Pengertian Komunikasi Nonverbal

Komunikasi nonverbal adalah segala isyarat atau bentuk komunikasi individu di luar kata-kata (verbal) yang dapat meliputi gestur, kecepatan berbicara, jeda, tatapan mata, anggukan, jabat tangan, sentuhan, bahkan gaya pakaian, dan sebagainya. Pernyataan tersebut sejalan dengan pendapat Samovar & Porter (dalam Mulyana, 2016, hlm. 343) bahwa komunikasi nonverbal mencakup semua rangsangan, kecuali rangsangan verbal dalam suatu setting komunikasi, yang dihasilkan oleh individu dan penggunaan lingkungan oleh individu yang mempunyai pesan potensial bagi pengirim atau penerima.

Secara teoretis mungkin komunikasi verbal dan nonverbal dapat dipisahkan, namun dalam kenyataannya, kedua jenis komunikasi ini saling terikat satu sama lain, saling melengkapi dalam komunikasi yang sering kita lakukan sehari-hari (Solihat & Solihat, 2014, hlm. 49). Dengan catatan tentunya hal tersebut tidak berlaku pada individu dengan limitasi fisik.

Selain selalu mengiringi komunikasi verbal, komunikasi nonverbal ini bersifat lebih jujur apa adanya. Bahkan menurut DePaulo (dalam Maryam, 2018, hlm. 69) perilaku nonverbal relatif tidak bisa dikekang atau sulit untuk dikontrol, sehingga saat seseorang mencoba menyembunyikan perasaan yang sesungguhnya dari orang lain, perilaku itu tetap tampil melalui isyarat-isyarat nonverbal.

Meskipun terhitung diam atau tidak diutarakan lewat kata-kata, bahasa nonverbal justru merupakan konteks utama dari komunikasi. Seperti yang diungkapkan oleh Hall (dalam Mulyana, 2016, hlm. 344) bahwa bahasa nonverbal adalah bahasa diam (silent languange) yang memiliki dimensi tersembunyi (hidden dimension) dari suatu suatu budaya.

Disebut diam dan tersembunyi, karena pesanpesan nonverbal tertanam dalam konteks komunikasi. Selain isyarat situasional dan relasional dalam transaksi, pesan non-verbal juga memberi isyarat-isyarat kontekstual. Bersama isyarat verbal dan isyarat kontekstual, pesan nonverbal membantu kita menafsirkan seluruh makna pengalaman komunikasi.” (Mulyana, 2016, hlm. 344).

Jenis/Tipe/Saluran Komunikasi Nonverbal

Menurut Delamater dan Myers (2018 dalam Maryam, 2018, hlm. 70) terdapat empat tipe atau saluran komunikasi nonverbal yang di antaranya adalah sebagai berikut.

  1. Paralanguage
    Merupakan semua aspek vokal dalam berbicara selain kata-kata, perilaku dalam bentuk vokal atau variasi ucapan, seperti kerasnya suara, kecepatan berbicara, jeda dalam berbicara, nada suara, tekanan suara, nafas, dan sebagainya. Isyarat paralinguistik diterima melalui pendengaran (auditori).
  2. Bodylanguage atau kinesics (kinesik)
    Yakni gerakan diam dari anggota tubuh, seperti gestur (gesture), ekspresi wajah (facial expression), tatapan mata (eye gaze), gerakan kaki, anggukan, pergeseran postur, jabat tangan, sentuhan, dan sebagainya. Isyarat kinesik diterima melalui visual.
  3. Interpersonal spacing atau proxemics (proksemik)
    Merupakan posisi diri kita pada jarak dan sudut dari orang lain, seperti jarak berdiri dekat atau jauh, posisi menghadap kepala, menggunakan penghambat jarak dengan buku atau objek lain, dan sebagainya. Secara umum, semakin akrab seseorang dengan orang lain, semakin dekat jaraknya dalam berinteraksi. Kita cenderung menjaga jarak untuk menunjukkan ketidaktertarikan atau ketidaksukaan kita.
  4. Aspek-aspek personal lainnya yang sengaja dipilih atau diciptakan individu, seperti pilihan pakaian, gaya rambut, makeup, contact lens, parfum, dan sebagainya.

Komunikasi Nonverbal Multi-saluran

Dalam interaksi sehari-hari, kita biasanya menerima informasi dari beragam saluran dalam waktu bersamaan. Archer dan Akert menemukan bahwa orang mampu menginterpretasikan isyarat-isyarat yang ditampilkan melalui beragam saluran komunikasi nonverbal dengan cukup tepat, dengan menggunakan berbagai petunjuk atau tanda meski terdapat perbedaan pada beberapa tipe orang (Sarwono & Meinarno dalam Maryam, 2018, hlm. 71). Misalnya orang yang ekstrovert lebih baik kemampuannya dibandingkan orang yang introvert. Dengan membandingkan informasi-informasi dari beragam saluran yang berbeda, bisa meningkatkan ketepatan penafsiran terhadap tingkah laku nonverbal.

Menggabungkan Komunikasi Nonverbal dan Verbal

Saat kita berbicara dalam panggilan suara (telepon), atau berteriak kepada teman yang berada di ruangan lain, kita terbatas berkomunikasi melalui verbal dan saluran paralingustik. Saat kita melambai untuk kedatangan atau keberangkatan penumpang di bandara, kita hanya menggunakan saluran visual. Bagaimanapun juga komunikasi melibatkan multi saluran. Informasi disampaikan secara bersamaan melalui verbal (kata-kata), paralinguistik, kinesik, dan petunjuk proksemik.

Apa yang menjadi permasalahan saat komunikasi menggabungkan saluran-saluran komunikasi yang berbeda ? Jika saluran-saluran yang berbeda tersebut konsiten dalam menyampaikan informasi, akan saling memperkuat satu dengan lainnya, dan komunikasi menjadi akurat. Namun jika saluran-saluran yang berbeda yang digunakan dalam menyampaikan informasi tersebut tidak konsisten, pesan yang disampaikan akan memunculkan kebingungan, atau bahkan memunculkan kecurigaan adanya penipuan (Delamater & Myers, 2018 dalam Maryam, 2018, hlm. 71).

Fungsi Komunikasi Nonverbal

Komunikasi nonverbal memiliki fungsi yang berkaitan dengan bahasa nonverbal maupun fungsi mandiri. Beberapa fungsi dari komunikasi nonverbal adalah sebagai berikut.

  1. Emblem,
    yaitu Gerakan mata tertentu merupakan simbol memiliki kesetaraan dengan simbol verbal.
  2. Ilustrator,
    yaitu Pandangan ke bawah dapat menunjukkan depresi atau kesedihan.
  3. Regulator,
    yaitu kontak mata berarti saluran percakapan terbuka.
  4. Penyesuai,
    contohnya adalah kedipan mata yang cepat meningkat ketika orang berada dalam tekanan. Hal itu merupakan respon tidak di sadari yang merupakan upaya tubuh untuk mengurangi kecemasan.
  5. Affect Display,
    yaitu Pembesaran manik mata (pupil dilation) menunjukkan tingkat emosi. Isyarat wajah lainnya menunjukkan perasaan takut, terkejut dan senang. (Mulyana, 2016, hlm. 349).

Lebih lanjut, Knapp (dalam Solihat & Solihat, 2014, hlm. 55) mengungkapkan bahwa terdapat lima fungsi komunikasi nonverbal yang dihubungkan dengan komunikasi verbal yang di antaranya adalah sebagai berikut.

  1. Repetisi
    Yaitu mengulang kembali gagasan yang sudah disajikan secara verbal. Misalnya setelah menolak lalu di ikuti dengan menggelengkan kepala
  2. Subtitusi
    Yakni menggantikan lambang-lambang verbal. Misalnya tanpa sepatah kata, lalu menggangguk, tindakan tersebut menunjukan persetujuan.
  3. Kontradiksi
    Menolak pesan verbal atau memberi makna yang lain terhadap pesan verbal. Misalnya memuji prestasi teman dengan mencibirkan bibir dengan berkata “hebat”.
  4. Komplemen
    Yaitu melengkapi dan memperkaya makna pesan nonverbal.
  5. Aksentuasi
    Yaitu menegaskan pesan verbal atau menggarisbawahinya. Misalnya pada saat mengungkapkan perasaan marah dengan memukul meja.

Sementara itu menurut Mulyana (2016, hlm. 349-350) dalam hubungannya dengan perilaku verbal, perilaku nonverbal memiliki fungsi-fungsi sebagai berikut.

  1. Perilaku nonverbal dapat mengulangi perilaku verbal, misalnya dengan menganggukkan kepala ketika sedang mengatakan “ya”, ata menggelengkan kepala ketika mengatakan “tidak”.
  2. Memperteguh, menekankan atau melengkapi perilaku verbal. Misalnya melambaikan tangan seraya mengucapkan “selamat jalan”.
  3. Perilaku nonverbal dapat menggantikan perilaku verbal, jadi berdiri sendiri. Misalnya menggoyangkan tangan dengan telapak tangan mengarah ke depan (sebagai pengganti kata “tidak”).
  4. Perilaku nonverbal dapat meregulasi perilaku verbal. Misalnya sebaga mahasiswa mengenakan jaket atau membereskan buku-buku, atau melihat jam tangan menjelang kuliah berakhir, sehingga dosen segera menutup kuliahnya.
  5. Perilaku nonverbal dapat membantah atau bertentangan dengan perilaku verbal. Misalnya, seorang suami mengatakan, “bagus, bagus” ketika dimintai komentar oleh istrinya mengenai gaun yang baru dibelinya, seraya terus membaca surat kabar atau menonton televisi.

Perbedaan antara Komunikasi Verbal dan Nonverbal

Anderson dalam bukunya yang berjudul “Communication in Our Live” menyatakan bahwa ada dua perbedaan antara komunikasi verbal dan nonverbal, yakni sebagai berikut.

  1. Komunikasi non verbal yang dianggap lebih jujur. Jika pelaku verbal dan nonverbal yang tidak konsisten, kebanyakan orang percaya perilaku nonverbal. Ada sedikit bukti bahwa perilaku non verbal sebenarnya lebih dapat dipercaya daripada komunikasi verbal, setelah semua, kita sering mengontrolnya cukup sadar. Meskipun demikian, hal itu dianggap lebih dapat dipercaya.
  2. Tidak seperti komunikasi verbal, komunikasi non verbal adalah komunikasi yang menggunakan banyak saluran secara simultan (multi-saluran). Komunikasi verbal biasanya terjadi dalam satu saluran, komunikasi verbal lisan yang diterima melalui pendengaran, dan komunikasi verbal tertulis dapat dilihat, dirasakan, didengar, berbau, dan mencicipi.

Selanjutnya menurut Wood (2016, hlm. 131- 132) perbedaan antara komunikasi verbal dan nonverbal adalah bahwa komunikasi verbal itu bersifat diskret (terpisah/berbeda), sedangkan komunikasi nonverbal adalah terus menerus (kontinu). Simbol verbal mulai dan berhenti, kami mulai berbicara pada satu saat dan berhenti berbicara saat yang lain. Sebaliknya, komunikasi nonverbal cenderung mengalir terus. Sebelum kita berbicara, ekspresi wajah dan postur mengungkapkan perasaan kita, saat kita bicara, gerakan tubuh kita akan mengomunikasikan penampilan, dan setelah kita berbicara postur tubuh mungkin akan menjadi lebih santai.

Selanjutnya, menurut Hickson & Stacks (1989) ada tiga perbedaan komunikasi verbal dan nonverbal yang di antaranya adalah sebagai berikut.

  1. Kesengajaan (Intentinolity)
    Suatu perbedaan utama antara komunikasi verbal dan nonverbal adalah persepsi mengenai niat (intent). Pada umumnya niatg ini menjadi lebih penting ketika kita membicarakan lambang atau kode verbal. Michael Burgoon dan Michael Ruffner menegaskan bahwa sebuah pesan verbal adalah komunikasi kalau pesan tersebut dikiriman oleh sumber dengan sengaja, dan diterima oleh penerima secara sengaja pula.
  2. Perbedaan Simbolik (Symbolic Differences)
    Terkadang niat atau intent ini dapat dipahami karena beberapa dampak simbolik dari komunikasi kita. Misalnya, memakai pakaian dengan warna atau model tertentu, mungkin akan dipahami sebagai suatu pesan tertentu oleh orang lain. Contohnya berpakaian dengan warna hitam akan diberi makna sebagai ungkapan ikut berduka cita.
  3. Mekanisme Pemrosesan (Processing Meccanism)
    Perbedaan ketiga antara komunikasi verbal dan non verbal berkaitan dengan bagaimana kita memproses informasi. Semua informasi termasuk komunikasi diproses melalui otak, kemudian otak kita menafsirkan informasi ini lewat pikiran yang berfungsi mengendalikan perilaku- perilaku fisologis (refleks) dan sosiologis (perilaku yang dipelajari dan perilaku sosial).

Referensi

  1. Delamater, John D. dan Myers, Daniel J. (2018). Social psychology eight edition. Oxfordshire: Taylor & Francis.
  2. Hickson, M., Stacks, D.W. (1989). Nonverbal communication. Michigan: W.C. Brown Pub.
  3. Maryam, E.W. (2018). Psikologi sosial. Sidoarjo: UMSIDA Press.
  4. Mulyana, D. (2016). Ilmu Komunikasi. Bandung: Prenada Media.
  5. Solihat, M., Solihat, M.M.P. (2014). Interpersonal Skill. Bandung: Rekayasa Sains.
  6. Wood, Julia. T. (2016). Interpersonal communication: everyday encounter. Boston: Wadsworth.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *