Pemecahan masalah adalah suatu pemikiran yang terarah secara langsung untuk menemukan suatu solusi atau jalan keluar untuk suatu masalah yang spesifik (Suparwi, 2020, hlm. 119). Permasalahan yang menjadi perkara dalam pemecahan masalah tidaklah selalu berbentuk masalah murni yang menghambat suatu keinginan atau kebutuhan akan suatu hal. Permasalahan dapat menjadi global seperti bagaimana dalam kehidupan sehari-hari seorang individu maupun kelompok akan selalu dihadapkan dengan persoalan yang tidak memiliki urgensi tinggi namun tetap bermakna.

Manusia sebagai makhluk yang menggantungkan hidupnya pada nalar dan akalnya secara alami akan menemukan banyak masalah. Dengan demikian kita akan membuat suatu cara untuk menanggapi, memilih, menguji respons yang kita dapat untuk memecahkan suatu masalah tersebut. Oleh karena pemecahan masalah merupakan suatu perilaku berpikir, maka pemecahan masalah juga menjadi salah satu ranah gejala atau proses mental kognitif. Tidak heran rasanya apabila psikologi kognitif yang berpusat pada pengkajian proses berpikir manusia menaruh perhatian khusus.

Namun demikian persoalan mengenai pemecahan masalah ini telah dibahas dari sejak psikologi gestalt menjadi salah satu primadona dalam menyelidiki proses mental manusia. Berikut akan dipaparkan perspektif psikologi gestalt terhadap pemecahan masalah yang selanjutnya diadopsi pula dalam psikologi kognitif.

Psikologi Gestalt dan Pemecahan Masalah

Meskipun psikologi gestalt terkenal dengan teorinya mengenai organisasi perseptual, gestalt juga terkenal dengan pemahaman (insight) dalam memecahkan masalah. Istilah “Gestalt” sendiri kurang lebih dapat diterjemahkan sebagai “konfigurasi” atau “keseluruhan” yang terorganisir. Dengan kata lain, perspektif dalam psikologi gestalt ini konsisten memandang perilaku sebagai suatu sistem terorganisir yang dapat direka atau diatur konfigurasinya secara keseluruhan.

Psikologi gestalt awal seperti yang dipelopori oleh Max, Wertheimer, Kurt Koffka, dan Wolfgang Kohler mendemonstrasikan sudut pandang persepsi reorganisasi dalam aktivitas pemecahan masalah. Dari sudut pandang tersebut, kemudian muncul konsep “functional fixedness” yang dikemukakan oleh Karl Duncker pada tahun 1945. Konsep functional fixedness ini memiliki pengaruh dalam penelitian pemecahan masalah, yaitu adanya kecenderungan untuk memersepsikan suatu barang sesuai dengan fungsi pada umumnya (Suparwi, 2020, hlm. 120).

Representasi Pemecahan Masalah Gestalt

Pekerjaan para psikolog gestalt berfokus pada sifat dari suatu tugas dan pengaruhnya pada kemampuan seseorang untuk memecahkannya. Informasi yang direpresentasikan dalam pemecahan masalah sebenarnya mempunyai pola yang berurutan. Untuk lebih jelasnya, berikut adalah tabel yang dapat memperlihatkan bagaimana representasi pemecahan masalah gestalt bekerja.

NoTindakan KognitifSifat Permasalahan
1Mengidentifikasi permasalahanBulan mei depan saya akan lulus dari perguruan tinggi. Ini adalah akhir dari satu tahapan dalam hidup saya (waktunya untuk berkembang).
2Representasi masalahSaya akan menjadi pengangguran dan tidak mempunyai pendapatan. Saya harus mendapatkan pekerjaan (tidak bisa lagi meminta pada ayah dan ibu).
3Merencanakan sebuah solusiSaya akan membuat lamaran, melihat lowongan pekerjaan yang ada, dan meminta pendapat dari teman dan guru (melihat apa yang ada diluar sana, mungkin saya dapat pergi ke Tibet dan menjadi biarawan).
4Merealisasikan rencanaSaya akan membuat janji dengan perusahaan yang menarik. Saya akan diwawancara oleh mereka (berspekulasi).
5Mengevaluasi rencanaSaya akan mempertimbangkan setiap penawaran sesuai dengan kebutuhan dan keinginan saya dan kemudian membuat keputusan. (siapa yang menawarkan gaji yang besar, liburan yang panjang dan pensiun lebih awal).
6Mengevaluasi solusiSaya akan merefleksikan proses pemecahan masalah ini dan menggunakan pengetahuan ini sebagai cara pemecahan masalah di masa depan (di bagian mana kesalahan saya).

Sumber: Suparwi (2020, hlm. 120)

Pada umumnya, solusi untuk suatu permasalahan muncul dalam suatu momen yang brilian (para psikolog gestalt menyebutnya sebagai insight), sebuah titik dimana semua jalan terbuka dan semua bagian dari puzzle (tekateki) menjadi masuk akal. Bagaimanapun juga, pemecahan masalah dicapai melalui pengeksplorasian komponen-komponen kecil dari sebuah teka-teki. Sebuah metode dimana solusi untuk komponen-komponen kecil dari sebuah masalah besar dianggap sebagai solusi akhir yang disebut dengan “means-end analysis”.

Model Representasi dalam Pemecahan Masalah

Pemecahan masalah merupakan salah satu wujud konkret dari proses berpikir. Proses berpikir sendiri adalah aktivitas mental individu untuk memperoleh informasi, bagaimana informasi tersebut direpresentasikan dan ditransformasi menjadi pengetahuan, bagaimana bagaimana pengetahuan itu disimpan menjadi ingatan yang selanjutnya dimunculkan kembali, dan bagaimana pengetahuan tersebut digunakan untuk mengambil tindakan atau keputusan. Dengan demikian, representasi juga merupakan salah satu dari proses berpikir dan di sinilah representasi internal menarik benang merahnya terhadap pemecahan masalah.

Representasi terbagi menjadi dua, yaitu representasi eksternal dan representasi internal.

  1. Representasi Eksternal
    Representasi eksternal menunjukkan wujud secara fisik dari suatu ide matematis. Representasi eksternal meliputi representasi verbal (tertulis), representasi visual (piktorial dan skematik), dan representasi simbolik (persamaan yang menunjukkan hubungan dua atau lebih kuantitas).
  2. Representasi Internal
    Sedangkan representasi internal adalah struktur kognitif “unique” yang memuat konsep matematika dan konsep-konsep lainnya. Aktivitas yang menghasilkan bentuk representasi eksternal sebagai suatu bentuk yang dapat diobservasi adalah menggambarkan proses yang terjadi secara internal di dalam pikiran individu.

Baca juga: Representasi Pengetahuan secara Visual dan Verbal: Mekanisme & Proses

Pemecahan masalah merupakan persoalan proses mental individu yang merupakan seorang subjek atau insan yang memiliki pemikiran sendiri-sendiri dan memiliki cara serta langkah yang berbeda dalam menghadapinya. Oleh karena itu, representasi internal menjadi lebih berkaitan dengan pemecahan masalah.

Model Representasi Internal pada Pemecahan Masalah

Pada tahun 1975 Einsenstadt dan Kareev menciptakan suatu model jaringan dengan mempelajari aspek-aspek pemecahan masalah manusia yang ditunjukkan oleh orang-orang yang memainkan permainan papan. Mereka memusatkan perhatian mereka pada jenis representasi internal posisi papan yang dibuat pemain dan pada representasi pengetahuan. Representasi internal pada tugas penyelesaian masalah yang sangat subyektif, transkripsi mental terhadap konfigurasi pada dunia nyata tidak begitu saja sesuai dengan representasi internal seseorang.

Hasil analisis yang dilakukan terhadap permainan papan tersebut mengindikasikan bahwa partisipan bermain dengan cepat, yang menandakan bahwa perencanaan, antisipasi berbagi konfigurasi yang mungkin muncul, atau antisipasi berbagi konfigurasi yang mungkin muncul, diabaikan. Sebagai tambahan, partisipan tampak mengamati papan dengan menggunakan cara “pencarian secara aktif terhadap pola spesifik, serta pencarian yang tampaknya didorong oleh penemuan secara tak sengaja terhadap konfigurasi serta keping-keping baru.”

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa representasi oleh internal dibentuk oleh pencarian aktif. Operasi ini sering disebut proses atas ke bawah (top-down) yang berarti analisis dimulai dengan usaha yang dibuat untuk memverifikasi dengan cara mencari rangsangan diikuti oleh hipotesis. Ada kemungkinan prosedur bahwa ke atas (bottom-up, di mana rangsangan diperiksa dan dicocokkan dengan komponen struktural.

Oleh karena itu pemecahan masalah amatlah tergantung pada representasi subjektif yang disimpan dalam ingatan individu. Selain itu, pembentukan representasi internal juga merupakan sebuah proses yang aktif. Analisis Eisenstadt dan Kareev terhadap permainan papan, telah memunculkan teori yang tampaknya merupakan mekanisme pusat dari pemecahan masalah domain psikologi kognitif modern. Meskipun demikian tetap masih ada banyak pertanyaan khususnya mengenai spesifikasi proses dan struktur internal.

Penerapan Pemecahan Masalah

Seperti yang telah anda sadari pada bagian ini, artikel ini membahas mengena berbagai teori dan konsepsi dari pemecahan masalah itu sendiri berdasarkan sudut pandang psikologi kognitif. Pemecahan masalah sendiri sebetulnya merupakan teori yang telah banyak diterapkan di berbagai bidang, khususnya bidang pendidikan. Berbagai literasi mengenai penerapan pemecahan masalah pada berbagai bidang ini dapat disimak pada artikel di bawah ini.

Baca juga: Problem Solving (Pemecahan Masalah) : Pengertian, Indikator, Faktor, dsb

Referensi

  1. Suparwi, S. (2020). Pengantar psikologi kognitif. Salatiga: LP2M IAIN Salatiga.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *