Pengertian Majas Simile

Majas Simile adalah majas yang menggunakan kata pembanding langsung untuk menyatakan suatu hal lain. Misalnya, untuk menyebut diri kita hina, kita dapat mengungkapkan “Aku bagaikan binatang jalang”.

Kalau begitu apa bedanya simile dengan metafora? Simile melakukan perbandingan secara eksplisit (langsung) dengan menggunakan kata penghubung penunjuk seperti: bagaikan, laksana, bak, mirip, seperti, dsb. Sementara itu,  metafora tidak menggunakan kata penunjuk, karena perbandingan yang dilakukan adalah perbandingan eksplisit (tidak langsung). Contoh konkretnya adalah sebagai berikut.

Simile: Aku ini bagaikan binatang jalang.

Metafora: Aku ini binatang jalang.

Jadi perbedaan simile dan metafora hanyalah simile menggunakan kata penghubung penunjuk, sementara metafora tidak menggunakanya.

Uniknya majas simile masuk ke dalam dua kategori majas sekaligus, yaitu majas perbandingan dan majas perumpamaan. Mengapa? Karena seperti metafora, simile membandingkan dua hal yang berbeda. Namun demikian simile juga melakukan perumpamaan karena menggunakan konjungsi penunjuk.

Jika ditelusuri dari makna kata atau leksikal, kata simile berasal dari bahasa Inggris: similar yang berarti “mirip”. Maka tidak heran jika majas ini memang menggunakan perbandingan yang mirip atau menyerupai maksud yang ingin disampaikan.

Pengertian Majas Simile Menurut Para Ahli

Sejalan dengan pernyataan yang telah disampaikan di atas, Nurgiyantoro (2017, hlm. 219) mengemukakan simile adalah majas yang mempergunakan perbandingan eksplisit atau langsung untuk membandingkan sesuatu yang dibandingkan dengan pembandingnya.

Bentuk pembanding yang digunakan secara eksplisit berada di antara dua hal yang berbeda secara fisik, aksi, perasaan, atau perbuatan yang biasanya menggunakan kata-kata pembanding eksplisit tertentu (bagaikan, bak, mirip, dsb).

Senada dengan  Nurgiyantoro, Keraf, 2010, hlm.138 berpendapat bahwa simile adalah perbandingan yang bersifat eksplisit, maksudnya ia akan langsung menyatakan sesuatu mirip atau sama dengan yang lain dan upaya secara langsung itu akan melibatkan kata-kata seperti: seperti, sebagai, laksana, dsb.

Karakteristik Simile

Majas ini cocok untuk digunakan jika dibutuhkan suatu penguat dramatis namun tidak harus sekuat metafora. Terkadang menggunakan terlalu banyak metafora akan membuat karya terlalu monoton atau berlebihan karena sifatnya yang terlalu kuat. Selain itu kita juga dapat menggunakan simile untuk mempertegas agar pembaca tidak mengira bahwa suatu hal yang aneh seperti manusia berubah menjadi binatang jalang benar-benar terjadi, melainkan hanyalah ungkapan.

Majas simile adalah solusi 50:50 yang dapat digunakan untuk menyeimbangkan suatu gaya bahasa. Majas ini juga cocok digunakan dalam karya non sastra seperti teks pidato, teks ceramah, dsb. Mengapa? Karena akan lebih mudah untuk dipahami dalam sekali ucap atau sekali baca oleh pembaca atau pendengarnya.

Contoh Majas Simile

Berikut adalah berbagai contoh kalimat yang menggunakan majas simile.

  1. Senyumannya bagaikan bulan sabit yang hadir kala malam yang dingin menghampiri kita.
  2. Aku berjalan seperti kucing yang terinjak kakinya.
  3. Ia seakan melayang bebas di angkasa ketika mendengar pengumuman itu.
  4. Wajahnya bak rembulan yang menerangi malam.
  5. Ketika mendapatkan hadiah undian itu, Raka seperti tertimpa durian runtuh.
  6. Aku dan dia bagaikan langit dan bumi yang tak mungkin sejalan.
  7. Sudahlah, ia memang keras kepala, memberinya saran sama saja dengan menumpahkan air ke daun talas.
  8. Tingkahnya memang selalu konyol bak badut yang sedang melucu di depan penonton.
  9. Jangan di ambil hati, terkadang ucapannya memang setajam silet namun maksudnya baik.
  10. Hatinya sangat kuat seperti karang yang tak pernah bergeming diterpa ombak.

Referensi

  1. Keraf, Gorys. (2010). Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
  2. Nurgiyantoro, Burhan. (2017). Stilistika. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Leave a comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *