Daftar Isi ⇅
show
Pengertian Stres Kerja
Stres kerja adalah suatu keadaan di mana individu mendapatkan tekanan ataupun ketegangan dalam lingkungan kerjanya yang mengakibatkan individu merespons secara negatif dan merasa terbebani dalam menyelesaikan kewajibannya (Mangkunegara, 2017, hlm. 157). Dengan demikian stres dapat menyebabkan kinerja dan produktivitas karyawan menurun.
Sementara itu menurut Antonius ( 2020, hlm. 37) stres kerja merupakan suatu keadaan emosional yang timbul karena adanya ketidaksesuaian antara beban kerja dengan kemampuan individu untuk mengatasi stres kerja yang dihadapi. Dengan kata lain, saat beban kerja terlalu berat dari kemampuan fisik maupun psikis seseorang, maka ia akan mengalami stres kerja.
Selanjutnya Rivai (dalam Wenur dkk, 2018, hlm. 53) mengungkapkan bahwa stres kerja adalah suatu kondisi ketegangan yang menciptakan adanya ketidakseimbangan fisik dan psikis, yang mempengaruhi emosi, proses berpikir dan kondisi umum seorang karyawan. Saat seseorang mengalami stres maka ia dapat kelelahan baik secara fisik maupun psikis dan berpotensi menyebabkan gangguan fisik, psikis, emosi, kognisi, hingga konasi (motivasi) pula. Dengan demikian stres dapat menyebabkan gangguan campuran yang cukup kronis apabila dialami oleh seseorang.
Lebih lanjut Saina (dalam Pinatih dkk, 2017, hlm. 300) menjelaskan lebih rinci bahwa stres kerja adalah suatu reaksi seseorang sebagai respons penyesuaian terhadap berbagai tuntutan baik yang bersumber dari dalam ataupun dari luar organisasi yang dirasakannya sebagai peluang dan ancaman yang dapat diukur melalui stress reaction dan demands. Tidak hanya dari beban pekerjaan pada perusahaan saja stres juga dapat disebabkan oleh faktor luar entah itu karyawan sedang mengalami masalah rumah tangga, sedang mengalami bencana, dan sebagainya.
Dapat disimpulkan bahwa stres kerja adalah suatu keadaan psikologis yang timbul karena adanya ketidaksesuaian antara beban kerja dan kemampuan individu untuk mengatasinya atau merupakan penyesuaian terhadap berbagai tuntutan baik yang bersumber dari dalam maupun luar organisasi yang dirasakannya sebagai peluang dan ancaman yang mempengaruhi keseimbangan fisik dan psikis, proses berpikir, serta emosi yang mengakibatkan kondisinya kurang prima untuk memberikan kinerja yang baik.
Selain pengertian menurut para ahli dan konklusinya di atas, masih banyak pendapat lain mengenai definisi stres kerja ini. Ada baiknya apabila kita juga mengeksplorasi berbagai pendapat tersebut untuk memperkuat kesahihan pengertian stres kerja itu sendiri sebelum membahas aspek lainnya lebih lanjut. Beberapa pengertian stres kerja menurut para ahli tersebut antara lain adalah sebagai berikut.
- Menurut Ganyang (2018, hlm. 252) stres kerja dapat diartikan sebagai suatu keadaan di mana seorang karyawan merasa tertekan secara psikologis dalam menghadapi beban pekerjaan dan lingkungan tempatnya bekerja.
- Spielberger (dalam Sinambela, 2019, hlm. 472) mengungkapkan bahwa stres kerja adalah tuntutan-tuntutan eksternal yang mengenai seseorang, misalnya objek-objek dalam lingkungan atau suatu stimulus yang secara objektif adalah berbahaya. Selain itu, stres secara umum juga dapat diartikan sebagai tekanan, ketegangan atau gangguan-gangguan yang tidak menyenangkan yang berasal dari luar diri seseorang.
- Stres kerja merupakan suatu kondisi dinamis di mana seorang individu dihadapkan pada suatu peluang, tuntutan atau sumber daya yang terkait dengan kondisi lingkungan, kondisi organisasi dan pada diri seseorang (Robbins & Judge, 2017, hlm. 429).
- Stres kerja menurut Vanchapo (2020, hlm. 37) adalah suatu keadaan emosional yang timbul karena adanya ketidaksesuaian antara beban kerja dengan kemampuan individu untuk mengatasi stres kerja yang dihadapinya.
Jenis Stres Kerja
Berney & Selye (dalam Asih dkk, 2018, hlm. 4-5) mengungkapkan terdapat empat jenis stres, yakni sebagai berikut.
- Eustres atau good stres
Merupakan stres yang menimbulkan stimulus dan kegairahan, sehingga memiliki efek yang bermanfaat bagi individu yang mengalaminya. Contohnya seperti, tantangan yang muncul dari tanggung jawab yang meningkat, tekanan waktu, dan tugas berkualitas tinggi. - Distres
Merupakan stres yang memunculkan efek yang membahayakan bagi individu yang mengalaminya seperti: tuntutan yang tidak menyenangkan atau berlebihan yang menguras energi individu sehingga membuatnya menjadi lebih mudah jatuh sakit. - Hyperstres
Yaitu stres yang berdampak luar biasa bagi yang mengalaminya. Meskipun dapat bersifat positif atau negatif tetapi stres ini tetap saja membuat individu dibatasi dengan kemampuan adaptasinya. Contohnya adalah stres akibat mengalami serangan penjahat. - Hypostres
Merupakan stres yang muncul karena kurangnya stimulasi. Contohnya, stres karena bosan atau karena pekerjaan yang rutin.
Dampak Stres Kerja
Robbins & Judge (2017, hlm. 434-435) menjelaskan bahwa dampak yang diakibatkan oleh stres kerja dapat dilihat dengan gejala-gejala sebagai berikut.
- Gejala Fisiologis
Gejala awal yang akan ditimbulkan ketika seseorang mengalami stres kerja biasanya ditandai oleh gejala fisiologis. Stres dapat menyebabkan penyakit di dalam tubuh yang ditandai dengan perubahan metabolisme tubuh seperti peningkatan tekanan darah, sakit kepala, jantung berdebar, serta dapat menyebabkan penyakit jantung. - Gejala Psikologis
Stres dapat menyebabkan ketegangan, kecemasan, mudah marah, kebosanan, sikap suka menunda dan lainnya yang dapat menimbulkan rasa ketidakpuasan terhadap berbagai hal terutama dalam hal pekerjaan. - Gejala Perilaku
Stres yang berkaitan dengan perilaku adalah seperti perubahan dalam produktivitas, meningkatnya absensi, dan tingkat keluarnya karyawan dari perusahaan. Dampak lainnya adalah perubahan dalam kebiasaan sehari-hari seperti gangguan makan, gangguan tidur, dan juga peningkatan dalam konsumsi rokok maupun alkohol.
Pengaruh Stres Kerja terhadap Kinerja Karyawan
Karyawan yang mengalami stres kerja akan menghadapi berbagai gejala negatif yang pada gilirannya berpengaruh pada prestasi kerjanya (Siagian, 2019, hlm. 300). Dengan kata lain, stres akan berpengaruh secara negatif pada kinerja dan produktivitasnya secara umum.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Steven & Prasetio (2020) yang berjudul “Pengaruh Stres Kerja Dan Kepuasan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Pada Telkom Witel Jakarta Utara.” Menyimpulkan stres kerja berpengaruh signifikan negatif terhadap kinerja karyawan Telkom Witel Jakarta Utara.
Selanjutnya berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Wirya dkk, (2020) yang berjudul “Pengaruh Stres Kerja dan Kepuasan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan PT. BPR Sedana Murni.” diperoleh simpulan yang menunjukkan stres kerja berpengaruh negatif terhadap kinerja karyawan pada PT. BPR Sedana Murni.
Dapat disimpulkan bahwa stres kerja berpengaruh negatif terhadap kinerja karyawan.
Faktor-Faktor Penyebab Stres Kerja
Stres kerja dapat disebabkan oleh banyak faktor meliputi faktor organisasi, pengaruh lingkungan, maupun dari diri karyawan sendiri. Menurut Robbins & Judge (2017, hlm. 433) faktor-faktor penyebab stres dijabarkan sebagai berikut.
- Faktor Lingkungan
Perubahan yang terjadi secara tidak pasti dalam lingkungan organisasi dapat mempengaruhi tingkat stres di kalangan karyawan. Contohnya: keamanan dan keselamatan dalam lingkungan pekerjaan, perilaku manajer terhadap bawahan, kurangnya kebersamaan dalam lingkungan pekerjaan. - Faktor Organisasional
Tuntutan tugas yang berlebihan, tekanan untuk menyelesaikan pekerjaan dalam kurung waktu tertentu. - Faktor Individual
Faktor ini mencakup kehidupan pribadi karyawan terutama persoalan keluarga, masalah ekonomi pribadi dan karakteristik kepribadian bawaan. Beberapa faktor individual yang dapat menjadi penyebab stres meliputi: a) Faktor persoalan keluarga, survei nasional secara konsisten menunjukkan bahwa orang menganggap bahwa hubungan pribadi dan keluarga sebagai sesuatu yang sangat berharga. Kesulitan pernikahan, pecahnya hubungan dan kesulitan disiplin anak-anak merupakan contoh masalah hubungan yang menciptakan stres bagi karyawan dan terbawa ke tempat kerja; b) Masalah ekonomi, diciptakan oleh individu yang tidak dapat mengelola sumber daya keuangan mereka merupakan satu contoh kesulitan pribadi yang dapat menciptakan stres bagi karyawan dan mengalihkan perhatian mereka dalam bekerja; c) Karakteristik kepribadian, faktor individu yang penting mempengaruhi stres adalah kodrat kecenderungan dasar seseorang. Artinya gejala stres yang diungkapkan pada pekerjaan itu sebenarnya berasal dari dalam kepribadian orang itu.
Cara Mengatasi Stres Kerja
Sinambela (2019, hlm. 472-474) mengungkapkan bahwa cara mengatasi stres kerja dapat dilakukan melalui tiga pola, yakni sebagai berikut.
- Pola sehat,
adalah kemampuan mengelola perilaku dan tindakan yaitu pola terbaik untuk menghadapi stres, sehingga tidak menimbulkan gangguan bahkan menjadi lebih sehat dan berkembang. Seseorang yang mampu mengelola waktu dan kesibukannya dengan cara yang baik dan teratur, maka individu tersebut tidak merasa tertekan akan suatu hal meskipun tantangan dan tekanan cukup banyak. - Pola harmonis,
yaitu kemampuan mengelola waktu dan kegiatan untuk menghadapi stres secara harmonis dan tidak menimbulkan berbagai gangguan. Dalam pola ini, berbagai tantangan dan kesibukan seseorang dapat mengendalikannya dengan cara mengatur waktu dengan baik dan mengerjakan tugas secara tepat, dan bila perlu mempercayakan dengan penuh tugas-tugas kepada orang lain. Dengan hal tersebut, keseimbangan dan keharmonisan dapat terjadi antara tekanan yang diterima dan reaksi yang diberikan. - Pola patalogis,
yaitu pola menghadapi stres dengan dampak berbagai gangguan fisik maupun sosial-psikologis. Dalam pola ini, seseorang akan menghadapi tantangan tanpa memiliki kemampuan dan keseimbangan dalam mengatur waktu dan tugas. Cara ini dapat membuat reaksi-reaksi yang berbahaya karena dapat menimbulkan berbagai masalah yang buruk.
Sementara itu, Robbins & Judge (2017, hlm. 436-437) mengemukakan bahwa ada dua cara atau pendekatan dalam mengelola serta mengatasi stres kerja karyawan dalam organisasi yang di antaranya adalah sebagai berikut.
- Pendekatan Individual
Seorang karyawan dapat memikul tanggung jawab pribadi untuk mengurangi tingkat stresnya. Strategi individu yang telah terbukti efektif mencakup pelaksanaan teknik-teknik manajemen waktu, meningkatkan latihan fisik, pelatihan pengenduran (relaksasi) dan perluasan jaringan dukungan sosial. - Pendekatan Organisasional
Beberapa faktor yang menyebabkan stres terutama tuntutan tugas dan peran serta struktur organisasi telah dikendalikan oleh manajemen. Dengan demikian, faktor-faktor ini dapat dimodifikasi atau diubah. Strategi yang mungkin diinginkan oleh manajemen untuk dipertimbangkan antara lain perbaikan seleksi personil dan penempatan kerja, penggunaan penetapan tujuan yang realistis, perancangan ulang pekerjaan, peningkatan keterlibatan karyawan, perbaikan komunikasi organisasi dan penegakan program kesejahteraan korporasi.
Dimensi dan Indikator Stres Kerja
Spielbreg dalam Sinambela (2019, hlm. 474), tolak ukur konkret yang dapat digunakan untuk mengukur serta mengamati stres kerja untuk penelitian maupun evaluasi perusahaan dapat dikelompokkan menjadi dua dimensi dan indikator-indikator sebagai berikut.
- Stres Individu,
merupakan stres yang berhubungan dengan pekerjaan atau tugas yang dilakukan karena berhubungan dengan keadaan lingkungan kerja, dengan indikator yang meliputi: a) konflik peran; b) beban karier; dan c) hubungan dalam pekerjaan. - Stres organisasi,
merupakan stres yang berhubungan dengan semua aktivitas yang ada dalam organisasi yang di mana aktivitas itu berpengaruh terhadap pekerjaan individu yang indikatornya meliputi: a) struktur organisasi; b) beban kerja; dan c) kepemimpinan.
Sedangkan menurut Afandi (dalam Qoyyimah, 2019, hlm. 13) indikator dari stres kerja adalah sebagai berikut.
- Tuntutan Tugas
Tuntutan tugas yang berat dan berlebihan akan dapat menimbulkan Stres kerja, untuk itu dalam menghadapi pekerjaannya, seseorang harus dapat mengelola kondisi stres kerjanya dengan sebaik mungkin - Tuntutan Peran
Yaitu berhubungan dengan tekanan yang diberikan pada seseorang sebagai suatu fungsi dari peran tertentu yang dimainkan dalam suatu organisasi. - Tuntutan Antarpribadi
Merupakan tekanan yang diciptakan oleh pegawai lain. - Struktur Organisasi
Gambaran instansi yang diwarnai dengan struktur organisasi yang tidak jelas, kurangnya kejelasan mengenai jabatan, peran, wewenang, dan tanggung jawab. - Kepemimpinan Organisasi
Memberikan gaya manajemen pada organisasi. Beberapa pihak di dalamnya dapat membuat iklim organisasi yang melibatkan ketegangan, ketakutan dan kecemasan.
Referensi
- Antonius. (2020). Beban kerja dan stres kerja. Pasuruan: CV. Penerbit Kiara Media.
- Asih, G. Y., Hardani, W., & Dewi, R. (2018). Stres kerja. Semarang: Semarang
University Press. - Ganyang, M. T. (2018). Manajemen sumber daya manusia konsep dan realita (15th ed.). Bogor: In Media.
- Mangkunegara, A.A. Prabu. (2017). Manajemen sumber daya manusia perusahaan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
- Steven, H. J., & Prasetio, A. P. (2020). Pengaruh stres kerja dan kepuasan kerja terhadap kinerja karyawan. Jurnal Penelitian Ipteks, 5(1), 78–88.
- Pinatih, I Gusti B.A., Gorda, E.S. (2017). Gaya kepemimpinan, beban kerja, stres kerja, teknologi informasi, dan kinerja karyawan. Jurnal Ilmiah Manajemen & Bisnis, 2(2).
- Qoyyimah, M., Abrianto, T.H., Chamidah, S. (2019). Pengaruh Beban Kerja, Stres Kerja dan Lingkungan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Bagian Produksi PT. INKA Multi Solusi Madiun. Jurnal Bisnis Vol. 2, No. 1 (2019): June, pp. 11-20. ISSN 2614-5502 / e-ISSN 2614-72462.
- Robbins, S. P. and M. C. (2016). Manajemen. Jakarta: Salemba Empat.
- Siagian, S.P. (2019). Manajemen sumber daya manusia. Jakarta: Bumi Aksara.
- Sinambela, L. P. (2019). Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung: Bumi Aksara.
- Wirya, dkk. (2020). Pengaruh stres kerja dan kepuasan kerja terhadap kinerja pegawai. 2(1), 50–60.
- Wenur, G., Sepang, J., Dotulong, L. (2018). The effect of conflict and work stress on employees performance of PT. Bank negara indonesia (persero) tbk cabang manado. Jurnal EMBA, 6(1).