Pengertian Kemandirian Belajar

Menurut Asrori (2020, hlm. 121) kemandirian belajar adlaah suatu perilaku yang dimiliki seseorang yang mampu untuk berinisiatif untuk melakukan segala sesuatu pekerjaan untuk memenuhi kebutuhannya tanpa harus tergantung pada orang lain dan melakukannya secara tanggung jawab. Belajar mandiri amatlah berbeda dengan belajar restruktur karena dengan sengaja diselenggarakan secara terstruktur. Bahkan menurut Yamin (dalam Asrori 2020, hlm. 121) belajar mandiri lebih sukar dan dapat dilaksanakan apabila syarat-syarat berikut ini dapat dipenuhi, yakni: adanya masalah, menghargai pendapat peserta didik, peran guru, dan cara menghadapi peserta didik.

Rohmah dkk (dalam Jayanti & Widyaninggar, 2019, hlm. 467) mengungkapkan bahwa kemandirian belajar adalah sesuatu perubahan pada diri seseorang yang dihasilkan dari pengalaman dan latihan diri sendiri tanpa tergantung pada orang lain. Artinya, seorang anak atau peserta didik haruslah mampu belajar dan menghadapinya sendiri tanpa bantuan bahkan tidak mau dibantu orang lain seperti orang tuanya sendiri. Hal tersebut juga diperkuat oleh pernyataan Nurhayati (dalam Asrori, 2002, hlm. 121) kemandirian belajar adalah adanya kepercayaan kemampuan diri dari anak untuk menyelesaikan masalahnya tanpa bantuan khusus dari orang lain dan bahkan memiliki keengganan untuk dikontrol orang lain.

Sementara itu menurut Mudjiman (dalam Asrori, 2020, hlm. 121) kemandirian belajar adalah berarti siswa mampu untuk belajar mandiri secara aktif, yang didorong oleh niat atau motif untuk menguasai sesuatu kompetensi guna mengatasi sesuatu masalah, dibangun dengan bekal pengetahuan atau kompetensi yang telah dimiliki. Artinya kemandirian belajar dapat terjadi karena siswa telah memiliki motivasi tinggi untuk belajar.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemandirian Belajar

Beberapa faktor yang mempengaruhi kemandirian belajar terdiri atas faktor internal dan eksternal. Faktor-faktor internal yang dapat mempengaruhi kemandirian anak adalah sebagai berikut.

  1. Sikap bertanggung jawab untuk melaksanakan apa yang dipercayakan dan ditugaskan.
  2. Kesadaran hak dan kewajiban siswa disiplin moral yaitu budi pekerti yang menjadi tingkah laku.
  3. Kedewasaan diri mulai konsep diri, motivasi sampai berkembangnya pikiran, karsa, cipta dan karya (secara berangsur).
  4. Kesadaran mengembangkan kesehatan dan kekuatan jasmani, rohani dengan makanan yang sehat, kebersihan dan olahraga.
  5. Disiplin diri dengan mematuhi tata tertib yang berlaku, sadar hak dan kewajiban, keselamatan lalu lintas, menghormati orang lain, dan melaksanakan kewajiban (Syam dalam Asrori, 2020, hlm. 122).

Sementara itu beberapa faktor eksternal sebagai pendorong kedewasaan dan kemandirian belajar meliputi:

  1. potensi jasmani rohani yaitu tubuh yang sehat dan kuat;
  2. lingkungan hidup, dan sumber daya alam, sosial ekonomi, keamanan dan ketertiban yang mandiri;
  3. kondisi dan suasana keharmonisan dalam dinamika positif atau negatif sebagai peluang dan tantangan meliputi tatanan budaya dan sebagainya secara komulatif (Syam Alma Asrori, 2020, hlm. 122).

Cara Meningkatkan Kemandirian Belajar

Menurut Desmita (2016, hlm. 190) berapa upaya atau cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kemandirian peserta didik adalah sebagai berikut.

  1. Proses belajar mengajar harus demokratis, sehingga anak anak akan merasa diharga.
  2. Melibatkan partisipasi aktif anak didik dalam setiap pengambilan keputusan.
  3. Memberi kebebasan pada anak didik untuk mengeksplorasi lingkungan.
  4. Tidak memberi perlakuan yang berbeda pada setiap anak didik.
  5. Menjalin hubungan yang baik dengan anak didik.

Sementara itu menurut Risnawati (2016, hlm. 174) ada beberapa upaya meningkatkan kemandirian belajar siswa yang di antaranya adalah sebagai berikut.

  1. Melibatkan siswa secara aktif.
  2. Memberikan kebebasan siswa menentukan pilihannya sendiri.
  3. Memberikan kesempatan siswa untuk memutuskan.
  4. Memberi semangat siswa.
  5. Mendorong siswa melakukan refleksi.

Ciri-Ciri Peserta Didik Mandiri

Siswa atau anak yang mempunyai kemandirian belajar dapat dilihat dari kegiatan belajarnya, dia tidak perlu disuruh bila belajar dan kegiatan belajar dilaksanakan atas inisiatif dirinya sendiri. Untuk mengetahui apakah siswa mempunyai kemandirian belajar perlu diketahui ciri-ciri kemandirian belajar. Seseorang yang memiliki kemandirian sudah tentu memiliki ciri-ciri khusus yang membedakannya dengan orang lain. Menurut Thoha (dalam Asrori, 2020, hlm. 123) ciri kemandirian belajar siswa adalah sebagai berikut.

  1. Mampu berpikir secara kritis, kreatif dan inovatif.
  2. Tidak mudah terpengaruh oleh pendapat orang lain.
  3. Tidak lari atau menghindari masalah.
  4. Memecahkan masalah dengan berfikir secara mendalam.
  5. Apabila menjumpai masalah dipecahkan sendiri tanpa meminta bantuan orang lain.
  6. Tidak merasa rendah diri apabila harus berbeda dengan orang lain.
  7. Berusaha bekerja dengan penuh ketekunan dan kedisiplinan.
  8. Bertanggung jawab atas tindakannya sendiri.

Indikator Kemandirian Belajar

Menurut Desmita (2016, hlm. 190); Ali & Asrori (2017, hlm. 119-120) indikator kemandirian belajar siswa adalah sebagai berikut.

  1. Bebas dan bertanggung jawab.
  2. Progresif dan ulet.
  3. Inisiatif atau kreatif.
  4. Percaya diri.
  5. Pengendalian diri.

Contoh Angket Kemandirian Belajar

Angket Kemandirian Belajar

Identitas Responden

Nama:

Kelas:

Petunjuk pengisian angket
Ceklis pada kolom jawaban yang paling sesuai dengan keadaan anda: S (sangat setuju), S (setuju), TS (tidak setuju), dan STS (sangat tidak setuju).

No.PernyataanJawaban
SSSTSSTS
1Saya selalu mengerjakan tugas dan pekerjaan rumah sendiri tanpa bantuan orang tua.
2Saya tidak pernah menunda-nunda mengerjakan tugas dan pekerjaan rumah yang diberikan oleh guru.
3Saya selalu mengumpulkan tugas tepat waktu.
4Saya selalu membuat keputusan dalam menjawab soal tugas yang diberikan guru tanpa bantuan orang tua.
5Saya selalu memperhatikan penjelasan yang diberikan guru selama proses pembelajaran berlangsung.
6Saya mencatat atau menandai pada buku setiap materi pelajaran yang dijelaskan guru tanpa diperintah.
7Saya bertanya pada guru atau teman dan orang tua apabila ada materi pelajaran yang belum saya pahami.
8Saya selalu belajar setiap malam untuk persiapan pembelajaran esok hari.
9Saya selalu mengerjakan tugas yang diberikan guru dengan penuh semangat.
10Saya lebih senang mengerjakan tugas secara mandiri dibandingkan bertanya dengan teman dan orang tua
11Saya selalu menetapkan target nilai yang tinggi pada setiap tugas maupun ujian pelajaran.
12Saya selalu memanfaatkan waktu untuk belajar.
13Saya selalu belajar meski sedang tidak ada ulangan atau ujian.
14Saya berusaha belajar mandiri tanpa disuruh orang tua
15Saya selalu mencari materi pelajaran yang akan dipelajari esok hari.
16Saya selalu mendapatkan nilai mata pelajaran yang bagus.
17Saya selalu membaca buku pelajaran setiap malam.
18Saya selalu ingin mendapatkan hasil yang memuaskan di setiap pembelajaran.
19Saya selalu menerapkan pembelajaran di sekolah untuk menyelesaikan masalah sehari-hari yang berhubungan dengan mata pelajaran tersebut.
20Saya membaca buku selain buku wajib yang diberikan guru untuk menambah wawasan.

*Sebagai catatan, angket di atas dibuat untuk pelajaran umum, kita dapat memberikan nama mata pelajaran spesifik seperti Bahasa Indonesia, Matematika, atau IPA pada butir pernyataan jika angket kemandirian belajar memang digunakan pada mata pelajaran yang spesifik.

Kisi-Kisi Angket Kemandirian Belajar

Suatu instrumen penelitian haruslah didasarkan pada kisi-kisi yang memuat indikator yang dibutuhkan dalam menilai suatu sikap yang pada konteks ini adalah sikap kemandirian belajar. Kisi-kisi angket kemandirian belajar dari angket di atas adalah sebagai berikut.

No.Aspek/Indikator Kemandirian yang DiamatiJumlah ButirNomor Butir
1Bebas dan bertanggung jawab31, 2, 3
2Progresif dan ulet44, 5, 6, 7
3Inisiatif dan kreatif58, 9, 10, 11, 12
4Pengendalian diri413, 14, 15, 16
5Kemantapan diri (percaya diri)417, 18, 19, 20
Jumlah20

Kisi-kisi dibuat berdasarkan indikator kemandirian belajar siswa menurut Desmita (2016, hlm. 190); Ali & Asrori (2017, hlm. 119-120).

Penilaian Angket

Angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket dengan menggunakan skala Likert. Untuk menentukan skor atau nilai terhadap suatu pertanyaan yang diajukan kepada responden biasanya menunjukkan kecenderungan positif, misalnya sangat setuju. Skor dari tiap pilihan jawaban atas pernyataan sebagai berikut.

  1. Skor 4 : untuk jawaban sangat setuju (SS).
  2. Skor 3 : untuk jawaban setuju (S).
  3. Skor 2 : untuk jawaban tidak setuju (TS).
  4. Skor 1 : untuk jawaban sangat tidak setuju (STS).

Sumber: Sugiyono (2018, hlm. 201).

Referensi

  1. Ali, M. & Asrori, M. (2017). Psikologi remaja perkembangan peserta didik. Jakarta: Bumi Aksara.
  2. Asrori. (2020). Psikologi pendidikan pendekatan multidisipliner. Banyumas: Pena Persada.
  3. Desmita. (2016). Psikologi perkembangan peserta didik. Bandung: Rosdakarya.
  4. Jayanti, A. Widyaninggar, A. (2019). Pengaruh motivasi dan kemandirian belajar terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika. Universitas Indraprasta PGRI, 466-467.
  5. Risnawati & Amir. Z. (2016). Psikologi pembelajaran matematika. Yogyakarta: Aswaja Pressindo.
  6. Sugiyono. (2018). Metode penelitian kuantitatif, kualitatif, dan r&d. Bandung: Alfabeta.

Join the Conversation

1 Comment

Leave a comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *