Daftar Isi ⇅
show
Pengertian Fonetik
Fonetik adalah cabang linguistik yang mempelajari bunyi bahasa tanpa memperhatikan apakah bunyi tersebut dapat membedakan arti atau tidak (Dhanawaty, dkk, 2017, hlm. 29). Bunyi semacam itu disebut dengan bunyi netral atau tidak terikat pada bahasa tertentu. Tentunya bunyi yang dimaksud adalah bunyi bahasa berupa ujaran. Seperti yang dikemukakan oleh Muliastuti (2014, hlm. 19) fonetik adalah bagian dari linguistik yang mempelajari proses ujaran.
Contoh Fonetik
Lalu seperti apa contoh konkret dari fonetik? Hal ini sangat bergantung pada ruang lingkup fonetik yang sedang kita bicarakan. Contohnya, kita akan memebicarakan cara kerja alat ucap manusia dan bagaimana bunyi-bunyi yang dihasilkannya diklasifikasikan jika kita bicara masalah fonetik organis (artikulatoris). Fonetik juga dapat membicarakan masalah peristiwa fisis yang menyelidiki bunyi dari segi frekuensi getaran, amplitudo intensitas, dan volumenya. Namun dmeikian karena kita tengah membicarakan mengenai bunyi pula, maka penerimaan bunyi-bunyi tersebut melalui telinga juga akan dibahas. Untuk lebih jelasnya, berikut adalah pemaparan mengenai ruang lingkup yang dipelajari dari fonetik.
Jenis/Ruang Lingkup Fonetik
Untuk mempelajari bagaimana ilmu ini digunakan untuk menelusuri bunyi netral bahasa, berikut adalah tiga cakupan fonetik yang dibahas dalam cabang fonologi ini.
- Fonetik Organis/Artikulatoris
merupakan cabang fonetik yang mempelajari mekanisme alat-alat ucap bekerja dalam menghasilkan bunyi ujaran dan bagaimana bunyi-bunyi itu diklasifikasikan. - Fonetik Akustik
mempelajari bunyi bahasa sebagai peristiwa fisis dan menyelidikinya dari segi frekuensi getaran, amplitudo intensitas, dan timbre (kualitas/bentuk suara). Perhatian utama studi ini adalah gelombang-gelombang bunyi yang timbul pada saat kegiatan berbicara dan transmisi gelombang-gelombang getaran tersebut melalui udara. - Fonetik Auditoris
mengungkap mekanisme penerimaan bunyi-bunyi bahasa oleh telinga. Perhatian utamanya adalah pada persepsi gelombang-gelombang bunyi oleh telinga pendengar, baik yang berkenaan dengan fisiologi telinga dan alat-alat dengar yang terkait maupun berkenaan dengan psikologi persepsinya (Dhanawaty, dkk, 2017, hlm. 29).
Untuk lebih jelasnya, berikut adalah ilustrasi perbedaan antara tiga jenis fonetik di atas.
Dari ketiga tipe atau jenis fonetik di atas, yang dianggap paling berhubungan dengan linguistik (ilmu bahasa) adalah fonetik artikulatoris. Sementara itu, fonetik akustik merupakan interdisiplin antara linguistik dan fisika. Fonetik auditoris sendiri lebih banyak didalami dalam dunia medis atau kesehatan.
Alat Ucap
Dalam membahas fonetik, tentunya alat ucap menjadi salah satu hal yang akan dipelajari pula. Alat ucap manusia tentunya terdapat pada mulut. Spesifiknya, alat ucap ini melibatkan banyak bagian, meliputi beberapa hal yang akan diilustrasikan pada gambar di bawah ini.
- Bibir atas
- Gigi atas
- Gusi
- Langit-langit keras
- Langit-langit lunak
- Anak tekak
- Bibir bawah
- Gigi bawah
- Ujung lidah
- Daun lidah
- Tengah lidah
- Punggung lidah
- Glotis
- Rongga mulut
- Rongga hidung
- Rongga tekak
- Pangkal tenggorokan
Alat-alat Bicara
Alat ucap tidak dapat bekerja jika tidak melibatkan alat bicara lainnya yang mencakup dari rona mulut, hidung, hingga paru-paru yang membuat kita mampu untuk menarik udara untuk menghasilkan bunyi. Berikut adalah alat-alat bicara yang menyokong kemampuan berbicara alat ucap manusia.
No. | Nama | Adjektival |
---|---|---|
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 | paru-paru batang tenggorokan pangkal tenggorokan pita-pita suara rongga kerongkongan katup pangkal tenggorokan akar lidah pangkal lidah tengah lidah daun lidah ujung lidah anak tekak langit-langit lunak langit-langit keras lengkung kaki gigi gigi atas gigi bawah bibir atas bibir bawah mulut rongga mulut hidung rongga hidung | pulmonal bronkus laringal
faringal
dorsal medial laminal apikal uvular velar palatal alveolar dental dental labial labial oral oral nasal, sengau nasal, sengau |
Unsur Pembentuk Bunyi Ujaran
Dalam suatu ujaran terdapat unsur yang dapat disegmentasikan dan disebut bunyi segmental, yakni: bunyi vokal dan konsonan. Terdapat pula bunyi yang tidak dapat disegmentasikan dan disebut sebagai bunyi suprasegmental yang memuat: tekanan, nada, dan jeda bunyi.
Unsur Segmental
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, unsur segmental pembentuk bunyi ujaran dibagi menjadi vokal dan konsonan. Berikut adalah penjelasan dari bunyi vokal dan konsonan.
Bunyi Vokal
Klasifikasi vokal dilakukan berdasarkan tinggi rendahnya lidah, depan belakangnya lidah dan posisi bibir. Untuk lebih jelasnya, melalui ketiga hal tersebut, kita dapat membuat klasifikasi vokal sebagai berikut.
Klasifikasi Vokal
- Berdasarkan tinggi rendahnya lidah vokal dapat diklasifikasi atas: a) vokal tinggi, yakni [i] dan [u]; b) vokal tengah, yakni [e], [o]. dan [ə]; c) vokal rendah, yakni [a] dan [æ].
- Berdasarkan depan belakangnya lidah, vokal dapat diklasifikasi atas: a) vokal depan: [i]. [e] b) vokal pusat: [ə] [Ʌ] c) vokal belakang: [u], [o]
- Berdasarkan posisi bibir, vokal dapat dibedakan atas: a) vokal bulat: [u], [o]; b) vokal takbulat: [i], [e] (Dhanawaty, dkk, 2017, hlm. 32).
Bunyi Konsonan
Konsonan adalah bunyi bahasa yang dihasilkan dengan berdasarkan daerah artikulasi. Mudahnya, jika bunyi yang dihasilkan bukanlah huruf vokal: aiueo, maka bunyi tersebut adalah konsonan. Berdasarkan daerah artikulasi atau alat artikulasi, konsonan dapat diklasifikasi sebagai berikut.
Klasifikasi Bunyi Konsonan
- Konsonan bilabial, yaitu konsonan yang dihasilkan dengan bibir atas dan bibir bawah: [p], [b], [m], dan [w].
- Konsonan labiodentals, konsonan dengan daerah artikulasi bibir bawah dan gigi atas: [f], dan [v].
- Konsonan apiko-dental, konsonan dengan daerah artikulasi ujung lidah dan gigi atas: [ɵ], seperti dalam kata thin ‘kurus’ dan [δ] seperti pada kata there ‘di sana’ dalam bahasa Inggris.
- Konsonan lamino-alveolar, bunyi yang dihasilkan dengan artikulasi ujung lidah dan lengkung kaki gigi: [t], [d], [n]
- Konsonan Retrofleks, konsonan bunyi yang dihasilkan dengan ujung lidah dan langit-langit keras: [ʈ], seperti pada kata piteh [piʈǝh] ’putar’ dalam bahasa Bali, [ɖ] seperti pada kata dhateng [ɖatǝŋ] ‘datang’ dalam bahasa Jawa
- Konsonan palatal, bunyi yang dihasilkan dengan alat ucap antara tengah lidah dan langit-langit keras: [c], [j], [y], dan [ɲ]
- Konsonan dorsovelar, bunyi yang dihasilakan dengan alat ucap pangkal lidah dan langit-langit lunak: [k], [g], dan [ŋ].
- Konsonan uvular, bunyi yang dihasilkan antara pangka lidah dan anak tekak: [ʀ], seperti pada kata … dalam bahasa Lampung, pada kata … dalam bahasa Prancis
- Konsonan faringal, bunyi yang dihasilkan antara pangkal lidah dinding belakang rongga kerongkongan: [h].
- Glotal, bunyi yang mirip dengan konsonan dorsovelar [k] yang dilemahkan pengucapannya (Dhanawaty, dkk, 2017, hlm. 36).
Perbedaan Fonetik dan Fonemik
Sebagai catatan akhir, terkadang istilah fonetik sering tertukar dengan fonemik. Padahal kedua hal ini sangatlah berbeda. Fonemik adalah kajian analisis bunyi dengan memperhatikan posisinya sebagai pembeda makna, sementara fonetik tidak memperhatikan bunyi sebagai pembeda makna. Dengan demikian, keduanya sama-sama meneliti bunyi, namun fonemik memperhatikan pembeda makna, sedangkan fonetik tidak.
Referensi
- Dhanawaty, N.M., Satyawati, M.S., Widarsini, N.P.N. (2017). Pengantar linguistik umum. Denpasar: Pustaka Larasan.
- Muliastuti, L. (2014). Linguistik umum. Tangerang: Penerbit Universitas Terbuka.