Daftar Isi ⇅
show
Integrasi Sosial
Integrasi sosial merupakan suatu hal yang harus dirawat dalam suatu masyarakat beragam atau multikultural yang berkaitan langsung dengan pluralitas masyarakat Indonesia. Karena tanpanya masyarakat multikultural tidak akan terjadi. Untuk lebih jelasnya, berikut adalah pemaparan dari pengertian integrasi sosial.
Pengertian Integrasi Sosial
Integrasi sosial adalah proses penyesuaian unsur-unsur yang berbeda dalam masyarakat sehingga menjadi satu kesatuan (Tim Kemdikbud, 2017, hlm. 124). Unsur-unsur yang berbeda tersebut dapat meliputi ras, etnis, agama, bahasa, kebiasaan, sistem nilai, dan lain sebagainya.
Sementara itu menurut Baton (dalam Tim Kemdikbud, 2017, hlm. 124) integrasi adalah suatu pola hubungan yang mengakui adanya perbedaan ras dalam masyarakat, tetapi tidak memberikan fungsi penting pada perbedaan ras tersebut.
Syarat Integrasi
Terdapat ciri-ciri atau syarat yang menjadikan sesuatu telah mengalami integrasi. Menurut William F. Ogburn dan Meyer Nimkoff syarat terjadinya integrasi sosial adalah sebagai berikut:
- anggota masyarakat merasa bahwa mereka berhasil saling mengisi kebutuhan-kebutuhan mereka,
- masyarakat berhasil menciptakan kesepakatan (konsensus) bersama mengenai nilai dan norma,
- nilai dan norma sosial itu berlaku cukup lama dan dijalankan secara konsisten.
Faktor yang Mempengaruhi Cepat Lambatnya Integrasi Sosial
Berbagai faktor juga dapat mempengaruhi cepat atau lambatnya suatu integrasi sosial dapat terjadi. Menurut Tim Kemidkbud (2017, hlm. 125) faktor yang mempengaruhi cepat lambatnya proses integrasi adalah sebagai berikut.
- Homogenitas kelompok.
Pada masyarakat yang homogenitasnya rendah integrasi sangat mudah tercapai, demikian juga sebaliknya. - Besar kecilnya kelompok.
Jumlah anggota kelompok memengaruhi cepat lambatnya integrasi karena membutuhkan penyesuaian di antara anggota. - Mobilitas geografis.
Semakin sering anggota suatu masyarakat datang dan pergi, semakin besar pengaruhnya bagi proses integrasi. - Efektivitas komunikasi.
Semakin efektif komunikasi, semakin cepat pula integrasi anggota-anggota masyarakat tercapai.
Bentuk-bentuk Integrasi Sosial
Lalu seperti apa wujud konkret atau bentuk dari integrasi sosial ini? Bentuk-bentuk integrasi sosial dapat meliputi integrasi normatif, fungsional, dan integrasi kohesif. Berikut adalah pemaparan masing-masing bentuk integrasi.
- Integrasi normatif
Yakni integrasi yang terjadi akibat adanya norma-norma yang berlaku di masyarakat. Contohnya masyarakat Indonesia dipersatukan dengan semboyan Bhineka Tunggal Ika. - Integrasi fungsional
Adalah integrasi yang terbentuk sebagai akibat adanya fungsi-fungsi tertentu dalam masyarakat. Sebagai contoh, Indonesia yang terdiri dari berbagai suku mengintegrasikan dirinya dengan melihat fungsi masing-masing, seperti suku Bugis melaut, Jawa bertani, Minang pandai berdagang, dan sebagainya. - Integrasi koersif
Merupakan integrasi yang dilakukan dengan cara paksaan. Hal ini biasanya dilakukan bila diyakini banyaknya akibat negatif jika integrasi tidak dilakukan, atau pihak yang diajak untuk melakukan integrasi sosial enggan melakukan/mencerna integrasi (Tim Kemdikbud, 2017, hlm. 125).
Proses Integrasi Sosial
Tentunya berbagai bentuk integrasi juga tidak luput dari prosesnya. Tanpa melewati proses, integrasi tidak dapat terwujud pula meskipun faktor-faktor pendukungnya sudah ada. Proses integrasi dapat dilakukan melalui dua cara, yakni sebagai berikut.
- Asimilasi
Yakni bertemunya dua kebudayaan atau lebih yang saling memengaruhi sehingga memunculkan kebudayaan baru dengan meninggalkan sifat asli tiap kebudayaan masing-masing. - Akulturasi
Adalah proses sosial yang terjadi jika kelompok sosial dengan kebudayaan tertentu dihadapkan pada kebudayaan yang asing (baru) sehingga kebudayaan asing (baru) diserap dan diolah dalam kebudayaannya sendiri tanpa meninggalkan sifat asli kebudayaan penerima.
Faktor-Faktor Pendorong Integrasi Sosial
Berbagai faktor juga dapat turut mendorong terjadinya suatu integrasi sosial. Faktor-faktor pendorong integrasi sosial dapat meliputi:
- adanya toleransi terhadap kebudayaan yang berbeda,
- kesempatan yang seimbang dalam bidang ekonomi,
- adanya sikap positif terhadap kebudayaan lain,
- adanya sikap terbuka dari golongan yang berkuasa,
- memiliki kesamaan dalam unsur-unsur kebudayaan,
- adanya perkawinan campur (amalgamasi),
- terdapat musuh bersama dari luar.
Konflik Sosial
Selain menyebabkan integrasi sosial, pluralitas masyarakat Indonesia juga memercikkan ancaman konflik akibat dari perbedaan. Konflik ini beragam penyebabnya, dan dapat memberikan dampak merugikan bagi semua kalangan. Untuk lebih jelasnya, berikut adalah pemaparan mengenai konflik sosial dimulai dari pengertiannya terlebih dahulu.
Pengertian Konflik Sosial
Konflik adalah proses sosial yang bersifat antagonistik dan terkadang tidak bisa diserasikan karena kedua belah pihak yang berkonflik memiliki tujuan, sikap, dan struktur nilai yang berbeda, yang tercermin dalam berbagai bentuk perilaku perlawanan, baik yang halus, terkontrol, tersembunyi, tidak langsung, terkamuflase maupun yang terbuka dalam bentuk tindakan kekerasan (Kartono dalam Tim Kemdikbud, 2017, hlm. 120).
Sementara itu Robert M.Z. Lawang (dalam Tim Kemdikbud, 2017, hlm. 120) berpendapat bahwa konflik adalah perjuangan untuk memperoleh hal-hal yang langka, seperti nilai, status, kekuasaan, dan sebagainya dengan tujuan tidak hanya memperoleh keuntungan, tetapi juga untuk menundukkan pesaingnya.
Konflik terjadi karena benturan kekuatan dan kepentingan antara satu kelompok dan kelompok lain dalam rangka memperebutkan sumber-sumber kemasyarakatan (ekonomi, politik, sosial, dan budaya) yang relatif terbatas.
Meskipun konflik adalah hal negatif yang harus dihindari, namun bisa jadi hal tersebut dilakukan demi kebaikan. Contohnya bagaimana para pahlawan pada zaman dahulu harus terlibat konflik bersenjata dengan para penjajah untuk merebut kemerdekaan Indonesia.
Namun sejatinya sebisa mungkin konflik itu harus dihindari. Cara yang lebih sehat dalam mendapatkan hal yang lebih baik adalah dengan berkompetisi secara sehat.
Faktor-Faktor Penyebab Konflik Sosial
Mengapa dapat terjadi konflik? Salah satu akar konflik adalah perbedaan. Berikut ini merupakan beberapa penyebab konflik yang biasanya terjadi dalam kehidupan manusia.
- Perbedaan Individu
Setiap manusia adalah individu yang unik. Manusia yang lahir dari dalam satu rahim pun memiliki banyak perbedaan. Perbedaan pendirian dan perasaan akan sesuatu hal atau lingkungan yang nyata ini dapat menjadi faktor penyebab konflik sosial. Sebab, dalam menjalani hubungan sosial, seseorang tidak selalu sejalan dengan kelompoknya. Contoh, tidak semua menyukai musik dangdut. Ada yang merasa terganggu karena suara gendang, tetapi ada pula yang merasa terhibur. - Perbedaan Latar Belakang
Setiap orang dibesarkan dalam lingkungan kebudayaan yang berbeda-beda. Dalam lingkup yang lebih luas, berbagai kelompok kebudayaan bisa saja memiliki nilai-nilai dan norma-norma sosial yang berbeda pula. Perbedaan-perbedaan inilah yang dapat mendatangkan konflik sosial, sebab kriteria tentang sopan-tidak sopan, pantas-tidak pantas, atau bahkan berguna atau tidak bergunanya sesuatu baik itu benda fisik maupun nonfisik bisa berbeda-beda patokannya, tergantung dari latar belakang masing-masing orang. - Perbedaan Kepentingan
Dua atau lebih kelompok dapat memiliki kepentingan yang berbeda dalam hidupnya. Contohnya adalah bagaimana pemerintah dan pengusaha yakin bahwa pembangunan bandara di Kulonprogo akan meningkatkan ekonomi masyarakat. Namun, sebagian masyarakat tidak setuju karena khawatir lahan pertanian akan hilang, ganti rugi kurang jelas, dan berbagai alasan lainnya. Peristiwa tersebut menunjukkan contoh kepentingan antarkelompok yang berbeda. - Perubahan-Perubahan Nilai yang Cepat
Suatu perubahan jika dilakukan terlalu cepat maka akan berpotensi menimbulkan konflik. Bahkan meskipun perubahan tersebut bernilai positif. Contohnya ketika perundang-undangan larangan merokok di tempat umum disahkan, pemerintah tidak langsung memberlakukannya di semua daerah. Hal tersebut dilakukan untuk menghindari konflik yang terjadi akibat dari perubahan yang terlalu cepat.
Akibat-akibat Konflik Sosial
Berikut ini merupakan akibat terjadinya konflik sosial.
- Meningkatnya Solidaritas Sesama Anggota Kelompok. Seperti bagaimana Indonesia menjadi lebih solid ketika terlibat konflik dengan pemerintah Belanda untuk merebut kemerdekaan.
- Retaknya Hubungan Antarindividu atau Kelompok. Konflik yang terjadi antarindividu atau antarkelompok dapat menimbulkan keretakan hubungan sementara hingga permanen.
- Terjadinya Perubahan Kepribadian para Individu. Individu dari kedua belah pihak yang terlibat konflik dapat saling menyesuaikan atau justru masing-masing mempertahankan kebenaran yang diyakini.
- Rusaknya Harta Benda dan Bahkan Hilangnya Nyawa Manusia. Konflik yang berujung pada kekerasan fisik dapat menyebabkan kerusakan dan hilangnya nyawa manusia. Oleh karena itu konflik semacam ini haruslah dihindari.
- Terjadinya Akomodasi, Dominasi, Bahkan Penaklukan Salah Satu Pihak yang Terlibat dalam Pertikaian. Hasil final ini tidak akan bisa dihindari jika konflik tidak segera diselesaikan dan berkelanjutan.
Cara Menangani Konflik
Bagaimana sebaiknya sikap individu atau kelompok sosial ketika terjadi konflik? Terdapat 5 (lima) cara yang biasanya digunakan individu atau kelompok dalam menyelesaikan konflik sosial, yakni sebagai berikut.
- Menghindar
Terkadang seseorang akan merasa tidak ada manfaatnya melanjutkan konflik dengan orang atau kelompok lain. Hal ini mungkin disebabkan keyakinan bahwa dia tidak akan menang menghadapi konflik. Dalam hal ini, dia mengorbankan tujuan pribadi ataupun hubungannya dengan orang lain. - Memaksakan Kehendak
Terdapat beberapa individu atau kelompok yang memandang bahwa pendapatnya atau idenya paling benar. Oleh karena itu, dengan segala cara, konflik harus berakhir dengan kemenangan di pihaknya. Karena itu, mereka terus berusaha menguasai lawan-lawannya dan memaksa lawan menerima penyelesaian yang diinginkan. Tujuan pribadinya dianggap sangat penting, sedangkan hubungan dengan orang lain kurang begitu penting. Tipe ini tidak peduli terhadap kebutuhan orang lain. - Menyesuaikan Kepada Keinginan Orang Lain
Terdapat individu yang ingin diterima dan disukai orang lain. Ia merasa bahwa konflik harus dihindari demi keserasian (harmoni) dan ia yakin bahwa konflik tidak dapat dibicarakan jika merusak hubungan baik. Ia khawatir apabila konflik berlanjut, seseorang akan terluka dan hal itu akan menghancurkan hubungan pribadi dengan orang tersebut. Ia mengorbankan tujuan pribadi untuk mempertahankan hubungan dengan orang lain. - Tawar Menawar
Hal ini merupakan proses untuk mencari jalan tengah dalam konflik yang terjadi. Dalam tawar-menawar, individu akan mengorbankan sebagian tujuannya dan meminta lawan konflik mengorbankan sebagian tujuannya juga. - Kolaborasi
Kolaborasi memandang konflik sebagai masalah yang harus diselesaikan. Atas dasar itu, dicarilah cara-cara untuk mencari cara mengurangi ketegangan kedua belah pihak. Ia berusaha memulai sesuatu pembicaraan yang dapat mengenali konflik sebagai suatu masalah dan mencari pemecahan yang memuaskan keduanya.
Penangan Tepat Guna
Meskipun tampaknya menghindar adalah salah satu opsi paling baik, tidak selamanya hal tersebut sejalan dengan kebutuhan. Misalnya, dalam rapat untuk menentukan sesuatu, sebaiknya tidak boleh bersikap pasif karena yang seharusnya dilakukan adalah kolaborasi.
Sebaliknya, dalam konflik yang memang tidak memiliki tujuan yang jelas, menghindari adalah jalan yang paling tepat untuk diikuti.
Intinya, setiap penangan konflik memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing, meskipun salah satu yang boleh dikatakan paling tepat adalah kolaborasi, dan memaksakan kehendak secara umum dapat dikatakan hal yang tidak boleh dilakukan.
Referensi
- Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2017). Ilmu Pengetahuan Sosial SMP/MTs Kelas VIII. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.