Representasi pengetahuan adalah ungkapan dari suatu pengetahuan yang berada pada memori seorang individu. Sejatinya, semua pengetahuan bersifat abstrak (konseptual) dan harus diinterpretasikan baik oleh sang pemegang maupun sang pemirsa pengetahuan. Oleh karena itu apa yang disajikan oleh pemegang pengetahuan adalah suatu representasi, baik representasi secara lisan (diujarkan oleh bahasa/kode) maupun representasi secara visual melalui imej (penggambaran suatu hal).

Untuk benar-benar memahami apa yang dimaksud dengan representasi visual, ada baiknya apabila kita menelusurinya secara analitis dengan menggali setiap makna dari kata yang menyusun frasa ini.

  1. Representasi
    Representasi memiliki berbagai macam konsep dan arti, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) representasi diartikan sebagai perbuatan yang mewakili, menyimbolkan sesuatu dan atau menggambarkan sesuatu. Sedangkan menurut Stuart Hall (1997 dalam Suparwi, hlm. 85) mengungkapkan bahwa representasi adalah suatu praktek yang penting, yang membentuk pemaknaan melalui sistem penandaan yang ada: dialog, film, tulisan, video, fotografi dsb. Mudahnya, representasi adalah produksi makna melalui bahasa.
  2. Pengetahuan
    Pengetahuan adalah informasi yang telah dikombinasikan dengan pemahaman yang mengubah diri ke hal yang lebih baik, sedangkan dalam KBBI pengetahuan diartikan sebagai segala sesuatu yang diketahui.

Dapat disimpulkan bahwa representasi pengetahuan adalah ungkapan yang mewakili pengetahuan atau informasi dalam memori yang dimiliki melalui simbol atau kerangka kerja komunikasi tertentu baik secara lisan atau pun visual.

Representasi Pengetahuan Secara Visual

Representasi pengetahuan secara visual dapat diartikan sebagai ungkapan yang mewakili pengetahuan atau informasi dalam memori yang dimiliki lewat bahasa yang didapat secara visual (Suparwi, 2020, hlm. 86). Bahasa yang dimaksud tentunya adalah simbol atau kerangka kerja komunikasi tertentu. Ketika dilakukan secara visual, representasi pengetahuan disebut sebagai perumpamaan mental.

Dalam perkembanganya kita dapat mengenali tiga era historis dalam sejarah perumpamaan mental yaitu: era filosofis, era pengukuran, dan era kognitif.

  1. Pada era filosofis bayangan mental dipandang sebagai bahan baku utama dalam pembentukan pikiran dan sebagai sebuah elemen pemikiran, era ini diminati oleh filsuf Yunani seperti Aristoteles, Plato, dan lain-lain.
  2. Pada era pengukuran perumpamaan mental diawali oleh ilmuwan Inggris bernama Sir Francis Galton.
  3. Sedangkan era kognitif diawali dengan adanya minat penyelidikan tentang imagery yang meredup sejalan dengan runtuhnya mazhab introspektrum yang kemudian digantikan oleh manifesto mazhab kedua yaitu aliran behaviorsime, kemudian penelitian tentang imagery mulai dihidupkan kembali pada akhir era 1960-an, imagery adalah konsep perumpamaan atau perbandingan, imagery adalah hal yang telah diketahui semua orang, meski demikian sifat-sifat kognitifnya masih dipelajari. Ketika kita mempelajari pembayangan mental (mental imagery) pada umumnya kita membicarakan tentang perumpamaan visual yang muncul di dalam pikiran (Solso, 2007 dalam Suparwi, 2020, hlm. 87).

Informasi visual sebagai suatu gambaran internal dapat diaktifkan kembali dengan memanggil gambar tersebut. Sampai pada saat ini masih timbul perdebatan mengenai perumpamaan visual apakah sungguh bersifat visual ataukah dikendalikan oleh proses-proses kognitif yang bertujuan umum. Berikut adalah beberapa teori terkini mengenai perumpamaan mental yang berfokus pada tiga hipotesis sentral.

  1. Hipotesis penyandian ganda,
    yaitu keberadaan dua sandi dan dua sistem penyimpanan-sandi, sistem penyimpanan pertama bersifat khayalan (imaginal) dan yang lainnya bersifat verbal. Hipotesis ini menyatakan bahwa informasi dapat disandikan dan disimpan secara imajinal dan verbal atau keduanya.
  2. Hipotesis proposional-konseptual,
    yaitu informasi visual dan verbal yang di representasikan dalam proposisi-proposisi abstrak mengenai objek-objek beserta hubungannya.
  3. Hipotesis ekuivalensi fungsional,
    yakni hipotesis yang mengajukan gagasan bahwa imagery dan persepsi mengakibatkan proses-proses yang serupa (Solso, 2007 dalam Suparwi, 2020, hlm. 88).

Representasi Pengetahuan Secara Lisan

Alasan mendasar yang menyebabkan kata-kata dan bahasa dipelajari secara mendalam adalah bahwa tingkat perkembangan kemampuan verbal manusia jauh melampaui spesies-spesies lain. Oleh sebab itu, kemampuan berbahasa berfungsi sebagai demarkasi (batas pemisah) filogenetik antara manusia dengan spesies lainnya.

Representasi pengetahuan secara verbal adalah ungkapan yang mewakili pengetahuan atau informasi dalam memori yang dimiliki lewat bahasa yang didapat secara lisan maupun tulisan (Suparwi, 2020, hlm. 86-88). Beberapa ahli memperkirakan bahwa jumlah kata-kata yang maknanya diketahui oleh seseorang berkisar antara 20.000 hingga 40.000 kata, sehingga tidaklah mengherankan bahwa sebagian besar pengetahuan kita bersifat verbal.

Alasan lain yang menyebabkan kata-kata dan bahasa dipelajari secara mendalam dalam psikologi kognitif adalah bahwa struktur semantik memungkinkan kita mengidentifikasi jenis-jenis benda yang tersimpan dalam memori dan bagaimana benda yang tersimpan tersebut saling berhubungan dengan benda yang lainnya. Dengan mempelajari kata-kata direpresentasikan dalam memori, kita dapat mempelajari sejumlah hal mengenai isi, struktur, dan proses representasi pengetahuan.

Lantas bagaimana manusia menyajikan representasi pengetahuan secara lisan melalui kata dan bahasa yang kompleks itu? Terdapat beberapa teori dan model yang mencoba menjawabnya. Beberapa di antaranya adalah sebagai berikut.

1. Pendekatan Asosiasionis

Doktrin pendekatan Asosiasionis menyatakan bahwa terdapat hubungan-hubungan fungsional antara fenomena psikologis. Sebuah alasan mendasar yang menyebabkan kita mengasosiasikan dan mengategorikan objek dalam lingkungan sekeliling kita mungkin berupa fungsi adaptif, sebagaimana yang dihasilkan oleh suatu skema pengorganisasian.

Geary (2005 dalam Suparwi, 2020, hlm. 89) mengajukan gagasan bahwa manusia memiliki kemampuan istimewa untuk mengategorikan (artinya, secara mental merepresentasikan) objek-objek, hewan dan tumbuhan. Dengan kemampuan tersebut, manusia memiliki kemampuan yang lebih baik untuk memprediksikan dinamika lingkungan mereka, dan akhirnya berhasil beradaptasi dengan lingkungannya.

2. Pengorganisasian Pengetahuan Secara Semantik

Pengorganisasian secara semantik mengandung makna dan gagasan bahwa representasi pengetahuan diatur secara makna. Pengorganisasian pengetahuan secara semantik atau ilmu tentang pemaknaan kata dan kalimat pengetahuan mengenai seluk-beluk dan pergeseran arti kata ini terbagi menjadi empat bagian, yakni sebagai berikut.

  1. Model Set-Teoritik
    Dalam model set-teoritik konsep-konsep semantik direpresentasikan oleh kumpulan informasi. Memori terdiri dari beragam konsep. Item-item dalam memori dapat disimpan secara asosiatif (berhubungan) dengan lebih dari satu konsep lainya. Dari penjelasan tersebut dapat di simulasikan. seperti contoh: kata “pintu” umumnya adalah kata atau benda yang menunjukkan bagian dari rumah, namun bisa di spesifikkan lagi, pintu adalah bahan olahan dari kayu dan spesifiknya kayu itu adalah bagian dari pohon. Dari contoh ini kita mengorganisasikan pengetahuan lewat cara kita menspesifikkan suatu informasi.
  2. Model Perbandingan-Fitur Semantik
    Model ini memiliki kesamaan dengan model SetTeoretik dalam hal struktur set-teoretiknya, namun memiliki perbedaan dalam sejumlah asumsi penting, dimana asumsi pertama adalah bahwa makna sebuah kata direpresentasikan sebagai suatu rangkaian fitur-fitur sematik. Sebagai contohnya diambil dari permainan yang di tayangkan di salah satu chanel tv, dimana seseorang harus menjawab tebakantebakan yang di lontarkan temannya. Salah satu temannya menyebutkan ciri-cirinya: mempunyai sayap, putih, jodoh, peliharaan. Temannya satunya bisa menebak yaitu burung merpati, kenapa karena burung merpati biasanya berwarna putih dan burung merpati itu merupakan satu-satunya burung yang berjodoh hanya dengan satu pasangan. Jadi kita mengorganisasikannya lewat ciri-ciri nya.
  3. Model-model jaringan semantik
    Model ini adalah yang paling populer yang diajukan oleh Allen Collins dan Ross Quillian, model ini menampilkan setiap kata dalam suatu susunan yang berhubungan dengan kata-kata lainnya dalam memori; makna setiap kata ditampilkan beserta hubungan makna-makna tersebut dengan kata-kata lain. Menurut Collins dan Quillian mengimplikasikan gagasan bahwa memori semantik terdiri dari sutu jaringan luas berisi konsep-konsep; konsep-konsep itu sendiri tersusun dari unit-unit dan karakteristikkarakteristik yang berkaitan berkaitan, dan saling terhubung.
  4. Model Akitivasi Menyebar
    Model ini mengimplikasikan adanya aktivasi konsep-konsep yang semakin menyebar, yang dapat menjelaskan hasil-hasil eksperimen priming (upaya untuk membuat suatu kata atau konsep menjadi lebih mudah diingat setelah partisipan sebelumnya menyaksikan penayangan sebuah kata yang terkait atau prime. Model ini berpacu pada satu kata namun bisa di kembangkan menjadi berbagai macam kata. Contohnya adalah kata “merah”. Dalam pikiran kita apa saja yang berhubungan dengan sesuatu yang berwarna merah. Contoh saja ada, api, mawar, apel, cherry. Dari api kita bisa mengembangkan lagi ke pemadam kebakaran, dari situ bisa di kembangkan lagi menjadi truk, mobil, atau ambulans karena sifatnya adalah sama kendaraan dan bisa juga menolong orang. Lalu dari kata mawar bisa di kembangkan menjadi tulip, anggrek, atau melati karena itu adalah sesama jenis bunga. Bila dari kata apel atau cherry bisa di kembangkan menjadi jambu, pir, pepaya atau yang lainnya yang termasuk dalam kategori buah. Jadi ini tergantung imajinasi kita seberapa besar, dan bagaimana kita bisa mengembangkan satu objek menjadi banyak objek (Solso dalam Suparwi, 2020, hlm. 91-92).

Proses dan Mekanisme Representasi Pengetahuan secara Visual dan Lisan

Sebelum terjadinya representasi pengetahuan baik secara visual maupun verbal, tentunya terdapat suatu proses dan mekanisme yang terpicu/berjalan. Berikut adalah pemaparan mengenai bagaimana proses dan mekanisme dari masing-masing jenis representasi pengetahuan terjadi.

Proses Representasi Pengetahuan Secara Visual

Proses dan mekanisme representasi pengetahuan secara visual dapat dijabarkan sebagai berikut.

  1. Proses visual dimulai saat cahaya memasuki mata, cahaya masuk ke dalam mata melalui pupil, kemudian melalui lensa sampai ke retina diatur oleh iris. Ukuran pupil sesuai dengan respons terhadap perubahan cahaya antara sensitivity (kepekaan, kemampuan untuk mendeteksi berada pada cahaya yang redup) dan acuity ( kemampuan untuk melihat detail suatu objek).
  2. Kemudian setelah itu, di dalam retina dan translasi menerjemahkan cahaya menjadi sinyal-sinyal neuron. Dalam retina memiliki lima lapisan yang berbeda yaitu, recepotros, horizontal celle, bipolar cells, amacine celles, retinal ganglion cells. Sel-sel amacine dan sel-sel Horizontal terspesialisasi untuk komunikasi lateral. Setelah sampai reseptor, reseptor akan aktif, kemudian pesan neuron akan diterjemahkan dari reseptor ke sel-sel ganglion retina setelah melewati lapisan lainnya. Selanjutnya akan terjadi tranduksi visual yang merupakan proses konvensi cahaya menjadi sinyal-sinyal neuron oleh reseptor-reseptor visual.
  3. Setelah itu, dari retina ke konteks visual, jalur visual paling besar adalah retina geniculate striate pathway, yang mengonduksi sinyal-sinyal dari masing-masing retina ke primary visual cortex melalui lateral geniculate nuclie di thalamus. Dimana ketika setiap dua stimulasi yang dihadirkan berdekatan dengan retina akan membangkitkan neuron-neuron yang berdekatan di semua level dalam sistem. Pada dasarnya ada dua saluran komunikasi paralel yang mengalir melalui nucleus, yaitu parvocellular layer dan Magnocellular layer (Hapsari dkk dalam Suparwi, 2020, hlm. 92-93).

Proses Representasi Pengetahuan Secara Verbal/Lisan

Pada saat fase perkembangan oral (mulut) anak sudah mempunyai kemampuan untuk berkomunikasi, dalam masa oral membutuhkan kombinasi yang serasi dari sistem neuromuscular untuk mengetahui artikulasi suara. Proses bicara sendiri melibatkan berbagai sistem dan fungsi tubuh, yang mencakup sistem pernafasan, pusat khusus pengatur bicara di otak dalam konteks serebri, pusat resprirasi di dalam batang otak dan steuktur artikulasi, resonansi dari mulut serta rongga hidung, kemudian terdapat dua hal proses terjadinya bicara yaitu proses snsoris dan motoris.

Bagian otak yang mengatur mekanisme bahasa sendiri terdapat pada bagian hemisfer dominan. Tepatnya, terdapat dua bagian pada otak yang menjadi pusat bahasa, yakni:

  1. Reseptif area 41 dan 42 (area Wernick),
    merupakan pusat persepsi auditorileksik yaitu yang mengurus pengenalan dan pegertian segala sesuatu yang berkaitan dengan Bahasa lisan (verbal).
  2. Area 39 (area Broadman),
    yakni pusat resepsi visuonleksik yang mengurus pengenalan dan pengertian segala sesuatu yang bersangkutan dengan bahasa tulis.

Kemudian terdapat pula proses reseptif dan proses ekpresif pada proses mekanisme lisan yang meliputi:

  1. Proses reseptif,
    yakni ketika rangsangan auditori diterima, formasi reticulum pada barang otak akan menyusun tonus untuk otak dan menentukan rangsangan mana yang akan diterima diotak.
  2. Proses produksi,
    yaitu ketika pesan yang masuk diatur pada area Wernicke, kemudian diteruskan melalui fasikulus arkuatum ke area Broca untuk penguraian dan kondinasi variabilitas pesan tersebut.

Referensi

  1. Suparwi, S. (2020). Pengantar psikologi kognitif. Salatiga: LP2M IAIN Salatiga.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *