Pengertian Sosiologi Pendidikan

Sosiologi pendidikan adalah kajian sosiologi yang mempelajari dan berusaha untuk memecahkan berbagai persoalan yang dihadapi dalam bidang pendidikan, melalui analisis proses dan pola sosial yang berlangsung dalam sistem pendidikan. Pengertian tersebut diperkuat oleh Ahmadi (2016, hlm. 24) yang mengungkapkan bahwa sosiologi pendidikan adalah ilmu sosiologi yang melakukan analisis ilmiah tentang proses-proses sosial dan pola-pola sosial yang berlangsung dalam sistem pendidikan (Abu Ahmadi, 2016, hlm. 24).

Secara etimologi, “sosiologi pendidikan” berasal dari kata “sosiologi dan “pendidikan”.’ “Sosilogi” berasal dari bahasa Latin dan Yunani, yakni kata “socius” dan “logos”. “Socius” berarti “kawan” “berkawan”, atau “bermasyarakat. Sementara itu “logos” berarti “ilmu” atau “berbicara tentang sesuatu”.

Dengan demikian secara harfiah istilah “sosiologi” dapat diartikan ilmu tentang kelompok manusia atau masyarakat. Tepatnya, sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia dalam kelompok-kelompok dan struktur sosialnya.

Namun, secara terminologis beberapa ahli mendefinisikan sosiologi secara agak berbeda. Marx Weber memandang sosiologi sebagai studi tentang tindakan sosial antarhubungan sosial. Sementara itu, Ritzer (2018,  hlm.38) mendefinisikan sosiologi sebagai ilmu yang berusaha untuk menafsirkan dan memahami (interpretative understanding) tindakan sosial serta hubungan sosial untuk sampai pada penjelasan kausal.

Dapat disimpulkan bahwa sosiologi adalah ilmu yang mempelajari bagaimana manusia itu berhubungan satu dengan yang lain dalam kelompoknya dan bagaimana susunan unit-unit masyarakat atau sosial di suatu wilayah serta kaitannya satu dengan yang lain.

Sementara itu, pengertian pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan perilaku seseorang atau kelompok dalam usaha mendewasakan manusia melalui pengajaran dan pelatihan (Damsar, 2011, hlm. 8). Dapat disimpulkan bahwa sosiologi pendidikan adalah sosiologi atau ilmu studi tindakan sosial serta hubungan sosial yang digunakan untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapi oleh pendidikan dalam konteks sosial.

Pengertian Sosiologi Pendidikan menurut Para Ahli

Untuk memastikan kesahihan pengertian sosiologi pendidikan yang telah dibahas di atas, berikut adalah beberapa pengertian sosiologi pendidikan menurut para ahli yang dihimpun oleh Syaepurohman (2009, hlm. 10).

Fairchild

Sosiologi pendidikan adalah sosiologi yang diterapkan untuk memecahkan masalah-masalah pendidikan yang fundamental.

F.G. Robbins

Sosiologi pendidikan merupakan sosiologi khusus yang tugasnya menyelidiki struktur dan dinamika proses pendidikan.

George Payne

Sosiologi pendidikan adalah ilmu sosiologi yang berusaha menjelaskan lembaga, kelompok sosial dan proses sosial yang diperoleh dan dialami oleh individu, terutama yang secara khusus berkaitan dengan sistem pendidikan yang selalu berevolusi dan berubah.

Ellwood

Sosiologi pendidikan merupakan ilmu yang bertujuan untuk menemukan hubungan pada berbagai aspeknya, antara proses mendidik dan proses social.

E.B. Reuter

Ilmu yang mempelajari evolusi lembaga-lembaga pendidikan dalam hubungannya dengan perkembangan manusia, khususnya pada pengaruh lembaga pendidikan terhadap kepribadian sosial setiap individu.

Dodson

Sosiologi pendidikan adalah Ilmu yang mempelajari dampak lingkungan budaya secara keseluruhan yang diperoleh dan disusun oleh pengalaman.

Wuraji

Sosiologi pendidikan adalah Ilmu yang membahas sosiologi yang terdapat dalam pendidikan.

Ruang Lingkup Sosiologi Pendidikan

Ihwal apa saja yang menjadi kajian dari sosiologi pendidikan? Menurut Brookover (1976, hlm. 14-16) ruang lingkup sosiologi pendidikan adalah:

  1. hubungan sistem pendidikan dengan sistem sosial lain;
  2. hubungan sekolah dengan komunitas sekitarnya;
  3. berbagai hubungan antar manusia dalam sistem pendidikan;
  4. pengaruh sekolah terhadap perilaku anak didik.

Selanjutnya, Vembriarto (1990, hlm. 6) berpendapat bahwa ruang lingkup sosiologi pendidikan ialah sebagai berikut:

  1. pendidikan ditinjau dari sudut orientasi sosial yang bersifat umum;
  2. masalah proses sosialisasi anak;
  3. kehidupan dan kebudayaan sekolah, dan
  4. pendidikan ditinjau dari sudut hubungan antar pribadi.

Tujuan Sosiologi Pendidikan

George W. Herrington (dalam Ahmadi. 2016, hlm. 9-10) mengungkapkan bahwa tujuan sosiologi pendidikan adalah sebagai berikut.

  1. Memahami peranan guru di komunitas dan sekolah sebagai instrumen perkembangan sosial dan faktor sosial yang mempengaruhi sekolah
  2. Memahami ideologi demokrasi, kebudayaan, sistem ekonomi dan kecenderungan sosial dikaitkan dengan institusi pendidikan formal dan informal.
  3. Dapat memahami kekuatan-kekuatan sosial dan pengaruhnya terhadap individu.
  4. Sosialisasi kurikulum.
  5. Penggunaan teknik-teknik penelitian dan berpikir kritis untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut di atas.

Sedangkan Nasution (2019, hlm. 2-5), dengan menyitir Brown, Cook, Waller dan Payne, menyebutkan bahwa tujuan sosiologi pendidikan adalah sebagai berikut.

  1. Analisis proses sosialisasi.
  2. Analisis pendidikan dalam masyarakat.
  3. Alat kemajuan dan perkembangan sosial
  4. Analisis interaksi sosial di sekolah dan antara sekolah dengan masyarakat.
  5. Dasar untuk menentukan tujuan pendidikan.
  6. Sosiologi terapan, dan
  7. Latihan bagi petugas pendidikan. Sosiologi pendidikan merupakan penerapan praktis sosiologi bagi keperluan pendidikan.

Sejarah Sosiologi Pendidikan

Jauh sebelum sosiologi muncul, sebetulnya telah ada perhatian dari para intelektual terhadap masalah-masalah serta isu-isu yang berhubungan dengan masyarakat dan perilaku manusianya. Para ahli filsafat Pencerahan (Enlightenment) pada abad ke-18 sudah menekankan peranan akal budi dalam memahami perilaku manusia dan dalam memberikan landasan untuk hukum-hukum dan organisasi negara.

Pada mulanya, sosiologi masih menjadi bagian tak terpisahkan dari filsafat. Pada waktu itu filsafat mencakup segala usaha-usaha pemikiran mengenai masyarakat. Filsafat bahkan mendapat julukan sebagai “induk dari ilmu pengetahuan” atau “Mater Scientiarum” ataupun menurut Francis Bacon sebagai “the great mother of the sciences”.

Lama kelamaan, dengan perkembangan zaman dan tumbuhnya peradaban manusia, pelbagai ilmu pengetahuan, yang semula tergabung dalam filsafat memisahkan diri dan berkembang mengejar tujuan masing-masing. Sosiologi termasuk cabang ilmu yang memisahkan dari filsafat. Lahirnya sosiologi sebagai ilmu sosial tidak lepas dari peran seorang tokoh brilian, yakni Auguste Comte (1798-1857).

Sejarah perkembangan sosiologi pendidikan bermula dari sosiologi yang muncul pada abad 19. Berdasarkan sejarah lahir dan berkembangnya sosiologi pendidikan, ia merupakan disiplin ilmu yang relatif masih muda. Untuk mencari tokoh dan pelopor belum ada standar yang memadai, oleh karena itu yang dimaksud dengan pelopor dan tokoh sosiologi pendidikan di sini, hanya didasarkan pada para ahli sosiologi yang mempunyai perhatian dan komitmen yang tinggi terhadap pendidikan yang di antaranya adalah sebagai berikut.

Lester Frank Word (1841-1913)

Lester Frank Word adalah salah seorang pelopor sosiologi di Amerika Serikat yang dianggap sebagai pencetus gagasan tentang lahirnya sosiologi pendidikan. Gagasan ini tersusun dalam karyanya Applied Sociology (sosiologi terapan) yang khusus mempelajari perubahan-perubahan masyarakat karena usaha manusia.

Sumbangan Word yang penting terhadap sosiologi pendidikan adalah pemikirannya tentang evolusi sosial. Evolusi sosial adalah perkembangan masyarakat secara gradual yang menunjukkan proses perubahan yang terjadi dalam dinamika kehidupan sehari-hari dalam tiap masyarakat.

Misalnya, adat serta peraturan diubah sesuai dengan desakan keperluan-keperluan baru dari individu-individu dalam masyarakat. Menurut Word, pendidikan adalah alat penting untuk mendorong terjadinya proses evolusi masyarakat dalam mencapai tujuan-tujuan yang diharapkan. Sekolah merupakan institusi penting untuk menuju perubahan masyarakat dan mempunyai fungsi sosial yang lebih besar daripada peran mengajar individu.

John Dewey(1859-1952)

Gagasan Lester Frank Word tersebut dikembangkan oleh John Dewey, seorang tokoh pragmatisme, ahli pendidikan, dan sekaligus pelopor sosiologi pendidikan. Dalam karya termasyhurnya yang berjudul School and Society yang terbit pada tahun 1899, menekankan sekolah sebagai institusi sosial.

Ia memandang bahwa hubungan antara lembaga pendidikan dan masyarakat sangat penting. Dewey meneliti tentang kehidupan anak-anak kota yang tampak acuh dan buta terhadap produk yang dimanfaatkan setiap hari, seperti pakaian, gas, peralatan rumah tangga, dan sebagainya, mereka hanya tinggal memakai tanpa tahu bagaimana cara membuatnya. Kondisi yang seperti ini dapat diperbaiki melalui dengan jembatan lembaga pendidikan.

Emile Durkheim (1858-1917)

Salah seorang tokoh penting dalam khazanah perkembangan sosiologi pendidikan adalah Emile Durkheim terutama pandangannya terhadap pendidikan sebagai suatu social thing (ikhtiar sosial). Atas dasar pandangan ini ia mengatakan bahwa “pendidikan itu bukanlah hanya satu bentuk, baik dalam artian ideal maupun aktualnya, tetapi bermacam-macam, dan keragaman bentuk yang dimaksud sebenarnya mengikuti banyaknya perbedaan lingkungan di masyarakat sendiri”.

Karl Mannheim (1893-1947)

Dalam perkembangan selanjutnya, Karl Mannheim sebagai sosiolog yang memasuki dan menekuni dunia pendidikan, memandang bahwa pendidikan adalah sebagai salah satu elemen dinamis dalam sosiologi.

Ia menyatakan bahwa “ahli sosiologi tidak memandang pendidikan semata-mata sebagai alat merealisasikan cita-cita abstrak suatu kebudayaan atau sebagai alat transfer keahlian teknis, akan tetapi sebagai suatu bagian dalam proses mempengaruhi manusia”.

Terlebih lagi jika pendidikan dihadapkan kepada kecenderungan perkembangan masyarakat yang sangat beragam sesuai dengan tahap pertumbuhannya.

George Payne

Menurut George Payne, yang kerap disebut sebagai bapak sosiologi pendidikan, mengungkapkan bahwa, di dalam lembaga-lembaga, kelompok-kelompok sosial, proses sosial, terdapat apa yang dinamakan hubungan-hubungan sosial, di mana dengan interaksi sosial itu individu memperoleh dan mengorganisir pengalaman-pengalamannya. Inilah yang merupakan aspek-aspek atau prinsip-prinsip sosiologisnya.

E.G Payne secara spesifik memandang sosiolgi pendidikan sebagai studi yang konfrenhensif tentang segala aspek pendidikan dari segi ilmu yang diterapkan. Bagi Payne sosiologi pendidikan tidak hanya meliputi segala sesuatu dalam bidang sosiologi yang dapat dikenakan analisis sosiologis.

Tujuan utamanya ialah memberikan guru-guru, para peneliti dan orang lain yang menaruh perhatian akan pendidikan latihan yang serasi dan efektif dalam sosiologi yang dapat memberikan sumbangannya kepada pemahaman yang lebih mendalam tentang pendidikan.

Referensi

  1. Ahmadi, Abu. (2016). Sosiologi Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta: Rineka Cipta.
  2. Damsar. (2011). Pengantar Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Prenada.
  3. Nasution, S. (2019). Sosiologi Pendidikan (Cetakan 10). Jakarta: Bumi Aksara.
  4. Ritzer, George, Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2018.
  5. Syaepurohman, P., dkk. (2009). Sosiologi Pendidikan. Jakarta: FKIP UM Prof. Dr. Hamka.
  6. Vembriarto. (1990). Sosiologi Pendidikan, edisi revisi, cetakan pertama. Yogyakarta: Adi Offset.

Leave a comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *