Pengertian Self Disclosure

Self disclosure adalah proses di mana kita mengungkapkan aspek-aspek pribadi dari perasaan dan perilaku kita kepada orang lain (Maryam, 2018, hlm. 62). Sekilas mungkin tampak sama dengan pengukapan gagasan lainnya, yang menjadi pembeda utama dari self disclosure adalah bahwa informasi yang diungkapkan bisa saja melingkupi aspek pribadi hingga informasi-informasi lain yang bisa jadi rahasia atau sangat sensitif. Seperti yang diungkapkan oleh Devito (2011, hlm. 40) bahwa self disclosure merupakan salah satu tipe komunikasi ketika informasi tentang diri yang biasa dirahasiakan diberitahu kepada orang lain (Devito, 2011, hlm. 40).

Self disclosure merupakan kegiatan berbagi perasaan dan informasi secara akrab dengan orang lain (Morton, dalam Sears dkk, 2008, dalam Maryam, 2018, hlm. 62). Sementara itu menurut Leary, McDonald dan Tangney (dalam Agus, 2016, hlm. 46) self disclosure adalah kelengkapan psikologis yang memungkinkan refleksi diri berpengaruh terhadap pengalaman kesadaran, yang mendasari semua jenis persepsi, kepercayaan dan perasaan tentang diri sendiri serta yang memungkinkan seseorang meregulasi tentang perilakunya sendiri.

Dalam self-disclosure berlaku norma resiprok atau timbal balik (norm of reciprocity). Terdapat sebuah norma sosial yang berlaku bahwa seseorang selayaknya merespon keterbukaan orang lain dengan keterbukaan pada tingkat keakraban yang setara (Kassin dkk, dalam Maryam, 2018, hlm. 62). Artinya, jika seseorang menceritakan sesuatu yang bersifat pribadi pada kita, kita akan cenderung memberikan reaksi yang sepadan.

Pada umumnya kita mengharapkan orang lain memperlakukan diri kita sama seperti kita memperlakukan mereka. Namun, jika seseorang mengungkapkan informasi pribadi yang lebih detil atau akrab daripada yang kita lakukan, akan membuat kita merasa terancam dan kita cenderung lebih senang mengakhiri interaksi yang seperti ini. Sebaliknya, jika kita yang mengungkapkan terlalu akrab dibandingkan orang lain, kita akan merasa bodoh dan tidak aman (Sears dkk, 2008 dalam Maryam, 2018, hlm. 63). Dapat disimpulkan bahwa self-disclosure adalah kelengkapan psikologis seseorang yang memungkinkan seseorang untuk mengungkapkan aspek-aspek pribadi dan rahasia kepada orang lain.

Tingkatan Self Disclosure

Telah diungkapkan bahwa self disclosure adalah mengungkapkan berbagai hal pribadi bahkan rahasia yang selama ini disimpan. Dengan demikian, dalam proses hubungan interpersonal, terdapat tingkatan-tingkatan yang berbeda dalam pengungkapan diri. Menurut Powell (dalam Maryam, 2018, hlm. 64) tingkatan-tingkatan pengungkapan diri dalam komunikasi adalah sebagai berikut.

  1. Basa-basi
    Merupakan tingkatan pengungkapan diri yang paling dangkal, masing-masing individu berkomunikasi secara basa-basi, sekedar menciptakan kesopanan.
  2. Membicarakan orang lain
    Masing-masing individu mengungkapkan tentang orang lain atau hal-hal di luar dirinya, belum terjadi pengungkapan diri dari individu sendiri.
  3. Menyatakan gagasan atau pendapat
    Masing-masing individu sudah mulai menjalin hubungan erat, mereka mulai saling mengungkapkan tentang dirinya.
  4. Menyatakan perasaan
    Di antara individu sudah terjalin hubungan yang terbuka, jujur, dan masing-masing individu menyatakan perasaan-perasaan yang mendalam.
  5. Hubungan puncak
    Pengungkapan diri telah dilakukan secara mendalam, individu dapat menghayati perasaan yang dialami individu lainnya.

Fungsi Self Disclosure

Lantas mengapa manusia melakukan pengungkapan diri, apalagi proses interpersonal ini mengungkapkan berbagai hal pribadi dan informasi lain yang ingin ia rahasiakan? Menurut Derlega dan Grzelak (dalam Maryam, 2018, hlm. 63), pengungkapan diri memiliki lima fungsi berikut ini.

  1. Ekspresi (expression)
    Pengungkapan diri memberikan kesempatan kepada individu untuk mengekspresikan perasaan kepada individu lain.
  2. Penjernihan diri (self-clarification)
    Dengan melakukan pengungkapan diri tentang perasaan dan permasalahan yang sedang kita hadapi, kita bisa memperoleh penjelasan dan pemahaman orang lain terhadap permasalahan kita sehingga pikiran kita akan lebih jernih dan bisa melihat permasalahan dengan lebih baik.
  3. Keabsahan sosial (social validation)
    Setelah kita menceritakan permasalahan yang sedang kita hadapi, pendengar akan memberikan tanggapan terkait permasalahan tersebut, bisa berupa dukungan atau sebaliknya.
  4. Kendali sosial (social control)
    Individu dapat mengemukakan atau menyembunyikan informasi tentang dirinya untuk kontrol social, misalnya seseorang akan menceritakan sesuatu hal yang dapat menimbulkan kesan baik tentang dirinya.
  5. Perkembangan hubungan (relationship development)
    Saling berbagi perasaan dan informasi tentang diri kita kepada orang lain disertai rasa saling percaya, menjadi jalan agar hubungan semakin akrab.

Dimensi Self Disclousure

Menurut Devito (2011, hlm. 40) dimensi dalam self disclosure ini dibagi menjadi lima bagian, yakni sebagai berikut.

  1. Ukuran atau jumlah self disclosure
    Ukuran self disclosure didapat dari frekuensi seseorang melakukan self disclosure dan durasi pesan-pesan yang bersifat self disclosure atau waktu yang diperlukan untuk menyatakan pengungkapan tersebut. Dalam hal ini self disclosure yang dilakukan akan sangat tidak terbatas oleh waktu, di mana seseorang dapat kapan saja terhubung dengan aktivitas internet dan melakukan self disclosure pada media sosial saat seseorang merasa hal atau kejadian yang dialaminya patut untuk diungkapkan.
  2. Valensi self disclosure
    Valensi merupakan kualitas positif dan negatif dari self disclosure. Individu dapat mengungkapkan diri dengan baik dan menyenangkan (positif), atau dengan tidak baik dan tidak menyenangkan (negatif), kualitas ini akan menimbulkan dampak yang berbeda, baik pada orang yang mengungkapkan diri maupun pada pendengarnya.
  3. Kecermatan dan kejujuran
    Kecermatan atau ketepatan self disclosure akan dibatasi oleh sejauh mana individu mengetahui atau mengenal dirinya sendiri. Selanjutnya self disclosure akan berbeda tergantung pada kejujuran. Individu dapat secara total jujur atau dapat melebih-lebihkan, atau berbohong. Dalam hal ini, mengenal diri sendiri akan berkaitan dengan tinjauan konsep diri (self concept) seseorang.
  4. Tujuan dan maksud
    Individu akan menyingkapkan apa yang ditujukan untuk diungkapkan, sehingga dengan sadar individu tersebut dapat mengontrol self disclosure. Dalam hal ini, mengenai penyingkapan perasaan terkadang seseorang berpikir secara spontan, melibatkan emosional yang kadang kurang terkontrol.
  5. Keintiman
    Individu dapat menyingkapkan hal-hal yang intim dalam hidupnya atau hal dianggap sebagai pheriperal atau impersonal atau hal-hal yang terletak antara pheriperal atau impersonal.

Aspek Self Disclosure

Leung (2002) mengungkapkan bahwa self-disclosure terdiri atas lima aspek yang di antaranya adalah sebagai berikut.

  1. Control of depth
    Individu mengakui bahwa mereka berbicara cukup panjang tentang diri sendiri, mengungkapkan hal yang intim atau pribadi, dan sepenuhnya mengungkapkan perasaan diri sendiri di media sosial.
  2. Accuracy
    Berkaitan dengan ketulusan, keterbukaan, dan kejujuran tentang perasaan, emosi, dan pengalaman individu ketika menggunakan media sosial.
  3. Amount of disclosure
    Berkaitan dengan seberapa banyak individu mengungkapkan diri sendiri di media sosial.
  4. Valence
    Berkaitan dengan isi dari apa yang diungkapkan individu, di mana hal tersebut bersifat lebih positif dan diinginkan, atau lebih negatif dan tidak diinginkan.
  5. Intent of disclosure
    Berkaitan dengan apakah individu menyadari apa yang mereka ungkapkan di media sosial.

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Self Disclosure

Menurut (Devito, 2011, hlm. 65-67) factor-faktor yang mempengaruhi self disclosure yang di antaranya adalah sebagai berikut.

  1. Besaran kelompok
    Self-disclosure lebih banyak terjadi dalam kelompok kecil ketimbang kelompok besar. Dengan satu pendengar (jika berada di kelompok yang 17 terdiri atas dua orang), pihak yang melakukan pengungkapan diri dapat meresapi tanggapan dengan cermat. Besaran kelompok atau ukuran audiens maksimal 4 orang. Pengungkapan diri lebih banyak terjadi dalam kelompok kecil dari pada kelompok besar. Diad (kelompok yang terdiri atas dua orang) merupakan lingkungan yang paling cocok untuk pengungkapan diri. Bila, ada lebih dari satu orang pendengar, pemantauan seperti ini menjadi sulit, karena tanggapan yang muncul pasti berbeda dari pendengar yang berbeda.
  2. Perasaan menyukai
    Kita membuka diri kepada orang-orang yang kita sukai atau cintai, dan kita tidak akan membuka diri kepada orang yang tidak kita sukai. Individu membuka diri kepada orang-orang yang disukai atau dicintainya, dan individu tidak akan membuka diri kepada orang yang tidak disukai. Hal ini dikarenakan orang yg disukai (dan mungkin menyukai balik) akan mendukung dan positif.
  3. Efek diadik
    Individu melakukan self-disclosure bila orang yang mengetahuinya juga melakukan self-disclosure. Pengungkapan diri menjadi lebih akrab bila itu dilakukan sebagai tanggapan atas pengungkapan diri orang lain. Efek diadik ini mungkin membuat seseorang merasa lebih aman, dan nyatanya memperkuat perilaku pengungkapan diri.
  4. Kompetensi
    Individu yang kompeten lebih banyak melakukan pengungkapan diri daripada individu yang kurang kompeten. Hal ini dikarenakan individu yang kompeten memiliki rasa percaya diri dan memiliki banyak hal yang positif untuk diungkapkan.
  5. Kepribadian
    Orang-orang yang pandai bergaul (sociable) dan ekstrovert melakukan pengungkapan diri lebih banyak dari pada mereka yang kurang pandai bergaul dan lebih introvert. Orang yang kurang berani bicara pada umumnya juga kurang mengungkapkan diri daripada mereka yang merasa lebih nyaman dalam berkomunikasi.
  6. Topik
    Pada umumnya informasi yang lebih pribadi seperti seks atau keadaan keuangan serta topik-topik negatif lebih kecil kemungkinannya untuk di ungkapkan sehingga individu cenderung membuka diri tentang topik tertentu. Sementara itu individu akan lebih cenderung lebih membuka diri mengenai topik pekerjaan atau hobi. Umumnya, semakin pribadi dan makin negatif suatu topik, semakin kecil pula kemungkinan individu untuk mengungkapkannya.
  7. Jenis kelamin
    Jenis kelamin merupakan salah satu faktor terpenting yang mempengaruhi pengungkapan diri. Wanita lebih terbuka dari pada pria, dan lebih terbuka pada orang yang disukai. Sementara itu laki-laki lebih terbuka pada orang yang dipercayai.

Referensi

  1. Agus, A. R. (2016). Metode Penelitian Psikologi Langkah Cerdas Menyelesaikan Skripsi. Bandung: Pt Remaja Rosdakarya.
  2. DeVito, J.A. (2011). Komunikasi Antarmanusia. Jakarta: Karisma Publishing Group.
  3. Leung l. (2002). Loneliness, Self-Disclosure, and ICQ (“I Seek You”) Use. Cyberpsychology & behavior, 5, 241-251
  4. Maryam, E.W. (2018). Psikologi sosial. Sidoarjo: UMSIDA Press.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *