Psikologi berasal dari bahasa Yunani Kuno: (Psychē yang berarti jiwa) dan (logia yang artinya ilmu). Dengan demikian, secara etimologis, psikologi dapat diartikan dengan ilmu yang mempelajari tentang jiwa. Akan tetapi “jiwa” adalah hal abstrak yang tidak dapat diamati secara langsung oleh alat indera kita.

Padahal sebagai ilmu pengetahuan, psikologi tentunya harus memiliki objek nyata yang dapat diamati dan diteliti, sehingga dapat menghasilkan kadar keilmuan yang objektif dan empirik. Oleh karena itu, para ahli psikologi sendiri terbagi menjadi beberapa pusat kekuatan dalam mengartikan istilah ini. Menurut Syah (dalam Warsah & Daheri, 2021, hlm. 1) terdapat beberapa definisi psikologi yang satu sama lain berbeda, yaitu:

  1. Psikologi adalah ilmu mengenai kehidupan mental (The Science of mental Life);
  2. Psikologi adalah ilmu mengenai pikiran (The Science of Mind);
  3. Psikolog adalah ilmu mengenai tingkah laku (The Science of behavior).

Definisi-definisi yang berbeda itu sebetulnya masih berada pada medan yang sama, namun dapat menjadi rekam jejak ilmu psikologi pula. Dalam artian, ilmu psikologi terbagi menjadi beberapa aliran utama yang meliputi: psikoanalisis, behaviorisme, kognitif, dan humanistis. Setiap aliran tentunya memiliki kecenderungan objek dan metodologi yang berbeda satu sama lain sehingga semakin memperkaya keilmuan ini.

Lalu sebetulnya apa itu psikologi? Apakah benar hal seabstrak jiwa dapat diteliti dan dijabarkan? Sebab, psikologi harus mampu menjelaskan hal-hal seperti imajinasi, perhatian, intelek, kewaspadaan, niat, akal, kemauan, tanggung jawab, memori dan lain-lain yang sehari-hari melekat pada diri kita. Tanpa itu, psikologi tidak akan banyak bermanfaat (Sarlito, 2014 dalam Saleh, 2018, hlm. 7).

Untuk lebih jelasnya, berikut adalah berbagai pemaparan mengenai ilmu psikologi umum yang dapat dikatakan sebagai pengantar menuju ilmu pengetahuan mengenai jiwa, perilaku, atau pikiran serta kehidupan mental manusia ini.

Pengertian Psikologi

Psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari semua tingkah laku individu yang tidak dapat dilepaskan dari proses lingkungan dan yang terjadi dalam diri individu tersebut yang disebut sebagai proses mental (Saleh, 2018, hlm. 8). Proses mental dapat dipahami sebagai kondisi atau gejala yang terjadi dalam diri individu yang menjadi motor penggerak.

Sementara itu, menurut Warsah & Daheri (2021, hlm.3 ) psikologi merupakan studi ilmiah perilaku dan proses mental yang dapat melibatkan perilaku makhluk hidup, dan ketika diterapkan pada manusia, psikologi mencakup segala sesuatu yang orang berpikir, merasa, dan lakukan.

Bukankah psikologi merupakan ilmu yang melakukan studi ilmiah terhadap perilaku manusia? Mengapa Warsah & Daheri mengatakan makhluk hidup yang dapat mengandung implikasi bahwa psikologi dapat melibatkan hewan pula? Simpulan tersebut diambil karena pada mulanya, psikologi digunakan para ilmuwan dan para filosof sebagaimana disebutkan oleh Reber (dalam Warsah & Daheri, 2021, hlm. 3) untuk memenuhi kebutuhan mereka dalam memahami akal pikiran dan tingkah laku aneka ragam makhluk hidup mulai yang primitif sampai yang paling modern.

Namun, ternyata tidak cocok, karena menurut para ilmuwan dan filosof, psikologi memiliki batas-batas tertentu yang berada di luar kaidah keilmuan dan etika falsafi. Kaidah saintifik dan patokan etika filosofis ini tak dapat dibebankan begitu saja sebagai muatan psikologi (Ihsan, 2016 dalam Warsah & Daheri, 2021, hlm. 3). Ihwal hal ini, akhirnya muncul psikologi hewan yang memang dikhususkan untuk meneliti tingkah laku hewan.

Dengan begitu, menurut Warsah & Daheri (2018, hlm. 2-3) psikologi adalah ilmu mengenai aktivitas individual yang digunakan secara luas, tidak hanya menyangkut aktivitas motorik, akan tetapi mencakup aktivitas kognitif, dan emosional, tingkah laku manusia yang diperoleh secara ilmiah secara terencana, sistematis, dan terkontrol berdasarkan data empiris.

Sebelumnya telah dibahas bahwa “jiwa” adalah hal yang abstrak, maka kita tidak mengetahui jiwa secara wajar, melainkan kita hanya dapat mengenal gejalanya saja. Jiwa tidak dapat dilihat oleh alat indera kita. Manusia dapat mengetahui jiwa seseorang hanya dengan tingkah lakunya. Jadi tingkah laku atau perilaku inilah dapat disebut jiwa seseorang. Tingkah laku ini merupakan kenyataan jiwa yang dapat kita hayati dari luar. Gejala jiwa tersebut bisa berupa mengamati, menanggapi, mengingat, berpikir, dan sebagainya.

Psikologi Menurut Para Ahli

Berdasarkan perdebatan panjang mengenai kebutuhan psikologi sebagai ilmu pengetahuan yang harus mampu mengamati dan meneliti objek kajiannya secara empiris itu, para tokoh piskologi juga lantas memberikan berbagai pengertian dan definisi yang berbeda satu sama lain. Beberapa pengertian psikologi menurut para ahli tersebut adalah sebagai berikut.

  1. Singgih Dirgagunarsa
    Psikologi adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia.
  2. Plato dan Aristoteles
    Psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang hakikat jiwa serta prosesnya sampai akhir.
  3. John Broadus Watson
    Psikologi sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku tampak (lahiriah) dengan menggunakan metode observasi yang objektif terhadap rangsang dan jawaban (respon).
  4. Wilhelm Wundt
    Psikologi merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari pengalaman-pengalaman yang timbul dalam diri manusia, seperti perasaan panca indera, pikiran, merasa (feeling) dan kehendak.
  5. Woodworth dan Marquis
    Psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari aktivitas individu dari sejak masih dalam kandungan sampai meninggal dunia dalam hubungannya dengan alam sekitar.
  6. Hilgert
    Psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku manusia dan binatang.
  7. Bimo Walgito
    Psikologi adalah ilmu pengetahuan tentang jiwa yang dapat dilihat atau diobservasi perilaku atau aktivitas-aktivitas yang merupakan manifestasi atau penjelmaan jiwa itu (Saleh, 2018, hlm. 5-6).

Dapat disimpulkan bahwa psikologi adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia baik dari sisi lingkungan maupun dari dalam diri individu itu sendiri yang dilakukan secara sistematis dan terkontrol berdasarkan data empiris.

Objek dan Kajian Psikologi

Menurut Warsah & Daheri (2021, hlm. 4) objek psikologi dibagi menjadi dua, yaitu:

  1. Objek material,
    yakni objek yang bersifat umum, dilihat dari wujudnya yaitu yang menjadi sasaran suatu ilmu pengetahuan. Dengan demikian, objek material psikologi adalah manusia.
  2. Objek formal,
    yakni objek yang bersifat spesifik, dari segi tertentu yaitu objek material yang dibahas. Objek formal psikologi adalah perilaku manusia dan hal-hal yang berkaitan dengan proses tersebut.

Pada zaman Yunani, objek formal kajian psikologi adalah hakikat jiwa, namun pada era Decrates objek formal ini berubah menjadi gejala-gejala kesadaran. Selanjutnya, ketika aliran Behaviorisme muncul di Amerika pada permulaan abad ke-20, yang tampak menjadi objeknya ialah tingkah laku manusia yang tampak (lahiriah).

Sedangkan aliran psikologi yang dipelopori oleh Freud, objeknya adalah gejala-gejala ketidaksadaran manusia. Manusia merupakan makhluk yang sangat kompleks dan unik sifatnya (Fatuhurrohman, 2016). Dengan demikian, objek psikologi akan sangat bergantung pada objek material yang dibahas dan perlukan dalam studinya.

Misalnya, dalam ilmu sosial dan ilmu psikologi mempunyai objek material sama, yaitu manusia. Akan tetapi objek formalnya berbeda, karena ilmu sosial membahas manusia dari sudut pembahasan kehidupan individu dan interaksinya antar masyarakat, sedangkan ilmu psikologi membahas manusia dari sudut pembahasan jiwa dan pikiran dari individu itu sendiri.

Ruang Lingkup Psikologi

Untuk memahami psikologi lebih mendalam, tentunya penting bagi kita untuk mengetahui cakupan dari ilmu psikologi itu sendiri. Pertama, menurut Warsah & Daheri (2021, hlm. 8) berdasarkan tujuannya, ilmu psikologi dibagi menjadi dua, yakni: 1) psikologi teoretis, dipelajari dengan tujuan untuk mengembangkan ilmu; dan 2) psikologi praktis, yang dipelajari dengan tujuan untuk kebutuhan praktis, khususnya problem solving.

Selanjutnya, berdasarkan objek yang dibahas, psikologi dapat dibagi menjadi dua payung cakupan utama, yaitu psikologi umum dan psikologi khusus yang akan dijelaskan pada pemaparan di bawah ini.

Psikologi Umum

Psikologi umum adalah psikologi yang menyelidiki dan mempelajari kegiatan-kegiatan atau aktivitas-aktivitas psikis manusia pada umumnya yang dewasa, yang normal dan yang beradab (berkultur) (Saleh, 2018, hlm. 24). Selain itu, psikologi umum juga memandang manusia seakan-akan terlepas dari manusia yang lain. Psikologi umum berusaha mencari dalil-dalil yang bersifat umum daripada kegiatan-kegiatan atau aktivitas psikis.

Psikologi Khusus

Psikologi khusus adalah psikologi yang menyelidiki dan mempelajari segi-segi kekhususan dari aktivitas-aktivitas psikis manusia berupa hal-hal yang menyimpang dari psikologi itu sendiri, misalnya psikologi pendidikan, psikologi kriminal, psikologi kepribadian, dan sebagainya (Saleh, 2018, hlm. 25). Beberapa cabang dari psikologi khusus ini adalah sebagai berikut.

  1. Psikologi Perkembangan
    psikologi yang membicarakan perkembangan psikis manusia dari masa bayi sampai tua. Perkembangan tersebut bisa mencakup: a) Psikologi anak (mencakup masa bayi); b) Psikologi puber dan adolesensi (psikologi masa pemuda); c) Psikologi orang dewasa; d) Psikologi orang-tua.
  2. Psikologi Sosial
    Psikologi yang khusus membicarakan tentang tingkah laku atau aktivitas-aktivitas manusia dalam hubungannya dengan situasi sosial.
  3. Psikologi Pendidikan
    Psikologi yang khusus menguraikan kegiatan-kegiatan atau aktivitas-aktivitas manusia dalam hubunganya dengan situasi pendidikan, misalnya bagaimana cara guru menarik perhatian siswa agar pelajaran dapat dengan mudah diterima.
  4. Psikologi Kepribadian dan Tipologi
    Psikologi yang khusus menguraikan tentang struktur pribadi manusia, mengenai tipe-tipe kepribadian manusia.
  5. Psikapatologi
    Psikologi yang khusus menguraikan mengenai keadaan psikis yang tidak normal (abnormal) atau yang menguraikan hal-hal klinis manusia.
  6. Psikologi Kriminal
    Psikologi yang khusus berhubungan dengan soal kejahatan atau kriminalitas. Bagian ini terkait dengan psikologi forensik.
  7. Psikologi Industri
    Psikologi yang khusus berhubungan dengan persoalan perusahaan, misalnya manajemen Sumber Daya Manusia yang baik, dan sebagainya (Saleh, 2018, hlm. 26).

Metode-Metode Penelitian Psikologi

Metode penelitian atau penyelidikan dalam suatu ilmu merupakan keharusan yang mutlak. Apalagi, jika ilmu tersebut telah berdiri sendiri layaknya psikologi. Setiap metode memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Oleh karena itu penting bagi kita untuk mengetahui bermacam metode-metode penyelidikan yang dapat digunakan untuk mempelajari psikologi supaya dapat menerapkan metode yang tepat guna untuk setiap kebutuhan.

Menurut Warsah & Daheri (2021, hlm. 5) metode penyelidikan psikologi terbagi atas metode-metode yang bersifat filosofis, dan metode yang bersifat empiris. Untuk lebih jelasnya, berikut adalah penjabarannya.

Metode yang Bersifat Filosofis

Metode yang bersifat filosofis memiliki kecenderungan untuk menggunakan spekulasi, rasio, dan logika untuk mengungkap hal-hal yang fundamental dan esensial sehingga kita dapat membuat generalisasi yang universal. Beberapa metode penyelidikan psikologi yang bersifat filosofis antara lain adalah sebagai berikut.

  1. Metode Intuitif
    Cara ini sengaja dilakukan untuk mengadakan sesuatu penyelidikan atau dengan cara tidak sengaja dalam pergaulan sehari-hari.
  2. Metode Kontemplatif
    Metode ini dilaksanakan dengan cara merenungkan (kontemplasi) terhadap objek yang diselidiki dengan menggunakan kemampuan berpikir yang optimal.
  3. Metode Filosofis Religius
    Metode ini dilakukan dengan menggunakan materi-materi agama sebagai alat untuk menyelidiki pribadi manusia. Sebab nilai-nilai yang terkandung dalam ajaran agama itu merupakan kebenaran yang mutlak. Dalam kata lain menyelidiki jiwa manusia itu pihak penyelidik menggunakan materi agama yang terdapat dalam kitab suci sebagai norma standar dalam penilaian (Warsah & Daheri, 2021, hlm. 5).

Metode yang Bersifat Empiris

Seperti namanya, yakni empiris, maka metode ini mengharuskan kita untuk mendapatkan berbagai bukti dan data berupa objek nyata yang dapat diteliti sehingga dapat menghasilkan kesimpulan yang valid. Beberapa metode penelitian psikologi yang empiris antara lain adalah sebagai berikut.

  1. Metode Observasi
    Metode untuk mempelajari kejiwaan dengan sengaja mengamati secara langsung, teliti dan sistematis. Dalam hal ini observasi dapat melalui tiga cara, yaitu: Introspeksi, Introspeksi Eksperimental, dan Ekstrospeksi.
  2. Metode Pengumpulan Bahan
    Dalam rangka mendapatkan data dengan teknik pengumpulan bahan ini peneliti dapat menempuh dengan tiga cara yang meliputi: angket-interview (wawancara), metode biografi, metode pengumpulan bahan.
  3. Metode Eksperimen
    Cara ini biasanya dilakukan di dalam laboratorium dengan mengadakan berbagai eksperimen. Eksperimen yang dimaksud yaitu bahwa peneliti harus dapat menimbulkan atau menghilangkan berbagai macam situasi sesuai dengan kehendaknya.

Referensi

  1. Saleh, A.A. (2018). Pengantar psikologi. Makassar: Penerbit Aksara Timur.
  2. Warsah, I., Daheri, M. (2021). Psikologi: suatu pengantar. Yogyakarta: Tunas Gemilang Press.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *