Perkembangan dewasa akhir atau lanjut usia adalah titik tertinggi dalam rentang kehidupan individu yang ditandai oleh penurunan kemampuan baik fisik maupun psikologis yang dimulai pada usia 60 tahun. Pada beberapa kasus, lansia masih mampu melakukan aktivitas kehidupannya sehari-hari, tetapi pada umumnya Individu yang telah memasuki periode lansia membutuhkan bantuan pihak lain untuk melakukannya.

Orang dewasa akhir atau lanjut usia (lansia) dapat diklasifikasikan menjadi beberapa beberapa jenis di bawah ini.

  1. Young Old (60 – 69 tahun),
  2. Middle Old (70 – 79 tahun),
  3. Old-old (80 – 89 tahun),
  4. Very Old-Old (90 tahun ke atas) (Masykuroh, 2021, hlm. 130).

Akan tetapi, klasifikasi yang lebih bernilai adalah mengenai usia fungsional. Usia fungsional adalah ukuran kemampuan seseorang untuk berfungsi secara efektif dalam lingkungan fisik dan sosialnya dibandingkan dengan orang lain yang seusianya. Seseorang berusia 90 tahun yang tetap berada dalam kesehatan yang prima bisa jadi berfungsi lebih muda dibandingkan dengan orang berusia 65 tahun yang tidak sehat.

Banyak sekali stereotype-stereotype tidak tepat yang mengintari orang lanjut usia. Contohnya, sebagian besar masyarakat masih mengira bahwa kepikunan pada usia tua itu wajar, padahal tidak. Alzheimer adalah penyakit yang seharusnya tidak diidap oleh lansia sekali pun. Hal ini sangat dapat dihindari dengan melakukan aktivitas psikomotor (campuran) dan terapi-terapi tertentu bahkan dengan sesederhana tidak berhenti bekerja atau melakukan aktivitas produktif lainnya.

Hal tersebut terjadi terutama kepada para super ager yang terbukti memiliki usia fungsional tinggi bahkan ketika menginjak usia 90-an. Dalam konteks super ager ini, diketahui bahwa penyebab para super ager memiliki kesehatan yang amat prima di usia tua adalah mereka tidak pernah berhenti belajar.

Belajar dalam artian baik seperti para profesor yang belajar secara sadar dan terencana, maupun belajar suatu hal yang belum pernah mereka pelajari atau kuasai sepanjang hidupnya seperti bermain gitar, berenang, bersepeda, hingga pada berbagai aktivitas belajar tidak langsung seperti pada kegiatan sehari-hari yang dilakukan secara konsisten dan serius seperti berkebun, ikut mengasuh cucu, dsb.

Karakteristik Dewasa Akhir

Menurut Hurlock (dalam Masykuroh, 2021, hlm. 130-131) beberapa karakteristik dari individu pada periode dewasa akhir adalah sebagai berikut.

  1. Adanya periode penurunan atau kemunduran.
    Periode lansia adalah periode puncak kehidupan, jika pada kasus lain saat berada di puncak artinya semakin meningkat, maka pada tahap ini terjadi sebaliknya. Pada periode lansia, Individu mengalami kemunduran yang mulai ditandai dengan kemunduran fisik ataupun mental.
  2. Perbedaan individu dalam efek penuaan.
    Waktu kemunduran setiap individu berbeda-beda tergantung dari sifat bawaan masing-masing. Selain itu, bagaimana cara Individu memandang diri dan lingkungannya juga mempengaruhi proses penuaannya. Misalnya ada yang menganggap periode ini sebagai waktunya untuk bersantai dan ada pula yang menganggapnya sebagai hukuman.
  3. Ada stereotip-stereotip mengenai usia lanjut.
    Pandangan-pandangan tidak nyata tentang orang tua mulai bermunculan yang menyebabkan citra lansia semakin buruk. Stereotip ini bisa muncul dari cerita dongeng yang menggambarkan betapa menyedihkannya lansia. Dapat juga muncul dari lelucon-lelucon di acara televisi yang mengolok-olok lansia seperti mengatakan kalau lansia ‘sudah kisut, pikun” dan sebagainya. Masa lansia digambarkan seakan tidak menyenangkan.
  4. Sikap sosial terhadap usia lanjut.
    Kebanyakan masyarakat menganggap orang berusia lanjut tidak begitu dibutuhkan karena energinya sudah melemah. Tetapi, ada juga masyarakat yang masih menghormati orang yang berusia lanjut terutama yang dianggap berjasa bagi masyarakat sekitar.
  5. Mempunyai status kelompok minoritas.
    Adanya sikap sosial yang negatif tentang usia lanjut. Padahal sikap sosial yang beredar di masyarakat terhadap lansia mempengaruhi sikap Individu pada lansia. Sikap sosial yang tidak menyenangkan membuat lansia merasa tidak berguna dalam kelompok.
  6. Status kelompok minoritas.
    Sebuah Analisis Penelitian tentang struktur umur Penduduk Indonesia yang dilakukan Kementerian Kesehatan tahun 2017 menunjukkan bahwa lansia adalah kelompok dengan jumlah penduduk paling sedikit, yaitu 9,03%. Jumlah tersebut lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah usia produktif (10-44 tahun) 56,18%. Dengan data tersebut, maka lansia dikatakan sebagai kelompok minoritas yang terkadang keberadaannya kurang dianggap.
  7. Adanya perubahan peran.
    Pada saat Individu memasuki periode lansia, maka mereka perlahan diminta untuk melepaskan aktivitasnya dan peranannya dalam sosial secara satu persatu. Kehilangan peran sosial, sikap sosial yang buruk tentang lansia, membuat lansia merasa semakin tidak berguna dan semakin menarik diri dari lingkungan, karena kebanyakan dari mereka tidak dapat bersaing lagi dengan kelompok yang lebih muda, meskipun belum tentu.
  8. Penyesuaian diri yang buruk.
    Kondisi yang sangat berubah membuat lansia tidak mudah untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Kemampuan lansia dalam menyesuaikan diri ini sangat dipengaruhi dengan kemampuan penyesuaiannya di masa lalu. Selain itu, hal ini juga dapat timbul karena adanya konsep diri yang negatif yang disebabkan oleh sikap sosial yang negatif.
  9. Ada keinginan untuk menjadi muda kembali.
    Kesepian, merasa tidak berdaya, serta kesulitan-kesulitan yang dialami lansia membuat mereka ingin kembali menjadi muda. Bahkan beberapa di antara mereka mencari segala cara untuk memperlambat penuaan.

Tugas Perkembangan Lansia

Beberapa tugas dari individu dewasa akhir atau para lanjut usia adalah sebagai berikut.

  1. Menyesuaikan diri terhadap perubahan fisik. Misalnya adanya perubahan penampilan pada wajah wanita, menggunakan kosmetik untuk menutupi tanda-tanda penuaan pada wajahnya. Pada bagian tubuh, khususnya pada kerangka tubuh, mengerasnya tulang sehingga tulang menjadi mengapur dan mudah retak atau patah.
  2. Menyesuaikan diri dengan masa pensiun dan berkurangnya penghasilan keluarga.
  3. Menyesuaikan diri dengan kematian pasangan hidup.
  4. Menjalin hubungan dengan orang-orang di sekitarnya.
  5. Membentuk pengaturan kehidupan fisik yang memuaskan.
  6. Menyesuaikan diri dengan peran sosial secara luwes dan harmonis.

Perkembangan Fisik Dewasa Akhir

Masa dewasa tua berkisar umur 60 tahun ke atas dan dari segi perkembangannya mengalami proses penuaan berarti menurunnya daya tahan fisik, menurut kartari (1993 dalam Thahir, 2018, hlm. 197.) Lanjut usia tentunya disebabkan oleh meningkatnya usia, sehingga terjadi perubahan struktur dan fungsi sel, jaringan serta sistem organ.

Departemen kesehatan RI (dalam Thahir, 2018, hlm. 197-198) menyatakan bahwa menjadi tua ditandai dengan kemunduran biologis yang terlihat dari gejala kemunduran fisik, antara lain:

  1. Kulit mulai mengendur dam pada wajah timbul keriput serta garis-garis yang menetap.
  2. Rambut beruban.
  3. Gigi mulai tanggal 198 d. Penglihatan dan pendengaran mulai berkurang.
  4. Mulai lelah.
  5. Gerakan menjadi lamban dan kurang lincah.
  6. Kerampingan tubuh menghilang, terjadi timbunan lemak terutama di bagian perut dan pinggul.

Kulit mereka yang sudah menua menjadi memucat dan kurang elastis, dan seiring dengan mengerutnya lemak dan otot, kulit tersebut bisa jadi mengerut. Pembengkakan pembuluh darah di kaki menjadi hal yang umum. Rambut di kepala menjadi putih dan menjadi semakin tipis, dan rambut menjadi semakin jarang.

Orang dewasa yang lebih tua menjadi lebih pendek seiring dengan melemahnya tulang vertebrae, dan postur bungkuk menjadikan mereka semakin kecil. Penipisan tulang dapat menyebabkan “dowager hump” pada belakang leher, terutama bagi wanita dengan osteoporosis. Selain itu, komposisi kimia tulang juga berubah, menciptakan risiko keretakan yang lebih besar.

Penurunan seakan menjadi satu-satunya hal yang mengiringi perkembangan fisik dewasa akhir, meliputi berkurangnya kekuatan otot dan tingkat metabolisme yang semakin menjadi. Berkurangnya tingkat metabolisme dan menurunnya kekuatan otot-otot juga mengakibatkan pengaturan suhu badan menjadi sulit. Pada usia lanjut terjadi penurunan dalam jumlah waktu tidur yang diperlukan dan kenyenyakan tidurnya, hal tersebut karena orang usia lanjut pada umumnya menderita gangguan susah tidur (insomnia) (Saleh, 2019, hlm. 142).

Perubahan Organis dan Sistematis

Perubahan dalam fungsi organis dan sistematis sangat bervariasi, baik di antara maupun di dalam individu. Sebagian sistem tubuh dan keberfungsian organ menurun, sedangkan sebagian yang lain tetap sebagaimana adanya, Akan tetapi jantung menjadi sensitif terhadap penyakit dan kemampuan pencadangan(reserve capicity) menurun.

Penuaan Otak

Pada lansia normal dan sehat, perubahan pada otak biasanya bersifat rendah dan hanya membuat sedikit perbedaan ( kemper, 1994 ). Setelah usia 30 tahun, otak kehilangan beratnya, pertama- tama sedikit, kemudian menjadi lebih cepat. Sehingga, pada usia 90 tahun, otak kehilangan 10 % dari beratnya.

Kemampuan Daya Ingat (Kapasitas Memori)

Seiring dengan bertambahnya usia, maka terjadi penurunan fisik pada lansia termasuk juga dengan ingatan. Kemampuan untuk memahami informasi serta mengingat saat lansia juga semakin terlihat penurunannya. Kondisi tersebut yang membuat lansia dikenal dengan label “pikun”. Untuk menghindari terjadinya kepikunan pada lansia, ada beberapa cara yang bisa dilakukan, di antaranya adalah dengan, membaca, berinteraksi, berdzikir (berdoa), bahkan bermain game. Bermain Games spesifiknya shooting action Games menjadi terapi yang teruji klinis meminimalisir kepikunan.

Kemampuan Penglihatan

Selain menurunnya kapasitas memori, aspek fisik lain yang juga turut serta mengalami penurunan adalah indera penglihatan, yaitu mata. Otot-otot mata yang semakin lemah karena pengalaman hidup membuat tidak jarang lansia mengalami rabun dekat ataupun rabun jauh. Selain itu, penyakit katarak juga sangat dekat dengan lansia. Untuk menghindari kondisi tersebut, konsumsilah vitamin A dan olahraga mata atau hindari berinteraksi dengan layar terlalu lama.

Kemampuan Pendengaran

Penurunan pertumbuhan syaraf dan organ basal pada lansia juga menyebabkan lansia mengalami kemunduran pendengaran. Lansia sudah lebih sulit mendengar dengan jelas terutama suara yang pelan. Tidak jarang beberapa lansia menggunakan alat bantu dengar untuk membantunya berinteraksi dengan orang lain.

Perkembangan Kognitif Dewasa Akhir

Apakah kecerdasan mengilang pada masa dewasa akhir? Jawabnya, tergantung kepada apa yang diukur dan bagaimana mengukurnya. Beberapa kecerdasan seperti kecepatan memproses mental dan penalaran abstrak biasa menurun pada tahun-tahun berikutnya, akan tetapi berbagai aspek pemikiran praktis dan integratif cenderung meningkat sepanjang masa kehidupan masa dewasa (Sternberg, Grigorenko, dan Oh, 2001 dalam Thahir, 2018, hlm. 202).

Mengukur kecerdasan lansia merupakan hal yang kompleks. Sejumlah faktor fisik dan psikologis merupakan nilai kecerdasan dan mengarah kepada kesalahan penilaian atas kecerdasan mereka. Sebagaimana orang yang lebih muda, kondisi terbaik lansia untuk diuji adalah ketika mereka sedang segar bugar secara fisik dan telah beristirahat dengan cukup.

Penurunan pada penglihatan dan pendengaran dapat menyulitkan pemahaman atas pengujian. Batas waktu pada sebagian besar uji kecerdasan amat berat bagi lansia, karena baik proses fisik maupun psikologis juga kemampuan perceptual, cenderung menurun seiring usia. Maka lansia akan bekerja lebih baik jika mereka diberikan kebebasan waktu sesuai dengan kebutuhan mereka (Hertzog, 1989; Schaie & Hartzog, 1983 dalam Thahir, 2018, hlm. 202).

Metamemori: Pandangan dari Dalam

Metamemory in Adulthood ( MIA ): adalah uesioner yang dirancang untuk mengukur berbagai aspek metamemori orang dewasa, termasuk keyakinan akan memori mereka sendiri dan seleksi serta penggunaan strategi untuk mengingat. Meningkatkan Memori pada Lansia. Beberapa peneliti telah menawarkan program pelatihan mnemonics : yaitu teknik yang di desain untuk membantu orang mengingat, membuat asosiasi antara wajah dan nama, atau mentransformasikan berbagai elemen cerita ke dalam citra mental.

Perubahan dalam Kemampuan Memproses

Orang dewasa akhir atau lansia mengalami penurunan menyeluruh pada fungsi sistem saraf pusat, sebagaimana yang diukur melalui waktu reaksi, secara luas dipercaya sebagai kontributor utama perubahan dalam kemampuan kognitif dan efisiensi dalam pemrosesan informasi. Kemampuan yang digunakan untuk belajar dan menguasai keterampilan baru cenderung menurun pada lansia.

Kompetensi dalam Tugas Sehari- hari dan Pemecahan Masalah

Ketika orang menjadi tua, tes penting kompetensi kognitifnya adalah kemampuan untuk hidup independen, sebagaimana yang diukur oleh tujuh aktivitas instrumental hidup sehari- hari ( IADLs ) : mengatur keuangan, berbelanja kebutuhan pokok, menggunakan telepon, mendapatkan transportasi, mempersiapkan makan, berobat, dan mengurus rumah.

Belajar seumur hidup

Belajar seumur hidup atau pendidikan sepanjang hayat dapat membuat lansia tetap membuat lansia tetap mawas secara mental. Program pendidikan bagi lansia meningkat dengan pesat. Sebagian besar program ini memiliki fokus sosial praktis atau pendidikan yang lebih serius. Lansia belajar dengan lebih baik ketika materi dan metode disesuaikan dengan kebutuhan kelompok usia ini.

Perkembangan Psikososial Dewasa Akhir

Periode lansia juga merupakan masa sepi karena pada umumnya diperiode ini, Inidivu telah ditinggalkan oleh anak-anaknya yang telah dewasa, menikah, dan tinggal dengan keluarganya. Untuk menghindari kesedihan atas kesepian yang dialaminya, tidak jarang lansia menghabiskan waktu di luar Bersama dengan teman-temannya.

Agar lansia tidak merasa terganggu dan terbebani dalam kesehariannya, maka sebagai keluarga bisa menjaganya dari jauh. Dalam artian tidak terlalu mengekang, membebaskan lansia untuk melakukan aktivitas yang mereka sukai dengan pengawasan.

Mengingat periode lansia dekat dengan kematian, maka lansia juga perlu pendampingan secara spiritual agar menghadapi kematian dengan lebih tenang dan dalam kondisi baik. Motivasi untuk hidup dengan lebih baik dan lebih religius juga sangat diperlukan. Motivasi ini memiliki peran penting dalam mendorong timbulnya hal baik dan mempengaruhi serta mengubah perilaku lansia untuk semakin baik. Terdapat berbagai macam fungsi motivasi pada kehidupan lansia, dijelaskan sebagai berikut.

  1. Motivasi sebagai motor penggerak.
    Motivasi adalah alasan dibalik individu melakukan sesuatu, sehingga lansia sangat membutuhkan motivasi untuk bisa hidup dengan lebih baik.
  2. Motivasi pengarah kehidupan.
    Pada teori motivasi dikatakan bahwa motivasi dapat menyeleksi perilaku individu yang akan mengarahkan individu untuk bergerak atau berbuat dengan lebih baik sesuai dengan tujuan awal kehidupannya (Masykuroh, 2021, hlm. 135).

Kerja, Pensiun, dan Bersantai

Tren dalam Pekerjaan di Usia Lanjut dan Pensiun: Sebagian besar orang dewasa yang dapat pensiun, melakukannya dan seiring dengan semakin panjang usianya, mereka lebih banyak menghabiskan waktu dalam masa pensiun. Di semua negara, para lansia merupakan bagian kecil dari tenaga kerja, dan persentasenya terus menurun sejalan dengan peningkatan usia. Orang – orang yang terus bekerja setelah usia 65 sampai 70 tahun menyukai pekerjaan mereka dan tidak menemukannya sebagai sesuatu yang membosankan dan menekan. Mereka cenderung lebih aktif sepanjang periode santai mrk dibandingkan para pensiunan ( Kiefer et al., 2001 dalam Thahir, 2018, hlm. 211).

Bagaimana Usia Mempengaruhi Performa Pekerjaan dan Sikap Terhadap Kerja? Pekerja lansia sering kali lebih produktif dibandingkan yang lebih muda. Walaupun mereka bekerja lebih lamban dari orang muda akan tetapi mereka lebih akurat ( Czaja & Sharit, 1998 dalam Thahir, 2018, hlm. 211 ). Para Lansia cenderung lebih puas dengan pekerjaan mereka ketimbang yang lebih muda. Mereka terlibat, lebih berkomitmen, digaji lebih baik, dan memiliki kecenderungan lebih kecil untuk beralih pekerjaan dibandingkan yang muda.

Hidup Setelah Pensiun

Orang-orang yang pensiun bisa jadi merasakan kehilangan peran sentral bagi identitas mereka, atau mereka menikmati hilangnya ketegangan yang berlalu bersama peran tersebut (Kim & Moen, 2002 dalam Thahir, 2018, hlm. 211).  Sepanjang beberapa tahun pertama setelah pensiun, orang-orang memiliki kebutuhan khusus akan dorongan atau dukungan emosional yang membuat mereka merasa masih berharga dan agar dapat mengatasi perubahan dalam hidup mereka. Teori kontinuitas menyatakan bahwa orang-orang yang mempertahankan aktivitas dan gaya hidup mereka sebelumnya akan dapat menyesuaikan diri dengan lebih sukses.

Gaya Hidup yang Berfokus pada Keluarga

Pola aktivitas pensiun yang berputar pada keluarga, rumah, dan perusahaan. Investasi berimbang : Pola aktivitas pensiun yang dialokasikan di antara keluarga, kerja, dan bersenang-senang. Bersantai yang serius : Aktivitas bersantai menghasilkan keterampilan, perhatian, dan komitmen.

Referensi

  1. Ajhuri, K.F. (2019). Psikologi perkembangan pendekatan sepanjang rentang kehidupan. Yogyakarta: Penebar Media Pustaka.
  2. Masykuroh, K., Dewi, C., Heriyani, E., Widiastuti, H.T. (2021). Modul psikologi perkembangan. Jakarta: Uhamka.
  3. Thahir, A. (2018). Psikologi perkembangan. Lampung: Aura Publishing.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *