ngaju, Apo Kayan, Murut, Poanan, dan Ot Danun | Kalimantan Barat |
Bulungan, Tidung, Kenyah, Berusuh, Abai, dan Kayan | Kalimantan Timur |
Banjar Hulu dan Banjar Kuala | Kalimantan Selatan |
Lawang, Dusun, Bakupai, dan Ngaju | Kalimantan Tengah |
Sasak, Sumbawa, Bima | Nusa Tenggara Barat |
Timor, Rote, Sabu, Manggarai, Ngada, Ende Lio, Larantuka, dan Sumba | Nusa Tenggara Timur |
Kaali, Kuwali, Panuma, Mori, Balatar, dan Banggai | Sulawesi Tengah |
Wolia, Laki, Muna, Buton, Balatar | Sulawesi Tenggara |
Sangir, Talaud, Minahasa, Bolaang Mongondow, dan Bantik | Sulawesi Utara |
Makasar, Bugis, Toraja, Mandar, Selayar, dan Bone | Sulawesi Selatan |
Bali | Bali |
Ambon, Alifuru, Togite, dan Faru | Maluku |
Mengapa terjadi perbedaan suku bangsa di Indonesia? Apakah manusia dapat memilih terlahir sebagai suku Batak, Dayak, atau Jawa? Tentu saja tidak. Manusia terlahir karena kehendak Tuhan Yang Maha Esa. Setiap suku bangsa memiliki derajat yang sama.
Secara ilmiah, perbedaan suku bangsa di Indonesia tidak terlepas dari faktor sejarah nenek moyang bangsa Indonesia. Perbedaan suku bangsa di Indonesia tidak lepas dari faktor sejarah.
Bagaimana interaksi antara berbagai suku bangsa di Indonesia? Sejak ribuan tahun yang lalu, berbagai suku bangsa di Indonesia hidup berdampingan secara harmonis. Berbagai suku bangsa di Indonesia saling memahami dan menghargai berbagai perbedaan yang ada.
Hal ini membuktikan bahwa suku bangsa Indonesia sangat terbuka menerima kedatangan berbagai suku bangsa yang berbeda.
Perbedaan Pekerjaan
Pekerjaan merupakan salah satu bentuk kegiatan ekonomi yang dilakukan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan. Pada saat ini, kita dapat menemukan berbagai jenis pekerjaan baik sektor formal maupun nonformal.
- Pekerjaan sektor formal,
adalah berbagai pekerjaan yang dijalankan oleh pelaku usaha resmi baik pemerintah maupun swasta. Para karyawan perusahaan, pegawai kantor bank, pegawai pemerintah, dan guru merupakan contoh pekerjaan pada sektor formal. Pekerjaan seperti ini memiliki struktur yang formal, ada bagian manajemen, ada bagian teknis atau pelaksana lapangan, dsb. Jenis pekerjaan ini tidak mandiri karena bergantung terhadap suatu instansi tempat ia bekerja. - Pekerjaan sektor nonformal,
meliputi pemilik bengkel, petani, penjual di pasar, dan pelaku usaha mandiri lainnya. Mereka bekerja secara mandiri, tak tergantung pada pihak lain. Sebagai contoh, apabila seorang pemilik bengkel ingin libur, ia dapat libur kapan saja. Permasalahannya, berarti ia juga tidak akan mendapatkan penghasilan. Tentunya penghasilan tetap dapat diraih jika ia telah memiliki delegasi atau karyawan jika usahanya telah maju. Hal ini berbeda dengan orang yang bekerja sebagai karyawan perusahaan atau lembaga pemerintah.
Semua pekerjaan itu mulia selama pekerjaan tersebut bermanfaat bagi diri dan bernilai untuk orang lain. Guru, polisi, dokter, petani, dan tukang pijat sama-sama pekerjaan mulia. Tidak ada yang lebih rendah atau lebih tinggi derajatnya. Karena sejatinya semua profesi saling membutuhkan.
Tanpa guru, tidak akan ada polisi dan dokter. Tanpa petani, tukang pijat dan polisi dapat mengalami kelaparan, demikian seterusnya. Rantai kehidupan manusia tersusun sedemikian rupa sehingga saling membutuhkan.
Peran dan Fungsi Keragaman Budaya
Keberagaman budaya telah memberikan manfaat besar bagi bangsa kita. Contohnya dalam bidang bahasa. Kebudayaan daerah yang berwujud dalam bahasa daerah dapat memperkaya perbendaharaan kata bahasa Indonesia. Misalnya, kosa kata dalam bahasa Indonesia menjadi lebih kaya dari kosa kata bahasa Malaysia yang merupakan asal-muasalnya.
Bahasa dominan di Malaysia adalah Melayu yang kemudian diperkaya dengan menyerap bahasa asing seperti bahasa Inggris, bahasa Arab, dan bahasa Tionghoa. Sementara dalam bahasa Indonesia, kita dapat menemukan istilah-istilah yang diserap dari berbagai bahasa daerah.
Potensi keberagaman budaya dapat memiliki peran untuk dijadikan objek dan tujuan pariwisata di Indonesia, yang bisa mendatangkan devisa. Pemikiran yang timbul dari manusia di tiap-tiap daerah dapat pula dijadikan acuan bagi pembangunan nasional.
Selain itu, masih banyak lagi peran dan fungsi keragaman budaya. Menurut Tim Kemdikbud (2017, hlm. 115) peran dan fungsi keberagaman budaya Indonesia adalah sebagai berikut.
Sebagai Daya Tarik Bangsa Asing
Indonesia adalah salah satu tujuan wisata dari berbagai negara. Salah satu daya tarik wisatawan mancanegara adalah kekayaan dan keragaman budaya bangsa Indonesia. Contohyna kebudayaan yang masih berkembang di Yogyakarta merupakan salah satu daya tarik wisatawan berkunjung ke Yogyakarta.
Dengan begitu wisatawan yang berkunjung ke Yogyakarta akan membantu kegiatan perekonomian masyarakat Yogyakarta. Berbagai barang dan jasa diperjualkan di kota pelajar tersebut. Ratusan hotel, rumah makan, biro perjalanan, produksi cendera mata, seni kerajinan, dan sebagainya berkembang di Yogyakarta.
Mengembangkan Kebudayaan Nasional
Kebudayaan nasional adalah puncak dari kebudayaan-kebudayaan daerah. Kebudayaan daerah akan memperkaya kebudayaan nasional. Apa yang dimaksud kebudayaan nasional? Kebudayaan nasional merupakan suatu kebudayaan yang didukung oleh sebagian besar warga suatu negara dan memiliki syarat mutlak bersifat khas dan dibanggakan, serta memberikan identitas terhadap warga.
Budaya nasional adalah budaya yang dihasilkan oleh masyarakat bangsa tersebut sejak zaman dahulu hingga kini sebagai suatu karya yang dibanggakan yang memiliki kekhasan bangsa tersebut dan memberi identitas warga, serta menciptakan suatu jati diri bangsa yang kuat. Negara Amerika Serikat harus mendatangkan banyak imigran dari beragam kebangsaan untuk menciptakan keadaan ini. Sementara Indonesia? Sudah alami beragam sedari awal.
Tertanamnya Sikap Toleransi
Kekayaan budaya bangsa Indonesia merupakan tantangan untuk bersikap toleran. Keragaman budaya yang dimiliki bangsa Indonesia semakin menambah kesadaran masyarakat bahwa pada hakikatnya manusia memiliki perbedaan. Buktinya, nusantara juga telah beragam dari sejak dulu, sejak ribuan tahun yang lalu juga berbagai suku bangsa di Indonesia telah belajar hidup berdampingan secara harmonis.
Meskipun begitu, masih diperlukan sikap saling mendukung serta kebersamaan dalam upaya mengembangkan kebudayaan. Kebudayaan Indonesia bukan milik satu suku bangsa, tetapi milik seluruh rakyat Indonesia.
Mendorong Inovasi Kebudayaan
Inovasi kebudayaan adalah pembaharuan kebudayaan untuk menjadi lebih baik. Sebagai contoh, kebudayaan berupa teknologi pertanian yang telah diwariskan nenek moyang. Setiap masyarakat memiliki cara bercocok tanam yang kadang berbeda. Perbedaan ini tentu didasari berbagai alasan.
Selanjutnya, setiap kelompok masyarakat melakukan interaksi yang berpengaruh pada cara berpikir dan hasil kebudayaan. Itulah hasil komunikasi cara bertani yang menghasilkan cara baru dan khas dalam pertanian. Interaksi itu bersifat khas dan unik, oleh karena itu, pola bercocok tanam yang dihasilkan juga khas dan unik.
Bentuk-bentuk inovasi kebudayaan dapat terjadi karena akulturasi dan asimilasi. Contohnya adalah menara Masjid Kudus memiliki bentuk yang sama dengan Bale Kul Kul pura Taman Ayun di Bali. Walaupun bentuknya sama, tetapi fungsinya berbeda.
Bale Kul Kul memiliki fungsi sebagai tempat upacara keagamaan umat Hindu, sedangkan menara Masjid Kudus memiliki fungsi untuk mengumandangkan bedug dan azan. Interaksi budaya di atas menunjukkan sikap toleran masyarakat dari sejak dulu.
Referensi
- Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2017). Ilmu Pengetahuan Sosial SMP/MTs Kelas VII. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Terima kasih atas bantuan nya