Daftar Isi ⇅
show
Bangsa Indonesia tidak mungkin dapat menjadi bangsa yang merdeka dan bebas seperti saat ini apabila tidak ada usaha untuk bangkit dan melepaskan diri dari penjajahan. Kesadaran bangsa Indonesia untuk bangkit tumbuh seiring lahirnya generasi muda yang terdidik dan peduli terhadap kemerdekaan Indonesia.
Oleh karena itu, penting bagi kita untuk mengetahui bagaimana kebangkitan akan kesadaran persatuan, perasaan senasib, kebanggaan, dan rasa ingin merdeka mulai tumbuh dari generasi pelajar di Indonesia. Hal ini, dapat ditelusuri dari bagaimana sebuah semangat dapat membawa negara kita tercinta pada kemerdekannya.
Indonesia Sebelum Tahun 1908
Perlu diketahui bahwa Indonesia sebelum tahun 1908 tengah menghadapi kekejaman penjajahan kolonial Belanda dan belum memiliki pergerakan yang signifikan dalam menumbuhkan rasa untuk bangkit dari penjajahan secara bersama-sama (nasional). Di masa tersebut, belum ada pergerakan signifikan mengenai rasa kesatuan dan kebanggaan akan bangsa sendiri. Mau tidak mau, masyarakat masih berkegiatan dalam naungan kolonialisasi Belanda.
Penjajahan Belanda di Indonesia telah dimulai semenjak didirikannya Vereenigde Oost-Indische Compagnie (VOC) pada tanggal 20 Maret 1602. Sejak VOC berdiri, penderitaan rakyat Indonesia terjadi dalam berbagai segi kehidupan, baik dari sisi kebebasan individu, kebutuhan ekonomi, hak pendidikan, dan sebagainya.
Sebetulnya, penderitaan rakyat Indonesia ini sudah menumbuhkan benih perlawanan di berbagai daerah. Perjuangan melawan penjajah biasanya dipimpin ulama atau kaum bangsawan. Sultan Hasanuddin di Sulawesi Selatan, Sultan Ageng Tirtayasa di Banten, Tuanku Imam Bonjol di Sumatera Barat, Pangeran Diponegoro di Jawa Tengah, memimpin perjuangan rakyat melawan penjajah (Tim Kemdikbud, 2017, hlm. 78).
Namun perjuangan rakyat untuk mengusir penjajah ini tentunya masih belum berhasil. Hal tersebut karena rakyat masih belum dapat menyatukan kekuatan sepenuhnya melalui semangat kebangkitan nasional. Baru pada tahun 1908, muncul organisasi penggerak dari para pelajar yang menumbuhkan rasa nasionalisme di nusantara. Pergerakan inilah salah satu pemicu terbesar dari keberhasilan kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945.
Budi Utomo (Perintis Kebangkitan Nasional 1908)
Budi Utomo, dieja Boedi Oetomo adalah organisasi pertama di Indonesia yang bersifat nasional berbentuk modern, yaitu organisasi dengan pengurus yang tetap, ada anggota, tujuan, dan program kerja bersifat sosial untuk kepentingan bangsa (Tim Kemdikbud, 2017, hlm. 79). Boedi Oetomo didirikan oleh dr. Soetomo pada tanggal 20 Mei 1908.
Pendirian Boedi Oetomo, tidak terlepas dari penggagas atau pendorong lahirnya Boedi Oetomo yaitu dr. Wahidin Soedirohusodo. Dokter Wahidin Soedirohusodo menggagas tentang perlunya mendirikan organisasi yang bertujuan memajukan pendidikan dan meninggikan martabat bangsa.
Budi Utomo berasal dari kata Sansekerta, yaitu bodhi atau budhi berarti ”keterbukaan jiwa”, ”pikiran”, ”kesadaran”, ”akal”, atau ”pengadilan”, yang juga bisa berarti ”daya untuk membentuk dan menjunjung konsepsi dan ide-ide umum”. Adapun perkataan utomo berasal dari utama, yang dalam bahasa Sanskerta berarti ”tingkat pertama” atau ”sangat baik”.
Program Kerja Budi Utomo
Program Budi Utomo adalah mengusahakan perbaikan pendidikan dan pengajaran. Akan tetapi, programnya lebih bersifat sosial karena saat itu belum dimungkinkan melaksanakan gerakan yang bersifat politik. Sebagai organisasi pelajar yang berintikan pelajar STOVIA, gerakan Budi Utomo pada awalnya terbatas pada Jawa dan Madura.
Pada tanggal 5 Oktober 1908, Budi Utomo mengadakan Kongres Pertama di Yogyakarta. Kongres tersebut berhasil menetapkan tujuan organisasi, yaitu: kemajuan yang harmonis antara bangsa dan negara, terutama dalam memajukan pengajaran, pertanian, peternakan, dagang, teknik, industri, dan kebudayaan.
Hari Kebangkitan Nasional
Budi Utomo merupakan organisasi pertama yang memperjuangkan cita-cita nasional. Dalam perjalanannya, Budi Utomo diwarnai berbagai kepentingan baik dari birokrat priyayi (bangsawan) maupun pemerintah Belanda.
Namun, salah satu ujaran dalam pidato dr. Sutomo yang dalam, di awal pendirian Budi Utomo, membekas kepada seluruh anggota Budi Utomo untuk memperjuangkan kehormatan bangsa. Ujaran tersebut adalah: ”saya yakin nasib tanah air di kemudian hari akan ada di tangan kita” (dalam Fajriudin M, 2015, hlm. 28).
Besarnya pengaruh pergerakan Budi Utomo dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia ditandai dengan penetapan hari kebangkitan nasional yang diperingati setiap tanggal 20 mei, berbarengan dengan hari kelahiran Budi Utomo oleh Presiden Soekarno pada tahun 1948.
Mewujudkan Persatuan Indonesia
Berdasarkan istilah, persatuan dan kesatuan berasal dari kata satu yang berarti utuh atau tidak terpecah-belah. Persatuan dapat diartikan sebagai perkumpulan dari berbagai komponen yang membentuk menjadi satu.
Kesatuan merupakan hasil perkumpulan tersebut yang telah menjadi satu dan utuh dengan demikian, kesatuan erat hubungannya dengan keutuhan. Persatuan dan kesatuan mengandung arti bersatunya macam-macam corak yang beraneka ragam menjadi satu kebulatan yang utuh dan serasi.
Untuk mewujudkan persatuan dalam keberagaman masyarakat indonesia perlu menumbuhkan 1) perasaan senasib; 2) toleransi antar suku, ras, agama, dan golongan; 3) menyadari kekayaan yang dihasilkan dari keberagaman; dan 4) menumbuhkan kecintaan terhadap bangsa dan Negara.
Menurut Tim Kemdikbud (2017, hlm. 82) Tahap-tahap pembinaan persatuan bangsa Indonesia itu yang paling menonjol ialah sebagai berikut.
- Perasaan Senasib
Maksudnya perasaan senasib sebagai bangsa akan meningkatkan rasa persatuan dalam seluruh rakyat Indonesia. Perasaan senasib dapat muncul karena faktor keterikatan terhadap tempat kelahiran atau menghadapi suatu masalah tertentu. Dalam kurun sejarah, bangsa Indonesia pernah menjadi bangsa terjajah. Kondisi ini mendorong perasaan senasib bagi bangsa Indonesia. - Kebangkitan Nasional
Merupakan pergerakan perjuangan bangsa Indonesia yang mulai menyadari kondisi dan potensi sebagai suatu bangsa. Kebangkitan nasional Indonesia dipelopori dengan kelahiran Budi Utomo pada tahun 1908. Ciri dari kebangkitan nasional adalah perjuangan bangsa Indonesia lebih diwarnai perjuangan untuk kepentingan nasional bukan hanya kepentingan daerah. - Sumpah Pemuda
Adalah penegas bagi bangsa Indonesia untuk mewujudkan sebuah negara yang memiliki identitas dan dicintai rakyatnya. - Proklamasi Kemerdekaan
Proklamasi Kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1945 merupakan titik puncak perjuangan rakyat Indonesia.
Kemunduran Semangat Kebangsaan
Berdasarkan sejarah, kita dapat mengetahui bahwa pemuda dan khususnya pelajar adalah tonggak utama dari semangat kebangsaan. Namun sayangnya, di sisi lain, kita juga dapat menyaksikan mulai lemahnya semangat pemuda dalam melaksanakan Pancasila dan UUD 1945. Kemunduran jiwa dan semangat kebangsaan pada diri pemuda menurut laporan dari Kemenpora RI, ada 10 (sepuluh) masalah pada generasi muda/pemuda, yakni sebagai berikut.
- Masih maraknya tingkat kekerasan di kalangan pemuda,
- Adanya kecenderungan sikap ketidakjujuran yang makin membudaya,
- Berkembangnya rasa tidak hormat kepada orang tua, guru, dan pemimpin,
- Sikap rasa curiga dan kebencian satu sama lain,
- Penggunaan bahasa Indonesia makin memburuk,
- Berkembangnya perilaku menyimpang di kalangan pemuda (narkoba, pornografi, pornoaksi, dan lain-lain),
- Kecenderungan mengadopsi nilai-nilai budaya asing,
- Melemahnya idealisme, patriotisme, serta mengendapnya semangat kebangsaan,
- Meningkatnya sikap pragmatisme dan hedonisme,
- Makin kabur pedoman yang berlaku dan sikap acuh tak acuh terhadap pedoman ajaran agama.
Keunggulan Bangsa Indonesia
Lalu apa yang menjadi dasar mengapa kita harus bangga dan cinta terhadap tanah air? Menurut Tim Kemdikbud (2017, hlm. 86) keunggulan negara kesatuan republik Indonesia meliputi beberapa poin di bawah ini.
- Jumlah dan potensi penduduknya yang cukup besar, yaitu menempati urutan keempat di dunia setelah RRC, India, dan Amerika Serikat.
- Semangat Kebangkitan Nasional dan Sumpah Pemuda mendorong bangsa Indonesia menjadi salah satu negara pertama yang lepas dari penjajahan.
- Memiliki keanekaragaman dalam berbagai aspek kehidupan sosial budaya, seperti adat istiadat, bahasa, agama, kesenian.
- Semboyan Bhinneka Tunggal Ika menyatukan bangsa Indonesia sehingga sekalipun terdapat berbagai keanekaragaman namun prinsipnya kita tetap satu pandangan.
- Memiliki tata krama atau keramahan yang tidak dimiliki oleh bangsa lain sehingga sangat menarik bangsa-bangsa lain di dunia untuk datang ke Indonesia.
- Letak wilayahnya yang amat strategis, yaitu di antara dua benua (Asia dan Australia) dan di antara dua samudera (Hindia dan Pasifik) menyebabkan Indonesia berada pada posisi silang dunia sehingga Indonesia menjadi wilayah yang amat ramai dan mudah disinggahi oleh bangsa-bangsa lain.
- Keindahan alam Indonesia tidak disangsikan lagi. Keanekaragaman flora dan faunanya membuat bangsa Indonesia juga sering dikunjungi oleh bangsa-bangsa lain.
- Wilayah darat dan laut Indonesia sangat luas. Hal ini menjadi modal bagi kesejahteraan bangsa Indonesia.
- Tanahnya amat subur dan kaya akan sumber alam dengan matahari yang bersinar sepanjang tahun.
Bangsa Indonesia merupakan bangsa besar dan kita banggakan. Kalau bukan kita, siapa lagi yang akan membanggakannya. Apabila sesuatu yang negatif terjadi di Indonesia, kita semua berusaha mencari solusinya tanpa menjelek-jelekan bangsa sendiri.
Apabila prestasi yang diraih, sepatutnya kita bangga dan mensyukurinya sebagai perwujudan rasa cinta tanah air (nasionalisme). Rasa nasionalisme yang tinggi akan membawa kita menjadi bangsa yang lebih baik dengan terus berkarya dan membangun kebanggaan untuk bangsa dan negeri tercinta Indonesia.
Referensi
- Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2017). Pendidikan pancasila dan kewarganegaraan smp/mts kelas VIII. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.