Pengertian Metakognisi

Metakognitif (metacognitive) atau metakognisi adalah mengetahui tentang mengetahui yang artinya kita mengetahui bagaimana proses mengetahui sesuatu. Definisi tersebut diutarakan oleh pencetusnya sendiri, yakni John H. Flavell yang secara sederhana mengartikan metakognitif sebagai “knowing about knowing” (Desmita, 2017, hlm. 132). Secara etimologis metakognitif artinya sesuatu yang lebih tinggi dari atau di atas kognisi, termasuk pengetahuan tentang kognisi itu sendiri yang semakin memperkuat pengertian metakognitif menurut Flavell.

Jika dikaji secara terminologis, metakognitif berasal dari kata “meta” dan “cognition”. Awalan kata “meta” yang dimaksud tidaklah sama dengan makna fundamental seperti pada kata metafisika, melainkan seperti yang ditekankan oleh Lawson bahwa kata “meta” dimaknai sebagai refleksi proses kognitif dan kontrol kognitif. Sementara itu, kognitif sendiri berarti proses mental untuk mengelola informasi, dan kecerdasan tingkat tinggi lain seperti penalaran, kreativitas, dan pemecahan masalah.

Flavel juga menambahkan bahwa metakognisi meliputi kegiatan mengontrol secara sadar tentang proses kognitifnya sendiri. Sejalan dengan itu, Slavin (2010 dalam Hasanuddin, 2017, hlm. 305) menyatakan bahwa metakognitif merupakan pengetahuan tentang belajarnya diri sendiri atau pengetahuan tentang bagaimana belajar. Singkatnya, metakognitif adalah pengelolaan diri dalam belajar (Marzaon & Kendall dalam Kristiyani, 2016, hlm. 17).

Selanjutnya menurut Livingstone (1997 dalam Susanti dkk, 2020, hlm. 94) metakognitif adalah pengetahuan yang diperoleh peserta didik tentang proses-proses kognitif yaitu pengetahuan yang bisa digunakan untuk mengontrol proses-proses kognitif. Artinya, metakognitif juga berhubungan dengan pengetahuan-pengetahuan dan kontrol dalam proses kognitif itu sendiri yang implikasinya, pengetahuan ini tidak hanya bermanfaat bagi psikolog atau pendidik saja, akan tetapi peserta didik atau individu manusia sendiri.

Dapat disimpulkan bahwa metakognitif adalah kemampuan untuk mengetahui seperti apa proses berpikir dan mengetahui sehingga secara sadar mampu mengelola dan mengontrol proses berpikirnya sendiri dalam segala aktivitas kognitif, termasuk belajar.

Komponen Metakognitif

Menurut Baker & Brown (dalam Mulyadi dkk, 2016, hlm. Hlm. 214) komponen metakognitif terdiri atas dua macam, yakni pengetahuan tentang kognisi dan pengaturan kognisi yang akan dijelaskan sebagai berikut.

  1. Pengetahuan tentang kognisi (knowledge about cognition).
    Pengetahuan tentang kognisi meliputi pengetahuan seseorang tentang sumber daya (resources) kognisinya sendiri, dan kesesuaian antara karakter pribadi seseorang pembelajar dengan situasi belajar.
  2. Pengaturan kognisi (regulation of cognition).
    Pengaturan kognisi atau yang sering disebut pengaturan diri (self regulation) merupakan mekanisme pengaturan diri yang digunakan oleh siswa yang aktif selama memecahkan masalah.

Sementara itu, menurut Kapa (dalam Chairani, 36-37), metakognisi terdiri atas tiga komponen yaitu sebagai berikut.

  1. Pengetahuan metakognitif (metacognitive knowledge)
    Pengetahuan metakognitif adalah pengetahuan yang berkaitan dengan nature learning, learning techniques, dan karakteristik belajar personal.
  2. Kesadaran metakognitif (metacognitive awarness)
    Kesadaran metakognitif adalah yang berhubungan dengan kemajuan selama melengkapi tugas.
  3. Kontrol metakognitif (metacognitive control)
    Kontrol metakognitif adalah efektivitas yang dilakukan seseorang selama proses pemecahan masalah berlangsung.

Meskipun berbeda namun sejatinya keduanya masih merujuk pada konsepsi pemahaman yang sama. Untuk lebih jelasnya, berikut adalah pemaparan rinci dari masing-masing komponen metakognisi.

Pengetahuan Metakognitif

Flavell sang pencetus metakognitif mengemukakan bahwa pengetahuan metakognisi mengacu pada pengetahuan yang diperoleh seorang individu tentang proses-proses kognitif yang digunakan untuk mengontrol proses kognitif itu sendiri. Dengan demikian, pengetahuan metakognitif adalah pengetahuan serta keyakinan mengenai proses dan berbagai faktor untuk mengendalikan proses kognitif seorang individu. Seperti yang diungkapkan oleh Anderson & Krathwohl bahwa pengetahuan metakognitif adalah pengetahuan tentang kognisi secara umum dan kesadaran, serta pengetahuan tentang kognisi diri sendiri.

Pengetahuan metakognisi melibatkan usaha monitoring dan refleksi pada pikiran seseorang termasuk diantaranya pengetahuan faktual seperti bagaimana strategi yang harus dihadapi untuk melaksanakan suatu tugas dalam memecahkan persoalan, kapan dan mengapa strategi itu harus dilakukan, dan sebagainya. Untuk lebih jelasnya, Jacobs & Paris (1987) mengidentifikasikan tiga jenis pengetahuan metakognitif yakni: pengetahuan deklaratif, pengetahuan procedural, dan pengetahuan kondisional yang akan dijelaskan sebagai berikut.

  1. Pengetauan Deklaratif
    Pengetahuan deklaratif adalah pengetahuan yang setiap individu ketahui mengenai karakteristik dan cara belajarnya sendiri, termasuk pengetahuan mengenai dirinya sendiri, aktivitas, dan strategi berpikir atau memperoleh pengetahuannya yang selama ini cenderung ia lakukan sendiri.
  2. Pengetahuan Prosuderal
    Pengetahuan prosuderal adalah pengetahuan prosedur yang digunakan untuk strategi belajar.
  3. Pengetahuan Kondisional
    Pengetahuan kondisional mengacu pada pengetahuan kapan dan mengapa suatu strategi harus dilakukan.

Pengaturan/Regulasi Metakognitif

Regulasi metakognitif atau sering disebut sebagai pengalaman metakognisi pula merupakan komponen yang berpengaruh terhadap proses-proses kognitif yang sedang berlangsung dalam situasi yang menuntut pemikiran yang membutuhkan kesadaran. Menurut Brown & Flavell pengalaman metakognisi meliputi penggunaan strategi-stragtegi metakognitif atau regulasi metakognitif.

Strategi metakognitif merupakan proses berurutan yang digunakan oleh individu untuk mengontrol aktivitas kognitifnya sendiri dan memastikan bahwa tujuan kognitifnya telah tercapai. Dengan kata lain, pengaturan, regulasi, atau pengalaman metakognitif adalah perencanaan, monitoring atau controlling, dan evaluasi terhadap aktivitas kognitif.

Tingkatan Metakognitif

Seperti kognitif sendiri yang memiliki tingkatan atau taksonomi yang dicetuskan oleh Bloom, metakognitif juga memiliki tingkatan serupa. Menurut Swartz & Perkins, tingkat-tingkat metakognitif adalah sebagai berikut.

  1. Tacit Use,
    adalah penggunaan pemikiran tanpa kesadaran. Jenis pemikiran metakognitif ini adalah berbagai pikiran yang berkaitan dengan pengambilan keputusan tanpa berpikir tentang keputusan tersebut.
  2. Aware Use,
    adalah penggunaan pemikiran metakognitif dengan kesadaran. Artinya, jenis pemikiran ini berkaitan dengan kesadaran individu mengenai apa dan mengapa ia melakukan pemikiran tersebut.
  3. Strategic Use,
    adalah penggunaan pemikiran yang bersifat strategis, di mana penggunaan pemikiran berkaitan dengan pengaturan individu dalam proses berpikirnya secara sadar dengan menggunakan strategi-strategi khusus yang dapat meningkatkan ketepatan berpikirnya.
  4. Reflective Use,
    merupakan penggunaan pemikiran yang bersifat reflektif. Artinya, pemikiran ini berkaitan dengan refleksi individu dalam proses berpikirnya sebelum dan sesudah atau bahkan selama proses pikiran berlangsung dengan mempertimbangkan kelanjutan dan perbaikan hasil pemikirannya.

Keterampilan Metakognitif

Keterampilan metakognitif adalah kegiatan pengaturan terkait dengan pemecahan masalah yang meliputi perencanaan, pemantauan dan evaluasi metakognitif (Brown, 1987). Menurut Flavell sendiri keterampilan metakognitif adalah keterampilan memprediksi proses pembelajaran. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa keterampilan metakognitif merupakan kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk mengatur atau mengendalikan kognisinya sendiri dan aktivitas pembelajaran yang dilakukan untuk meningkatkan kognisi tersebut.

Terdapat beberapa indikator yang dapat memperlihatkan atau mengindikasikan bahwa seseorang telah melakukan atau memiliki keterampilan metakognitif agar dapat diukur atau dinilai seberapa jauh kemampuannya. Adapun indikator keterampilan metakognitif menurut Schraw & Dennision (1994) adalah sebagai berikut.

  1. Perencanaan (planning)
    meliputi merencanakan, menentukan tujuan dan mengalokasikan sumber belajar mengenai apa yang akan dipelajari.
  2. Pemantauan (moniroting skills)
    kesadaran mengenai pemahaman dan kinerja tugas.
  3. Strategi Perbaikan (debbuging strategies)
    kesadaran peserta didik untuk memperbaiki pemahaman dan strategi atau cara belajar yang dirasa kurang efektif.
  4. Strategi manajemen informasi
    yakni keterampilan mengelola dan mengurutkan strategi yang digunakan untuk memproses informasi agar lebih efisien.
  5. Evaluasi
    meninjau kembali pamahaman yang telah diperoleh dan efektivitas strategi atau cara yang telah digunakan setelah melakukan proses pembelajaran.

Referensi

  1. Chairani, Zahra. (2016). Metakognisi siswa dalam pemecahan masalah matematika. Yogyakarta: Deepublish.
  2. Desmita. (2017). Psikologi perkembangan peseta didik. Bandung: Remaja Rosdakarya.
  3. Hasanuddin. (2017). Biopsikologi: pembelajaran teori dan aplikasi. Banda Aceh: Syiah Kuala University Press.
  4. Jacobs, J.E., & Paris, S.G. (1987). Children’s metacognition about reading: Issues in definition, measurement, and instruction. Educational Psychologist, 22, 255-278.
  5. Kristiyani, T. (2016). Self regulated learning: konsep impilkasi dan tantanganya bagi siswa di indonesia. Yogyakarta: Sanata Dharma Univerisity Press.
  6. Mulyadi, Seto. dkk. (2016). Psikologi pendidikan dengan pendekatan teori-teori baru dalam psikologi. Depok: PT Raja Grafindo Persada.
  7. Susanti, D., Anwar, C., Putra, F. G., Netriwati, Afandi, K., & Widyawati, S. (2020). Pengaruh model pembelajaran discovery learning tipe POE dan aktivitas belajar terhadap kemampuan metakognitif. 2(2), 93–105.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *