Pengertian Berpikir

Berpikir adalah menggunakan seluruh potensi akal budi untuk mempertimbangkan, memutuskan sesuatu, dalam ingatan yang memerlukan beberapa macam aspek yang alasan, pertimbangan, dan penguatan suatu keputusan (Asrori, 2020, hlm. 68). Sementara itu, menurut Jensen (dalam Asrori, 2020, hlm. 68) berpikir adalah proses dari otak yang mengakses representasi sebelumnya untuk memahami atau menciptakan sebuah model baru jika memang belum ada. Dengan demikian, berpikir merupakan suatu kemampuan yang melibatkan unsur keterampilan dan aspek fisiologis manusia.

Selain itu, berpikir juga merupakan aktivitas psikis yang internasional (universal) dan terjadi apabila seseorang menjumpai problema (masalah) yang harus dipecahkan. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa dalam berpikir, seseorang menghubungkan pengertian satu dengan pengertian lainnya dalam rangka mendapatkan pemecahan persoalan yang dihadapi. Pengertian itu sendiri adalah rangkuman sebagian dari kenyataan yang dinyatakan dengan satu perkataan (Warsah & Daheri, 2021, hlm. 92).

Uraian tersebut sejalan dengan pendapat Wasty (dalam Asrori, 2020, hlm. 69) yang menjelaskan bahwa berpikir merupakan proses yang dinamis yang menempuh tiga langkah berpikir yaitu pembentukan pengertian, pembentukan pendapat, dan pembentukan keputusan. Dengan begitu, berpikir dapat diartikan sebagai suatu aktivitas pribadi yang bertujuan untuk memecahkan masalah (Hadis & Nurhayati, 2014, hlm. 30). Sementara itu, menurut Warsah & Daheri (2021, hlm. 92) berpikir merupakan proses psikologis yang melibatkan tahap-tahap pembentukan pengertian, penjalinan pengertian, dan penarikan kesimpulan.

Berpikir juga merupakan hal abstrak dalam artian aksi yang belum menghasilkan suatu hal yang konkret. Seperti yang diungkapkan oleh Floyd L. Ruch (dalam Asrori, 2021, hlm. 69) yang berpendapat bahwa berpikir merupakan manipulasi unsur lingkungan dengan menggunakan lambang sehingga tidak perlu langsung melakukan kegiatan yang tampak.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa berpikir adalah aktivitas psikis universal untuk mendapatkan representasi pemikiran baru yang terbentuk dari perubahan wujud melalui informasi dalam interaksi yang lengkap mulai dari pengertian sebelumnya, abstraksi, penyederhanaan alasan, imajinasi, dan pemecahan masalah dalam rangka memecahkan persoalan yang sedang dipikirkan.

Macam-Macam Berpikir

Berpikir memiliki bermacam jenis sehingga dapat dikategorikan dalam beberapa jenis-jenis tertentu. Beberapa di antaranya meliputi berpikir positif, negatif, kritis, dan kreatif yang akan dijelaskan sebagai berikut.

Berpikir Positif

Berpikir positif atau positive thigking dapat diartikan sebuah cara merespon terhadap stimulus yang diterima individu dari lingkungan sekitarnya dan problematika yang ada di dalamnya (Asrori, 2020, hlm. 70). Dalam kehidupan sehari-hari, individu banyak menerima stimulus berupa hal positif dan negatif, otak yang sudah terbiasa menerima stimulus tersebut akan bereaksi dengan perintah, sesuai dengan kebiasaan individu. Jika individu tersebut berpikir positif maka seberat apapun masalah yang dihadapi, ia tidak akan menyerah dan putus asa.

Berpikir positif juga dapat diartikan sebagai kemampuan berpikir seseorang untuk menilai pengalaman-pengalaman dalam hidupnya, sebagai bahan yang berharga untuk pengalaman selanjutnya dan menganggap semua itu sebagai proses hidup yang harus diterima. Peale (dalam Asrori, 2020, hlm. 70) menyatakan bahwa individu yang berpikir positif akan mendapatkan hasil yang positif dan individu yang berpikir negatif akan mendapatkan hasil yang negatif.

Berpikir positif juga dapat diartikan sebagai cara berpikir yang berangkat dari hal-hal baik, yang mampu menyulut semangat untuk melakukan perubahan menuju taraf hidup yang lebih baik. Dalam konteks inilah berpikir positif menjadi sebuah sistem berpikir yang mengarahkan, membimbing seseorang untuk meninggalkan hal-hal negatif yang bisa melemahkan semangat perubahan dalam jiwanya.

Regulasi Berpikir Positif dan Negatif

Segala sesuatu yang dipikirkan, baik hal positif atau negatif akan menyebar dan memperluas jenis bagian dalam suatu sistem regulasi. Di dalam otak, terdapat suatu area yang bernama zona bicara (vocalization zone) yang terdapat dalam akal analitik, dan keberadaannya untuk mendorong otak merespon pikiran dengan semacam ucapan terhadap apa saja yang dipikirkan seseorang (Asrori, 2020, hlm. 70).

Apabila kita berpikir dengan pikiran negatif, maka regulasi ini akan membantu kita mewujudkan pikiran itu. Begitu pula sebaliknya, jika kita berpikiran tentang sesuatu dengan pikiran positif, maka regulasi ini selalu siap melayani dan menyertai pikiran kita untuk menyebarkan dan meluaskan unsur tentang apa yang kita pikirkan. Regulasi ini bisa menjadi sebab keberhasilan atau malah kegagalan seorang individu. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk selalu berpikiran positif untuk merangsang zona ini dalam memberikan bantuan untuk mewujudkannya.

Pikiran positif merupakan potensi dasar yang mendorong manusia untuk berbuat dan bekerja dengan menginvestasikan seluruh kemampuan kemanusiaannya. Pikiran positif adalah ketika merasa gelisah tetapi merasa senang yang lebih besar, memandang hal yang mencerahkan dan tidak memenuhi akal dengan pikiran-pikiran negatif.

W.W. Ziege (dalam Asrori, 2020, hlm. 71) pernah berkata bahwa tidak akan ada yang dapat menghentikan orang bermental positif untuk mencapai tujuannya, dan sebaliknya, tak ada sesuatu pun di dunia ini yang dapat membantu seorang bermental negatif. Jika kita berpikiran positif, maka kita akan mampu lebih banyak menghasilkan sesuatu (kreatif) dari pada hanya sekedar bereaksi saja.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Berpikir Positif

Menurut Albrecht, pada area verbalisasi positif mengandung factor-faktor yang berkaitan dengan berpikir positif, antara lain adalah sebagai berikut.

Harapan yang positif

Dalam hal ini didalam menyampaikan sesuatu hal lebih dipusatkan pada hal yang positif misalnya harapan akan sukses, maka subyek membicarakan tentang sukses, tentang prestasi, dan tentang kepercayaan diri. Individu yang berpikir positif adalah individu yang mempunyai harapan dan cita-cita yang positif.

Afirmasi Diri

Afirmasi atau affirmation berasal dari kata affirm (bahasa Inggris) yang berarti membuat sesuatu menjadi kokoh atau kuat. Afirmasi adalah pernyataan yang diulang-ulang baik secara verbal atau dalam hati, merupakan pernyataan emosional yang akan membawa seseorang untuk berpikir dan beraksi.

Teknik afirmasi memperkuat pikiran bawah sadar kita. Jika kita terus melakukan afirmasi positif pada diri kita, atau menyampaikan hal-hal positif dalam diri kita, maka pikiran bawah sadar kita akan terbiasa oleh afirmasi positif tersebut. Setelah kita benar-benar percaya dan yakin akan hal-hal positif tersebut, maka kemudian pikiran sadar kita akan mengubahnya menjadi tindakan positif yang nyata.

Dengan melakukan afirmasi positif, maka kita dapat menjadi seseorang yang percaya diri, dan kita juga akan dapat melakukan sesuatu dengan lebih baik. Dapat dikatakan bahwa afirmasi menjadi salah satu cara efektif untuk mengembangkan dan memperkuat cara pikir dan bertindak efektif untuk mencapai tujuan atau kebutuhan.

Pernyataan yang tidak menilai

Orang yang selalu berpikir positif tidak akan pernah merasa takut untuk menerima sesuatu yang berasal dari luar dirinya. Dia tidak pernah takut untuk mengalami suatu perubahan. Selain itu dampak dahsyat dari seseorang yang selalu berpikir positif akan memiliki pikiran yang terbuka sehingga semua saran dan ide dari orang lain seseuatu yang disimak dan dipertimbangkan dengan baik.

Penyesuaian terhadap kenyataan

Bagi orang yang berpikir positif, ia akan merasakan masalah sebagai proses untuk dijalani. Mereka tahu untuk mencapai kesuksesan haruslah melalui berbagai macam rintangan yang kemudian dijadikan tameng sebagai proses ke depan.

Berpikir Negatif

Berpikir negatif adalah cara seseorang memberikan penilaian atau kesimpulan secara bertolak belakang dari kenyataannya. Negative thinking juga dapat diartikan sebagai cara atau pola berpikir yang lebih condong pada sisi negatif dibanding sisi positifnya. Pola pikir ini bisa tampak dari keyakinan atau pandangan yang terucap, cara seseorang bersikap dan berperilaku sehari-hari. Pola pikir negatif juga tampak dari cara seseorang memandang atau merespons sesuatu.

Berpikir negatif lebih banyak memberikan pengaruh buruk yang lebih besar dari dampak positifnya, berpikir negatif juga menyebabkan seseorang tertekan dan kehilangan banyak energi, dampak yang lebih buruk dari berpikir negatif yaitu mengakibatkan manusia tidak mampu lagi berbuat sesuatu untuk menciptakan prestasi. Sementara itu kelebihan dari berpikir negatif adalah tidak mudah percaya terhadap dogma yang negatif, dan mampu berpikir kritis untuk mendapatkan kebenaran atau hal positif sebenarnya.

Beberapa faktor penyebab pola pikir negatif dapat disebabkan oleh beberapa hal, yakni:

  1. riwayat masa lalu,
  2. keinginan yang lemah,
  3. tidak memiliki tujuan yang jelas,
  4. rutinitas negatif,
  5. pengaruh internal,
  6. pengaruh eksternal.

Berpikir Kritis (Critical Thinking)

Menurut Dewey (dalam Asrori, 2020, hlm. 76) berpikir kritis adalah berpikir dengan aktif, gigih, dan pertimbangan yang cermat mengenai sebuah keyakinan atau bentuk pengetahuan apapun yang diterima dipandang dari berbagai sudut alasan yang mendukung kemudian menyimpulkannya.

Berpikir kritis dapat didefinisikan menjadi tiga aspek yang meliputi:

  1. suatu sikap mau berpikir secara mendalam tentang masalah-masalah dan hal-hal yang berada dalam jangkauan pengalaman seseorang,
  2. pengetahuan tentang metode-metode pemeriksaan dan penalaran yang logis, dan
  3. semacam suatu keterampilan untuk menerapkan metode-metode tersebut.

Sedangkan menurut Hamzah (Asrori, 2020, hlm. 77) berpikir kritis secara umum dianggap sebagai proses kognitif, tindakan mental, untuk memperoleh pengetahuan. Suatu kegiatan untuk mencapai pengetahuan, di mana melalui kegiatan berpikir manusia dapat mengkaji benda-benda, gejala-gejala, dan peristiwa sehingga diperoleh kesimpulan sebagai suatu pengetahuan.

Penjelasan lebih lanjut mengenai berpikir kritis dapat dibaca pada link artikel di bawah ini.

Baca juga: Berpikir Kreatif (Creative Thinking) & Pengertian, Indikator, Tahap, dsb

Berpikir Kreatif (Creative Thinking)

Berpikir kreatif adalah penggunaan dasar proses berpikir untuk mengembangkan atau menemukan ide atau hasil yang (orisinal), estetis, konstruktif yang berhubungan dengan pandangan, konsep, yang penekanannya ada pada aspek berpikir intuitif dan rasional khususnya dalam menggunakan informasi dan bahan untuk memunculkan atau menjelaskan dengan perspektif asli pemikir (Adnyana dalam Asrori, 2020, hlm. 77).

Sementara itu menurut Johnson (dalam Asrori, 2020, hlm. 77) berpendapat bahwa berpikir kreatif adalah sebuah kebiasaan pikiran yang dilatih dengan memperhatikan intuisi, menghidupkan imajinasi dan membangkitkan ide yang tidak terduga. Berpikir kreatif, membutuhkan ketekunan, disiplin diri, dan perhatian penuh, meliputi aktivitas mental seperti:

  1. mengajukan pertanyaan;
  2. mempertimbangkan informasi baru dan ide yang tidak lazim dengan pikiran terbuka;
  3. membangun keterkaitan, khususnya di antara hal-hal yang berbeda;
  4. menghubung-hubungkan berbagai hal yang bebas;
  5. menerapkan imajinasi pada setiap situasi untuk menghasilkan hal baru dan berbeda;
  6. mendengarkan intuisi.

Penjelasan lebih terperinci mengenai creative thinking dapat disimak pada artikel di bawah ini.

Baca juga: Berpikir Kreatif (Creative Thinking) & Pengertian, Indikator, Tahap, dsb

Referensi

  1. Asrori. (2020). Psikologi pendidikan pendekatan multidisipliner. Banyumas: Pena Persada.
  2. Hadis, A. & Nurhayati. (2014). Psikologi dalam penddikan. Bandung: Alfabeta.
  3. Warsah, I., Daheri, M. (2021). Psikologi: suatu pengantar. Yogyakarta: Tunas Gemilang Press.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *