Teori belajar Ausubel merupakan teori belajar yang dikemukakan oleh David Paul Ausubel yang merupakan seorang Psikiatris Anak sekaligus akademika terkemuka yang bergerak di bidang psikologi pendidikan, psikopatologi umum, perkembangan ego, kecanduan obat, dan psikiatri forensik. Sepanjang karirnya baik sebagai seorang Psikiatris Anak maupun Professor di New York University, ia menerbitkan ratusan karya ilmiah dan buku yang memberikan sumbangsih dan pengaruh besar terhadap bidang psikologi pendidikan.

Hingga kini berbagai pemikiran, hasil penelitian, dan teori-teori Ausubel masih relevan, diajarkan, dan diterapkan di berbagai bidang ilmu pengetahuan dan terapan, khususnya dalam bidang psikologi pendidikan. Berikut adalah berbagai pemaparan mengenai Teori Belajar Ausubel.

Biografi Ausubel

David Paul Ausubel lahir dan dibesarkan di Brooklyn, New York pada tahun 1918. Ausubel merupakan almamater University of Pennsylvania yang sekaligus lulusan Sekolah Kedokteran Middlesex University serta mendapatkan gelar Ph.D dalam bidang Psikologi Perkembangan dari Universitas Columbia.

Kiprahnya dalam dunia pendidikan diawali dari dunia kedokteran tatkala ia magang di Rumah Sakit New York City Departemen Hospital, Manhattan, termasuk di Little Italy dan Chinatown tahun 1944 sebagai seorang asisten ahli bedah dan psikiatris publik. Pada 1950, ia menerima sebuah jabatan dari Biro Penelitian Pendidikan di Universitas Illinois. Ia bekerja di sana selama 16 tahun, dan pada saat di sanalah, Ausubel mulai menerbitkan karya-karya dalam bidang psikologi kognitif secara ekstensif.

Pada 1966, ia meninggalkan Universitas Illinois untuk menerima sebuah jabatan pada departemen Psikologi Terapan di Institut Ontario, Toronto. Kemudian pada tahun 1968, ia menjadi Profesor dan Kepala Departemen Pendidikan Psikologi, Sekolah Pascasarjana Universitas New York hingga ia pensiun dari dunia kependidikan pada tahun 1973.

Setelah pensiun, ia kembali ke praktek psikiatri anak di Rockland Psychiatric Center. Minat utamanya dalam psikiatri telah psikopatologi umum, perkembangan ego, kecanduan obat, dan psikiatri forensik. Ausubel telah menerbitkan beberapa buku dalam psikologi perkembangan dan pendidikan, dan lebih dari 150 artikel dalam jurnal psikologis dan psikiatris.

Pada tahun 1976 ia menerima Thorndike Award dari Asosiasi Psikolog Amerika untuk “Gelar Kehormatan untuk Kontribusi dalam Psikologi Pendidikan”. Ausubel pensiun dari kehidupan profesional pada tahun 1994 untuk mencurahkan waktunya untuk menulis dan menghasilkan empat buah buku lainnya. Ausubel meninggal pada 9 Juli 2008.

Teori Belajar Ausubel

Teori Ausubel berkaitan dengan bagaimana individu mempelajari sejumlah material yang berarti dari verbal/tekstual, presentasi, atau pengaturan dan tindakan lainnya di sekolah maupun lembaga pendidikan lainnya. Menurut Ausubel (1962, hlm. 66) belajar adalah berdasarkan jenis proses superordinat, representasi, dan kombinasi yang terjadi selama penerimaan informasi. Sebuah proses utama dalam belajar adalah subsumption di mana materi baru terkait dengan gagasan yang relevan dalam struktur kognitif yang ada, berdasarkan substantif nonverbal (Ausubel, 1962, hlm. 66).

Menurut Ausubel belajar dapat diklasifikasikan menjadi dua dimensi, yakni:

  1. Dimensi pertama yang berhubungan dengan cara penyampaian informasi atau materi pelajaran dapat dikomunikasikan pada siswa dalam bentuk belajar penerimaan atau penemuan; dan
  2. Dimensi kedua yang menyangkut cara bagaimana siswa dapat mengaitkan informasi itu pada struktur kognitif yang sudah ada. Kedua dimensi, yaitu penerimaan/penemuan dan hafalan/bermakna tidak menunjukan dikotomi sederhana, melainkan merupakan suatu proses kontinum.

Tipe Belajar menurut Ausubel

Berdasarkan pembagian dua dimensi dari belajar, kita dapat mengetahui bahwa penerimaan dan penemuan dari proses belajar tidaklah sederhana dan merupakan suatu proses kontinum yang berbeda-beda. Dengan demikian, proses penemuan dan penerimaan ini juga memiliki beberapa tipe yang berbeda. Menurut Ausubel (1962, hlm. 243) terdapat empat tipe belajar, yang di antaranya adalah sebagai berikut.

  1. Belajar dengan penemuan yang bermakna, yaitu mengaitkan pengetahuan yang telah dimilikinya dengan materi pelajaran yang dipelajari itu. Atau sebaliknya, siswa terlebih dahulu menemukan pengetahuannya dari apa yang ia pelajari kemudian pengetahuan baru tersebut ia kaitkan dengan pengetahuan yang sudah ada.
  2. Belajar dengan penemuan yang tidak bermakna, yakni pelajaran yang dipelajari ditemukan sendiri oleh siswa tanpa mengaitkan pengetahuan yang telah dimilikinya, kemudian ia hafalkan.
  3. Belajar menerima (ekspositori) yang bermakna, yaitu materi pelajaran yang telah tersusun secara logis disampaikan kepada siswa sampai bentuk akhir, kemudian pengetahuan yang baru ia peroleh itu dikaitkan dengan pengetahuan lain yang telah dimiliki.
  4. Belajar menerima (ekspositori) yang tidak bermakna, yaitu materi pelajaran yang telah tersusun secara logis disampaikan kepada siswa sampai bentuk akhir, kemudian pengetahuan yang baru ia peroleh itu hafalkan tanpa mengaitkannya dengan pengetahuan lain yang telah ia miliki.

Meaningful Learning

Melalui berbagai buah pemikirannya mengenai penemuan dan penerimaan bermakna dan yang tidak bermakna, terbentuklah konsepsi meaningful learning atau proses belajar bermakna. Dikatakan bahwa proses belajar akan jauh lebih berarti dan berguna bagi peserta didik jika ia mengalami proses belajar bermakna. Ausubel dalam Trianto (2012, hlm. 37) mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan meaningful learning atau belajar yang bermakna merupakan pembelajaran yang mampu mengaitkan pembelajaran materi sebelumnya dengan pembelajaran materi yang akan dipelajari.

Teori belajar bermakna Ausubel sangatlah dekat hubungannya dengan Teori belajar Kontruktivisme. Keduanya menekankan pentingnya belajar mengasosiasikan pengalaman, fenomena, dan fakta-fakta baru kedalam sistem pengertian yang telah dipunyai oleh pembelajar, dan menekankan pentingnya suatu asimilasi pengalaman baru kedalam konsep atau pengertian yang sudah dipunyai pembelajar.

Ausubel berpendapat bahwa pendidik harus dapat mengembangkan potensi kognitif siswa melalui proses belajar bermakna, yang artinya dapat mengasosiasikan sebuah pengalaman, fenomena, dan fakta-fakta yang ada di dalam lingkungannya, sehingga pembelajar akan memiliki sikap perilaku sosial yang terbentuk dari sebuah pengalaman yang diterapkannya, bukan sekedar hafalan atau formalitas semata.

Prinsip Pembelajaran Ausubel

Berdasarkan pandangannya tentang meaningful learning, Ausubel (dalam Cahyo, 2013) mengajukan tiga prinsip pembelajaran yang di antaranya adalah sebagai berikut.

  1. Presentation of Advance Organizer
    Advance organizer mengarahkan para siswa pada materi yang akan mereka pelajari dan menolong mereka untuk mengingat kembali informasi yang berhubungan yang dapat digunakan dalam membantu menanamkan pengetahuan baru. The advance organizer berhubungan dengan ide-ide yang disampaikan dalam suatu pelajaran untuk memberi informasi kepada siswa yang telah siap dalam pikiran mereka, dan memberikan skema organisasi yang luas dalam bentuk informasi yang lebih khusus.
  2. Presentation of Learning Task or Material
    Suatu pembelajaran dengan materi baru sebaiknya disampaikan dengan memberikan ceramah, diskusi film, atau memberikan tugas kepada siswa. Ausubel menekankan kebutuhan untuk mempertahankan perhatian siswa sama baiknya dengan kebutuhan dalam mengorganisasi materi pelajaran secara jelas untuk berhubungan dengan susunan yang telah direncanakan dalam advance organizer. Ia menyarankan suatu proses yang disebut progressive differentiation, di mana suatu kemajuan langkah demi langkah dari konsep umum ke konsep khusus.
  3. Strengthening Cognitive Organization
    Dalam fase ketiga dari prinsip pembelajaran Ausubel ini, guru disarankan mencoba untuk menggabungkan informasi baru ke dalam susunan pelajaran yang sudah direncanakan untuk pelajaran permulaan dengan mengingatkan siswa bagaimana setiap rincian khusus yang berhubungan dengan gambar yang besar. Siswa juga 13 diminta untuk melihat, apakah mereka telah mengerti pelajaran yang disampaikan guru dan dapat menghubungkan pelajaran tersebut dengan pengetahuan mereka yang telah ada sebelumnya, serta menghubungkannya dengan organisasi yang ada di advance organizer.

Langkah-Langkah Meaningful Learning

Adapun langkah-langkah belajar bermakna atau meaningful learning menurut Ausubel (1962, hlm. 53), di antaranya adalah:

  1. Menentukan tujuan pembelajaran;
  2. Melakukan identifikasi karakteristik siswa (kemampuan awal, motivasi, gaya belajar, dan sebagainya);
  3. Memilih materi pelajaran ssesuai karakteristik siswa dan mengaturnya dalam bentuk konsep-konsep inti;
  4. Menentukan topik-topik dan menampilkannya dalam bentuk advance organizer yang akan dipelajari siswa;
  5. Mempelajari konsep-konsep inti tersebut, dan menerapkannya dalam bentuk nyata atau konkret;
  6. Melakukan penilaian proses dan hasil belajar siswa.

Sementara itu, menurut Herliani dkk (2021, hlm. 101) langkah-langkah atau implikasi yang biasanya dilakukan untuk menerapkan belajar bermakna atau meaningful learning Ausubel adalah sebagai berikut.

  1. Advance Organizer (Handout)
    Merupakan penyampaian awal tentang materi yang akan dipelajari siswa yang dapat berupa Handout atau pengenalan singkat mengenai apa saja yang akan dipelajari secara umum. Melalui dapat mempersiapkan siswa secara mental untuk menerima materi, jika mereka telah mengetahui sebelumnya apa yang akan disampaikan dalam pembelajaran (mengetahui di muka; in advance).
  2. Progressive Differensial
    Materi pelajaran yang disampaikan guru hendaknya bertahap, diawali dengan hal-hal atau konsep yang umum, kemudian dilanjutkan ke hal-hal yang khusus, disertai dengan contoh-contoh.
  3. Integrative Reconcilliation
    Dalam tahap ini, guru memberikan penjelasan mengenai kesamaan dan perbedaan konsep-konsep yang telah mereka ketahui dengan konsep yang baru saja dipelajari.
  4. Consolidation
    Pemantapan materi dalam bentuk menghadirkan lebih banyak contoh atau latihan sehingga siswa lebih bisa paham dan selanjutnya siap menerima materi baru.

Menurut Ausubel (1968 dalam Masdudi, 2015, hlm. 182) siswa akan belajar dengan baik apabila advance organizer dipresentasikan dengan baik dan tepat kepada siswa. Advance organizer adalah konsep atau informasi umum yang mewadahi (mencakup) semua isi pelajaran yang akan diajarkan kepada siswa dengan manfaat:

  1. Dapat menyediakan suatu kerangka konseptual untuk materi belajar yang akan dipelajari oleh siswa;
  2. Dapat berfungsi sebagai jembatan yang menghubungkan antara apa yang sedang dipelajari siswa “saat ini” dengan apa yang “akan” dipalajari siswa;
  3. Mampu membantu siswa untuk memahami bahan belajar secara lebih mudah (Masdudi, 2015, hlm. 182).

Referensi

  1. Ausubel, D. P. (1962). A Subsumption Theory of Meaningful Verbal Learning and Retention. The Journal of General Psychology, 66, 213-224. http://dx.doi.org/10.1080/00221309.1962.9711837
  2. Cahyo, Agus. (2013). Panduan Aplikasi Teori Belajar. Jakarta. PT. Diva Press.
  3. Herliani., Boleng, T.D., Maasawet, E.T. (2021). Teori belajar dan pembelajaran. Klaten: Lakeisha.
  4. Masdudi. (2015). Aplikasi psikologi perkembangan dalam perilaku sosial individu. Cirebon: Eduvision.
  5. Trianto. (2012). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana Prenada Media.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *