Daftar Isi ⇅
show
Jika kita melihat seni rupa berdasarkan fungsinya, ada karya seni rupa yang dibuat untuk memenuhi fungsi praktis dalam kehidupan sehari-hari. Karya seni rupa seperti ini dikategorikan dalam jenis karya seni rupa terapan (applied art) yang merupakan kebalikan dari seni murni. Seni terapan juga terkadang kini lebih dikenal sebagai desain.
Pengertian Seni Rupa Terapan
Seni rupa terapan adalah karya seni rupa yang dibuat dengan pertimbangan utama untuk memenuhi fungsi praktisnya dalam artian nilai guna sebagai benda pakainya yang menjadi sorotan utama, bukan nilai keindahan/estetisnya. Bagaimana pengertian tersebut dapat terbentuk? berikut adalah uraiannya. Seni Rupa Terapan terdiri dari tiga gabungan kata, yaitu:
- Seni, berarti sesuatu yang berhubungan dengan proses kreatif dalam menciptakan sesuatu yang indah atau estetis,
- Rupa, adalah tampak atau wujud visual,
- Terapan, berasal dari kata terap yang berarti penerapan atau diwujudkan dalam praktik.
Sederhananya, seni rupa terapan adalah proses kreatif untuk menciptakan suatu karya indah bermedium visual yang lebih mementingkan nilai guna pakai atau penerapannya pada kehidupan sehari-hari.
Baca juga: Pengertian Seni Rupa
Karya seni ini terkadang disebut juga karya seni rupa aplikatif, yaitu karya seni rupa yang telah diaplikasikan pada bentuk-bentuk fungsional. Bentuk yang dibuat dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia disebut fungsional. Wujudnya dapat berupa pakaian, perabot rumah tangga, perlengkapan makan, perlengkapan pertunjukan hingga ke perlengkapan ibadah.
Karya seni rupa terapan umumnya dibuat melalui proses perancangan atau desain. Maka terkadang istilah ini agak tumpang tindih dengan istilah desain. Beda utamanya adalah seni rupa terapan merupakan payung yang lebih luas, salah satu bidang yang dipayunginya adalah desain. Seni terapan dapat mencakup: desain, kriya terapan, arsitektur, dll.
Perbedaan Seni Rupa Terapan dan Murni
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, Seni rupa terapan adalah karya seni yang mengutamakan fungsi praktis dan nilai gunanya. Sebaliknya ada karya seni rupa yang dibuat dengan tujuan untuk dinikmati keindahan dan keunikannya saja tanpa mempertimbangkan fungsi praktisnya, yaitu seni murni. Perbedaan-perbedaan dari seni terapan dan murni antara lain adalah sebagai berikut.
No. | Seni Rupa Terapan | Seni Murni |
---|---|---|
1. | Seni terapan mengedepankan efektifitas fungsi dan kegunaan. | Seni murni mengutamakan keindahan dan keunikannya saja. |
2. | Seni terapan harus mempertimbangkan kebutuhan penggunanya. | Seni murni bebas berkreasi tanpa melihat kebutuhan pasar. |
3. | Seni terapan menggunakan berbagai teori dan penemuan yang telah teruji dan terbukti. | Seni murni bebas untuk bereksperimen dengan berbagai teori radikal yang baru, bahkan masih dalam tahap penelitian senimannya sendiri. |
4. | Seni terapan tidak harus memiliki pesan ekstrinsik seperti pesan sosial, mengajak suatu pergerakan, atau pesan-pesan positif lainnya. | Seni murni cenderung harus memiliki amanat atau pesan sosial sebagai pendukung parameter keunikannya. |
5. | Seni terapan harus mengikuti trend terkini agar dapat bersaing di pasar. | Seni murni tidak harus mengikuti trend, meskipun biasanya tetap mengikuti issue terbaru di masyarakat. |
Baca juga: Seni Rupa Murni: Pengertian, Batasan, Fungsi & Contoh
Sejarah Seni Rupa Terapan
Seni terapan telah hadir dari sejak zaman prasejarah. Malah dapat dikatakan bahwa seni rupa terapan telah muncul terlebih dahulu sebelum kehadiran seni murni. Manusia prasejarah di nusantara sudah mulai menggunakan kapak batu dan tulang untuk berburu dan kebutuhan lainnya.
Peninggalan yang paling kuno dari seni terapan nusantara adalah gambar pada dinding gua dan ditemukan diberbagai daerah seperti sulawesi, kepulauan kei dan seram hingga di papua. Peninggalan tersebut antara lain berupa cap telapak tangan, gambar ilustrasi binatang dan suasana berburu dan melaut.
Peninggalan yang paling kuno dari seni terapan nusantara adalah gambar pada dinding gua dan ditemukan diberbagai daerah seperti sulawesi, kepulauan kei dan seram hingga di papua. Peninggalan tersebut antara lain berupa cap telapak tangan, gambar ilustrasi binatang, suasana berburu dan melaut.
Perkembangan seni terapan semakin pesat seiring dengan ditemukannya teknik pengolahan logam untuk membuat berbagai senjata dan perhiasan. Mereka juga mulai membuat peralatan lain, seperti: peralatan rumah tangga, gong nekara, moko, bejana, dll.
Hingga kini beberapa budaya dan tradisi rupa Indonesia tersebut masih bertahan dan terus dilestarikan menjadi seni terapan tradisional nusantara. Banyaknya contoh karya seni rupa terapan diatas meninggalkan pertanyaan: apa saja jenis-jenis seni terapan yang ada?
Jenis-jenis Seni Rupa Terapan
Terdapat banyak jenis-jenis seni rupa terapan yang dapat kita temukan di kehidupan sehari-hari, karena fungsinya sendiri memang untuk digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Beberapa jenis seni rupa terapan antara lain adalah sebagai berikut.
- Desain
Mencakup perancangan gambar hingga benda pakai yang diterapkan untuk kebutuhan tertentu, seperti: desain produk, desain brosur, desain kemasan, dll. - Arsitektur
Seni untuk merancang bangunan, baik secara estetis maupun fungsinya. - Kriya Terapan
Kerajinan tangan yang memerlukan keterampilan tinggi untuk membuatnya. Kebanyakan produk hasil seni kriya memiliki nilai guna dan dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari. - Pakaian & Perlengkapan Busana
Mulai dari baju, celana, syal, topi dan lainnya. - Gambar Ilustrasi
Gambar-gambar petunjuk untuk memberikan konteks lebih terhadap penjelasan teks. - Patung Terapan
Beberapa patung dapat menjadi seni terapan ketika diperuntukan untuk mengilustrasikan sesuatu, seperti patung manusia zaman purba di museum, dll.
Fungsi Seni Rupa Terapan
Meskipun sudah jelas bahwa seni terapan memiliki fungsi untuk membantu kehidupan sehari-hari manusia, fungsi-fungsi tersebut dapat dibagi menjadi beberapa klasifikasi, yakni sebagai berikut.
1. Fungsi Individual
Yaitu untuk memenuhi kebutuhan manusia sebagai insan fisik dan psikis:
- Fungsi Fisik,
berarti memenuhi kebutuhan langsung terhadap wujud fisik bendanya, seperti kebutuhan manusia pakaian dan tas; - Fungsi Psikis,
kebutuhan batin manusia akan suatu benda, seperti benda yang memiliki nilai nostalgia akan daerah tertentu; oleh-oleh khas kota kelahirannya.
2. Fungsi Sosial
Fungsi sosial berarti dapat dinikmati dan bermanfaat bagi banyak orang dalam kalangan dan komunitas tertentu, seperti:
- Rekreasi/hiburan,
untuk menghilangkan kejenuhan karena masalah pribadi, beban pekerjaan, contohnya: film, komik, photo booth, dll; - Sarana komunikasi,
sebagai media yang dapat memberikan informasi maupun menampung keluhan orang banyak seperti: iklan, poster, spanduk, website, dll; - Pendidikan/edukasi,
seni terapan dapat mewujud sebagai sarana penunjang pendidikan seperti: ilustrasi dalam buku pelajaran, poster tata cara prosedur suatu sistem, dll; - Religi/Keagamaan,
dapat menjadi media keagamaan seperti: pakaian religi modern, perabotan rumah tangga bernuansa religi, hingga ke kebutuhan ibadah itu sendiri.
Simpulan
Seni rupa terapan adalah karya seni rupa yang lebih mengutamakan fungsi dari nilai keindahan semata. Berbeda dengan seni murni yang mengutamakan keindahan atau keunikannya saja, seni terapan mengedepankan efektifitas fungsi dan kegunaannya.
Seni ini telah ada dari semenjak zaman prasejarah, dimulai dengan kebutuhan manusia akan berburu, peralatan rumah tangga hingga kebutuhan untuk ritual keagamaan. Jenis-jenisnya sendiri dapat mewujud sebagai: desain, arsitektur, pakaian, gambar ilustrasi, dsb.
Secara umum seni terapan memiliki fungsi individu untuk kebutuhan fisik dan psikis manusia. Lalu fungsi sosial untuk memenuhi kebutuhan hajat orang banyak dan interaksinya dalam bentuk: hiburan masal seperti film, edukasi melalui gambar ilustrasi dalam buku pendidikan, sarana komunikasi dan keagamaan.
Referensi
- Hindara, B. (2010). Seni Rupa Terapan. Pontianak: Wanda Putra Persada
maaf izin mau bertanyak, tentang konsep gagasan oleh penulis apakah boleh saya dapatkan bukunya?
Sepertinya sudah tidak diterbitkan lagi. Mohon maaf untuk buku sumber ini dulu saya baca langsung di perpustakaan UPI, dan sayangnya di tulisan ini saya belum menerapkan sitasi yang spesifik. Mungkin nanti akan saya update dengan tambahan dari sumber buku atau jurnal lain.