Daftar Isi ⇅
show
Simbol dalam teater merupakan salah satu cara penyampaian pesan yang utama. Pesan berupa simbol akan memberikan ketertarikan lebih pada penonton. Mengapa? Karena penonton akan merasa tertantang untuk menginterpretasikannya. Saat interpretasi yang dihasilkan ternyata memberikan pencerahan atau suatu perasaan dan keterkaitan yang kuat, maka penonton juga akan disuntiki perasaan puas yang lebih tinggi lagi.
Namun permainan simbol yang terlalu klise berisiko untuk membuat penonton merasa kecewa atau merasa geli (cringe). Selain itu, membuat simbol yang menggunakan analogi terlalu jauh atau terlalu sulit untuk ditebak juga berisiko membuat pesan tidak tersampaikan. Kedua hal tersebut merupakan kesalahan yang sering terjadi pada pembentukan simbol. Hal pertama penyebabnya adalah kurangnya literasi, sementara yang kedua biasanya terjadi karena terlalu asyik bermain teka-teki di kepala sendiri.
Oleh karena itu pemahaman mengenai simbol amatlah penting dikuasai berkaitan dengan pemakaiannya pada seni teater. Simbol dalam teater merupakan jiwa dari berbagai pesan yang ingin disampaikan. Berikut adalah berbagai uraian yang membahas berbagai sudut dari simbol dalam teater.
Makna Simbol dalam Teater
Apa yang terjadi di atas pentas semata-mata adalah simbolisasi dari pesan-pesan seniman penggarap teater untuk mengomunikasikan gagasan-gagasan atau ide-ide keseniannya. Simbol adalah sarana untuk menghantarkan makna pesan penggarap. Adapun pesan adalah nilai-nilai yang dikomunikasikan kepada publik penonton untuk mendapat tanggapan dan apresiasi.
Teater merupakan seni pertunjukan yang sarat dengan simbol-simbol penuh makna. Bahkan biasanya berbagai peristiwa yang disajikan di panggung bukanlah peristiwa yang sebenarnya, melainkan peristiwa simbolis yang diangkat dari pengalaman kehidupan manusia. Penonton bisa menikmati pertunjukan teater melalui proses penafsiran makna-makna dari simbol-simbol yang dihadirkan di atas pentas.
Simbol itu hanyalah sarana atau media untuk menyampaikan makna pesan seniman kepada penonton. Di balik sarana simbol ada makna yang ditafsirkan penonton tentang apa yang dimaksudkan oleh seniman. Teknik penyampaian gagasan pada teater dan jenis seni lainnya, tidak dilakukan secara gamblang dan jelas seperti halnya pada ceramah atau pidato.
Seni selalu mengusung nilai-nilai secara terselubung dalam balutan simbol hingga menarik untuk dicerna. Tidak heran jika kita menonton teater dituntut untuk penuh konsentrasi mengikuti jalannya pertunjukan agar bisa memaknai apa yang dimaksudkan.
Oleh karena itu, menonton teater menuntut penontonnya untuk senantiasa berpikir agar dapat menafsirkan makna pesan yang berada di balik simbol yang disajikan. Hal ini merupakan salah satu keindahan suntik dari menonton teater, saat kita mampu menerjemahkan apa yang diungkapkan lewat sarana simbol dan mengasosiasikannya pada pengalaman kita.
Dengan demikian, makna simbol dalam teater adalah suatu penyampaian pesan utama yang disampaikan secara terselubung atau tidak langsung, sehingga harus ditafsirkan oleh penonton.
Jenis Simbol dalam Teater
Menurut Tim Kemdikbud (2018, hlm. 174) jenis simbol dalam teater pada dasarnya dibagi menjadi tiga, yaitu :
- Simbol visual,
adalah simbol yang nampak dalam penglihatan penonton, meliputi seluruh wujud bentuk dan warna termasuk tubuh para pemain. - Simbol verbal,
adalah simbol yang diungkapkan dengan kata-kata, baik oleh para pemain, narator, maupun dalang. - Simbol auditif,
adalah simbol yang berbunyi atau simbol yang ditimbulkan oleh bunyi.
Segala sesuatu yang nampak di atas pentas akan mengirimkan pesan makna kepada penonton. Seperti pemain yang memerankan tokoh cerita tertentu adalah simbol karakteristik tokoh cerita ciptaan sutradara. Mulai dari gesturnya, gerakannya, kostumnya, ekspresi wajahnya, serta perkakas pendukungnya yang ada di atas pentas. Tata cahaya juga akan memperkuat simbol visual, seperti terang, redup, merah, jingga, kuning, biru, dsb.
Semua gerak laku pemain, bentuk dan warna benda-benda artistik, serta dialog yang dibawakan akan memberikan kesan simbolis pada penontonnya. Makna pesan verbal sangat bergantung pada kata-kata yang diucapkan, cara mengucapkan, nada bicara, serta irama berbicara. Semua ungkapan kata-kata akan mengirimkan pesan makna kepada penonton teater. Simbol melalui kata-kata atau simbol verbal adalah simbol yang relatif mudah dicerna oleh penonton. Karena sifatnya yang langsung mengatakan sesuatu dan penonton langsung memaknai apa yang dimaksud di balik kata-kata itu.
Dari sisi auditif, setiap bunyi selalu punya arti dan setiap nada senantiasa menebarkan makna pula pada suatu pertunjukan teater. Sebab semua bunyi, semua nada, lirik dan lagu secara sengaja dicipta untuk memperkuat komunikasi makna. Hentakan kaki tokoh cerita ketika sedang marah, atau bunyi derap langkah seperti orang berbaris adalah simbolis untuk mengesankan sesuatu. Lagu syahdu dalam adegan romantis adalah juga simbol yang akan memperkuat adegan yang dimaksud.
Semua yang nampak, semua yang terucap, dan semua yang terdengar adalah simbol yang bisa ditanggapi oleh penonton. Efektivitas penggunaan jenis-jenis sarana simbolis dalam mengomunikasikan gagasan sangat bergantung pada pengetahuan dan kemampuan teknik para pemain.
Fungsi Simbol dalam Komunikasi
Simbol-simbol yang digunakan dalam pertunjukan teater berfungsi untuk memperkuat komunikasi ide-ide yang akan disampaikan kepada penonton (Tim kemdikbud, 2018, hlm. 176). Kualitas komunikasi ditentukan oleh proses pencarian atau eksplorasi, proses latihan, dan penjiwaan.
Bahasa verbal atau bahasa dalam bentuk katakata adalah sarana simbolis dalam proses komunikasi. Agar komunikasi terjadi dan berjalan dengan lancar, maka kedua belah pihak harus saling memahami apa yang diungkapkan melalui ucapan masing-masing. Kita bisa memahami gagasan, keinginan, hasrat, maksud melalui ucapan seseorang yang disampaikan kepada kita. Begitu juga kita bisa menyampaikan apa yang kita maksud melalui kata-kata yang kita ucapkan kepada orang lain.
Komunikasi bisa berjalan lancar manakala bahasa yang digunakan sama atau satu bahasa. Jika bahasa yang digunakan lebih dari satu karena berasal dari dua latar belakang budaya maka komunikasi akan terhambat. Bahkan dalam satu bahasa pun kadang-kadang terhambat oleh idiom serta perbendaharaan kata-kata, sehingga komunikasi melalui kata-kata tidak efektif.
Oleh karena itu kita dapat menggunakan bahasa nonverbal atau bahasa tubuh untuk menegaskan maksud ucapan dengan simbol-simbol visual. Bahasa nonverbal sangat membantu proses komunikasi ketika bahasa kata-kata terbatas oleh perbendaharaan dan struktur kalimat yang diucapkan. Mitra komunikasi akan paham tentang apa yang dimaksudkan melalui gerakan anggota tubuh ketika berkomunikasi. Bahkan diam pun dalam teater adalah komunikasi. Duduk termenung di sudut ruangan tanpa kata-kata adalah komunikasi, karena orang lain akan menafsirkan tentang apa dan mengapa merenung.
Seseorang yang sedang mendesah sehabis menarik nafas sangat dalam pada dasarnya mengomunikasikan sesuatu tentang kehidupan dalamnya melalui desahan. Bahasa nonverbal yang visual tidak terbatas oleh kata-kata dan tidak terbatas oleh satu makna. Oleh karena komunikasi nonverbal kadang-kadang menimbulkan multi tafsir bergantung kepada pengetahuan dan pengalaman penafsir yang menjadi mitra komunikasi.
Bentuk dan Warna
Di samping bahasa tubuh, bahasa visual meliputi juga bentuk dan warna. Bentuk bulat berbeda makna dengan persegi, berbeda dengan segi tiga dan seterusnya. Setiap bentuk dimaknai beragam oleh kehidupan budaya. Bentuk-bentuk itu bisa berupa perkakas rumah, senjata tradisional, dan sebagainya. Begitu juga warna-warna yang digunakan baik untuk kostum pemain, ataupun properti akan mengesankan makna berbeda dari warna yang berbeda.
Namun setiap budaya akan memaknainya beragam sesuai dengan kesepakatan komunitas dalam kehidupan budaya masing-masing. Misalnya warna merah bagi orang Indonesia dimaknai berani, warna jingga dimaknai murka, warna putih dimaknai suci, warna kuning dimaknai agung. Namun dalam realitas kehidupan budaya etnik makna-makna itu beragam sesuai dengan kesepakatan masyarakatnya.
Sebagai contoh warna merah bagi orang Tiongkok dimaknai sebagai warna romantis. Hitam bagi orang Sunda dimaknai sebagai warna bumi. Ketika kita memaknai bahasa ungkap teater baik visual, verbal, maupun nonverbal, maka sarana simbol itu akan menghantarkan makna budaya. Dengan demikian kita dapat menafsirkan pesan-pesan yang disampaikan melalui bahasa ungkap tersebut.
Ragam Teknik Ungkapan Simbolik
Teknik pengungkapan gagasan dalam teater sangat beragam. Media ungkap yang digunakan biasanya tidak hanya satu media melainkan multimedia. Media tersebut berupa bahasa ungkap sebagai sarana komunikasi yang meliputi audio dan visual. Bahasa kata-kata yang diucapkan para pemain dan musik termasuk kategori audio, sedangkan bahasa tubuh, bahasa warna, dan bentuk termasuk kategori visual.
Para penggarap teater senantiasa melakukan teknik pengungkapan secara efektif mengingat panggung merupakan ruang yang sangat terbatas, tetapi harus mengesankan berbagai hal. Jika panggung harus mengesankan suasana pantai, karena peristiwa cerita terjadi di pantai, tidak mungkin suasana pantai yang sebenarnya dipindahkan ke atas panggung. Penggarap teater biasanya hanya menghadirkan benda-benda yang khas dan bisa mewakili suasana pantai.
Jika tidak bisa menghadirkan benda-benda pantai dengan sesuatu alasan tertentu, sarana simbol bisa menggunakan bunyi deru ombak atau desir pasir tertiup angin laut menyentuh dedaunan yang berada di sekitar pantai. Jika hal itu pun tidak bisa dilakukan, ada cara instan yang biasa digunakan para penggarap teater yaitu dengan lukisan atau print out foto pantai pada kanvas besar atau pada layar belakang.
Untuk memperkuat suasana pantai tersebut biasanya dipertegas oleh media lain misalnya sistem pencahayaan, warna dan desain kostum para pemain, serta akting para pemain yang seolah-olah seperti perilaku orang-orang pantai. Kejelian penggarap dalam menghadirkan benda-benda, warna-warna, bentuk-bentuk, serta bunyi-bunyi dan perilaku-perilaku untuk mengesankan suasana tertentu adalah nilai kreativitas yang sangat tinggi.
Ungkapan Simbolik dalam Penampilan Teater
Penampilan teater pada dasarnya merupakan proses pemanggungan sebuah lakon. Naskah drama yang berupa teks berisi kata-kata karya seorang pengarang kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa pentas oleh para seniman penggarap maka itulah pertunjukan teater. Istilah lain untuk proses penerjemah bahasa ungkap yang dipanggungkan adalah transformasi bahasa kata-kata dalam teks naskah yang awalnya hanya simbol-simbol verbal, kemudian kemudian diperkaya dengan simbol-simbol audio dan visual.
Seorang penggarap teater akan selalu mencari padanan sarana simbol yang digunakan dalam teks naskah ke dalam versi pertunjukan. Misalnya, kata “tidak” dalam teks naskah apakah kemudian langsung diucapkan oleh pemain? Atau hanya cukup dengan bahasa tubuh dengan cara menggelengkan kepala. Bisa juga kata “tidak” divisualkan dengan gerakan tangan yang seolah-olah menolak. Menggunakan seluruh media ungkap baik visual maupun verbal serta audio agar betul-betul lengkap.
Perlu diperhatikan bahwa dalam penggunaan media ungkap, efektivitasnya dan kesesuaiannya dengan karakter tokoh cerita yang dimainkan. Karakter tokoh yang lincah, berani dan tegas senantiasa menyertakan bahasa tubuh ketika dia sedang berbicara. Hal itu berbeda dengan seseorang yang dingin, pendiam, atau pemalu, karakter ini sulit berkomunikasi dengan orang lain, dengan sendirinya gagasannya atau hasratnya, atau keinginannya sulit untuk dipahami oleh orang lain.
Kedua karakter tersebut di atas bisa hadir dalam satu cerita dan bagaimana cara menampilkannya. Bukan hal gampang untuk menerjemahkan bahasa teks (sastra drama) ke dalam bahasa pertunjukan. Ada banyak pengetahuan dan pengalaman yang harus dimiliki oleh seorang penggarap drama. Jika garapan drama tidak disertai dengan pengetahuan dan pengalaman, maka produk drama yang dipertunjukkan akan berkesan miskin pengalaman dan pengetahuan. Sebaliknya jika penggarapnya adalah orang yang memiliki banyak pengetahuan serta pengalaman maka pertunjukan akan berkesan kaya dan lebih menarik.
Seseorang yang memiliki banyak pengetahuan tidak akan kehabisan ide untuk menafsirkan hal-hal yang ada dalam sastra drama untuk kebutuhan pertunjukan. Seseorang yang memiliki banyak pengalaman dalam proses garapan dan menonton karya orang lain, sangat memungkinkan untuk menghadirkan ide-ide yang orisinal, bukan tiruan dari karya orang lain. Orisinalitas karya adalah keunikan seniman penggarap yang membedakan dirinya dengan seniman lainnya. Semua itu berindikasi pada suksesnya garapan drama, serta itulah kualitas karya yang membuat penonton merasa empati pada karya tersebut.
Referensi
- Tim Kemdikbud. (2018). Seni Budaya XII, semester 1. Jakarta: Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang, Kemendikbud.