Pengertian Biaya Bahan Baku

Biaya bahan baku adalah anggaran yang menyajikan tentang jumlah dan biaya bahan baku yang dikeluarkan untuk memproduksi suatu barang jadi (Nirawan & Nurasik, 2020, hlm. 39). Oleh karena itu, terkadang, malah lebih tepatnya, biaya ini sering disebut juga sebagai anggaran bahan baku. Setelah mengetahui barang apa dan berapa jumlah barang yang akan diproduksi, maka perusahaan dapat menghitung berapa bahan baku yang dibutuhkan untuk diproduksi.

Bahan yang digunakan dalam proses produksi dikelompokan menjadi biaya bahan baku langsung (direct material) dan bahan baku tak langsung (Indirect maerial). Bahan baku langsung adalah semu bahan baku yang merupakan bagian barang jadi yang dihasilkan (Savitri, 2018, hlm. 71). Sedangkan bahan baku tak langung adalah bahan baku yang ikut berperan dalam proses produksi, tetapi tidak secara langsung tampak pada barang jadi yang dihasilkan (Savitri, 2018, hlm. 71).

Biaya bahan baku hanya merencanakan kebutuhan dan penggunaan bahan baku langsung, sementara itu bahan baku tak langsung akan direncanakan dalam anggaran biaya overhead pabrik. Oleh karena itu, biaya bahan baku juga sering disebut dengan anggaran bahan baku langsung.

Sementara itu menurut Yanto, dkk (2022, hlm. 42) Biaya bahan baku adalah perencanaan jumlah bahan baku yang dibutuhkan untuk keperluan produksi pada periode mendatang yang diperinci menurut jenis dan macam barang yang dihasilkan. Anggaran kebutuhan bahan baku dilakukan untuk merencanakan jumlah fisik bahan mentah langsung yang diperlukan, bukan nilainya dalam rupiah. Secara terperinci pada anggaran ini harus dicantumkan:

  1. Jenis barang jadi yang dihasilkan.
  2. Jenis bahan baku yang digunakan.
  3. Bagian-bagian yang dilalui dalam proses produksi.
  4. Standar Penggunaan Bahan Baku.

Standar Penggunaan bahan (SP) adalah bilangan berapa satuan bahan mentah yang diperlukan untuk menghasilkan 1 satuan barang jadi Ex: SP = 2, untuk barang jadi A dengan bahan baku X. Artinya: untuk menghasilkan 1 unit barang A diperlukan 2 unit bahan baku X (Yanto, dkk, 2022, hlm. 42).

Namun hal tersebut merupakan salah satu dari komponen biaya bahan baku saja. Setidaknya, anggaran biaya bahan baku akan terdiri atas dua jenis, yaitu:

  1. Anggaran pemakaian bahan baku;
  2. Anggaran pembelian bahan baku.

Berdasarkan pengertian biaya bahan baku menurut para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa biaya bahan baku adalah perencanaan anggaran untuk mendapatkan bahan baku dalam memproduksi barang atau produk, termasuk keseluruhan kebutuhan dan biaya yang dibutuhkan untuk mendapatkannya seperti biaya transportasi, penyimpanan, perawatan, dan sebagainya.

Tujuan Anggaran Biaya Bahan Baku

Menurut Savitri (2018, hlm. 71), tujuan penyusunan bahan baku langsung di antaranya adalah sebagai berikut.

  1. Memperkirakan jumlah bahan baku langsung.
  2. Memperkirakan jumlah pembelian bahan baku langsung yang diperlukan.
  3. Sebagai dasar memperkirakan kebutuhan dana yang diperlukan untuk melaksanakan pembelian bahan baku langsung.
  4. Sebagai dasar penentuan harga pokok produksi yakni memperkirakan komponen harga pokok pabrik karena penggunaan bahan baku langsung dalam proses produksi.
  5. Sebagai dasar melaksanakan fungsi pengendalian bahan baku langsung.

Komponen Biaya Bahan Baku

Biaya bahan baku tidak hanya mengenai jumlah bahan dan harga yang harus dikeluarkan atas satuan barangnya saja. Hal tersebut karena pembelian bahan baku juga membutuhkan biaya. Bahan baku juga mungkin membutuhkan perawatan khusus yang lagi-lagi membutuhkan biaya tambahan. Untuk lebih jelasnya, berikut adalah pemaparan mengenai berbagai perencanaan biaya yang berkaitan dengan anggaran bahan baku.

1. Anggaran kebutuhan bahan baku

Anggaran kebutuhan bahan baku disusun sebagai perencanaan jumlah bahan baku dibutuhkan untuk keperluan produksi pada periode mendatang (Savitri, 2018, hlm. 72). Anggaran kebutuhan bahan baku disusun untuk merencanakan jumlah fisik bahan baku yang diperlukan, bukan nilainya dalam rupiah. Beberapa anggaran bahan baku yang harus dicantumkan meliputi:

  1. Jenis barang jadi yang akan dihasilkan;
  2. Jenis bahan baku yang digunakan;
  3. Bagian-bagian yang dilalui dalam produksi;
  4. Standar penggunaan bahan baku (standard usage rate/ SUR);
  5. Waktu penggunaan bahan baku (Savitri, 2018, hlm. 72).

2. Anggaran pembelian bahan baku

Anggaran pembelian bahan baku adalah anggaran biaya yang disusun sebagai perencanaan jumlah bahan baku yang harus dibeli pada periode mendatang (Savitri, 2018, hlm. 73). Anggaran ini haruslah dilakukan bahan secara hati-hati terutama dalam hal jumlah dan waktu pembelian. Bahan baku yang harus dibeli diperhitungkan dalam hal jumlah dan waktu pembelian. Bahan baku yang harus dibeli diperhitungkan dengan mempertimbangkan faktor-faktor persediaan dan kebutuhan bahan baku.

Jumlah Pembelian yang Paling Ekonomis (Economical Order Quanlitiy/ EOQ) EOQ merupakan jumlah barang bahan langsung yang harus dibeli setiap kali dilakukan pembelian sehingga akan menimbulkan biaya yang paling rendah akan tetapi tidak akan mengakibatkan kekurangan bahan baku langsung.

P = Biaya pemesanaan.

R = Kebutuhan bahan baku langsung selama satu periode waktu tertentu.

K = Biaya penyimpanan yang dinyatakan dalam prosentase dari persediaan rata-rata (dinyatakan dengan biaya penyimpanan per satuan bahan baku langsung) .

U = Harga beli per satuan bahan baku langsung Jumlah pembeliaan yang paling ekonomis ini disebut sebagai EOQ.

Dalam menghitung EOQ diperhitungkan 2 jenis biaya yang bersufat variabel yaitu:

  1. Biaya Pemesanan
    Biaya-biaya yang dikeluarkan sehubungan dengan kegiatan pemesanan bahan baku .Biaya ini berubah ubah sesuai dengan frekuensi pemesanan, semakin tinggi frekuensi semakin tinggi pula biaya pesanan. Sebaliknya biaya berbanding terbalik dengan jumlah bahan baku setip kali pemesanan misalnya: a) Biaya persiapan pemesanan; b) Biaya administrasi; c) Biaya pengiriman pemesanan; d) Biaya mencocokkan pesanan yang masuk.
  2. Biaya Penyimpanan
    Biaya yang dikeluarkan sehubungan dengan kegiatan penyimpanan bahan baku yang telah dibeli. Biaya ini berubah-ubah semakin besar jumlah bahan baku setiap kali pemesanan maka biaya penyimpanan akan semakin besar pula misalnya: a) Biaya pemeliharaan; b) Biaya asuransi; c) Biaya perbaikan kerusakan.

3. Waktu Pembelian Bahan Baku

Untuk merencanakan saat pemesanan bahan baku pada periode mendatang, perlu diperhatikan faktor-faktor sebagai berikut.

  1. Lend time yang terjadi pada pemesanan-pemesanan sebelumnya. Lend time adalah jangka waktu sejak dilakukannya pemesanan sampai saat datangnya bahan baku yang dipesan dan siap untuk digunakan dalam proses produksi.
  2. Reorder point, adalah Saat harus melakukan pemesanan kembali bahan baku langsung yang diperlukan.
  3. Extra carrying cost, yakni biaya terpaksa harus dikeluarkan akibat bahan baku langsung datang dari awal.
  4. Stock out cost, yaitu biaya yang terpaksa harus dikeluarkan akibat keterlambatan datangnya bahan baku langsung (Savitri, 2018, hlm. 74).

4. Anggaran persediaan bahan baku

Anggaran ini merupakan suatu perencanaan terperinci atas kuantitas bahan baku yang disimpan sebagai persediaan (Savitri, 2018, hlm. 75). Setiap perusahaan dapat mempunyai kebijakan dalam menilai persediaan yang berbeda. Tetapi dapat dasarnya kebijaksanaan tentang penilaian persediaan dapat dikelompokkan menjadi:

  1. Kebijaksanaan FIFO (first in first out).
  2. Kebijakan LIFO (last in first out).

Besarnya bahan baku yang harus tersedia untuk kelancaran proses produksi tergantung pada beberapa faktor berikut ini.

  1. Volume produksi selama periode waktu tertentu (dapat dilihat pada anggaran produksi).
  2. Volume bahan baku minimal, yang disebut safety stock (persediaan besi).
  3. Besarnya pembelian yang ekonomis.
  4. Estimasi tentang naik turunnya harga bahan baku pada waktu-waktu mendatang.
  5. Biaya-biaya penyimpanan dan pemeliharaan bahan baku.
  6. Tingkat kecepatan bahan baku menjadi rusak.

Persediaan Besi

Persediaan besi adalah persediaan minimal bahan baku yang harus dipertahankan untuk menjamin kelangsungan proses produksi (Savitri, 2018, hlm. 76). Besarnya persediaan besi ditentukan oleh berbagai faktor yang meliputi:

  1. Kebisaan leveransir menyerahkan bahan baku yang dipesan;
  2. Jumlah bahan baku yang dibeli setiap kali pemesanan;
  3. Dapat diperkirakan atau tindaknya kebutuhan bahan baku secara cepat;
  4. Perbandingan antara biaya penyimpanan bahan baku dan biaya eksternal karena kebiasaan bahan baku.

Bentuk Dasar Anggaran Persediaan Bahan Baku

Dalam Anggaran persediaan bahan baku perlu diperinci hal sebagai berikut.

  1. Jenis bahan baku yang digunakan.
  2. Jumlah masing-masing jenis bahan baku yang terisi sebagai persediaan.
  3. Harga per unit masing-masing jenis bahan baku.
  4. Nilai bahan baku yang disimpan sebagai persediaan (Savitri, 2018, hlm. 76).

5. Anggaran biaya bahan baku habis digunakan dalam produksi (pemakaian bahan baku)

Sebagai bahan baku disimpan sebagai persediaan, dan sebagian dipergunakan dalam proses produksi, anggaran ini merencanakan nilai bahan baku yang digunakan dalam satuan uang. Tentu tidak semua bahan baku tersedia akan habis digunakan produksi. Hal ini disebabkan karena dua hal yaitu:

  1. Perlu adanya persediaan akhir, yang akan menjadi persediaan awal periode berikutnya.
  2. Perlu adanya persediaan besi agar kelangsungan produksi tidak terganggu akibat kehabisan bahan bahan baku.

Manfaat disusunnya anggaran biaya bahan baku yang habis digunakan di antaranya adalah untuk keperluan product costing, yakni perhitungan harga pokok barang yang dihasilkan perusahaan dan untuk keperluan pengawasan bahan baku.

Anggaran biaya bahan baku yang habis digunakan perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut.

  1. Jenis bahan baku yang digunakan.
  2. Jumlah masing-masing jenis bahan baku yang habis digunakan.
  3. Nilai masing-masing bahan baku yang habis digunakan untuk, produksi.
  4. Jenis barang yang dihasilkan dan yang menggunakan bahan baku.
  5. Waktu penggunaan bahan baku (Savitri, 2018, hlm. 77).

Perhitungan Biaya Bahan Baku

Anggaran pemakaian bahan baku merupakan anggaran yang menyajikan tentang jumlah dan biaya bahan baku yang dikeluarkan untuk memproduksi suatu barang jadi. Untuk memperoleh kebutuhan bahan baku yang diperlukan, dapat diperoleh dari tingkat produksi X standart bahan baku yang dibutuhkan per unit barang. Standart kebutuhan bahan adalah menunjukkan berapa satuan bahan mentah yang diperlukan untuk menghasilkan satu satuan barang jadi.

Dengan diketahuinya kebutuhan bahan untuk periode mendatang maka bagian penganggaran harus menyiapkan rencana pembelian bahan yang dibutuhkan.

Misalnya : 1 unit meja kerja membutuhkan kayu 10 m. Perusahaan rencana memproduksi 500 unit meja, sehingga kayu yang dibutuhkan perusahaan dalam memproduksi meja membutuhkan 5.000 m = (10 m x 500 unit). Sedangkan harga kayu per meter Rp 5.000, sehingga biaya bahan keseluruhan baku untuk memproduksi 500 unit meja yaitu Rp 2.500.000 = (Rp 5.000 x 500) (Nirwana & Nurasik, 2020, hlm. 39).

Contoh Penyusunan Anggaran Biaya Bahan Baku

CV Sejahtera merupakan perusahaan yang menjual Baju Hem dengan merek SUKA. Pada akhir bulan November 2017 CV Sejahtera rencana kegiatan keuangan bahan baku yang dipakai untuk memproduksi baju kemeja SUKA bulan Januari 2018.

Anggaran Produksi CV Sejahtera Bulan Januari 2018 Produk Kemeja SUKA

Penjualan

Persediaan akhir barang

Barang yang dibutuhkan

Persediaan awal barang

3.000

500

3.500

300

Barang yang diproduksi3.200

Standar kebutuhan bahan baku untuk membuat 1 kemeja SUKA adalah 2 m kain katun dan 10 buah kancing. Harga kain permeternya adalah Rp 30.000 dan harga 1 buah kancing Rp 1.000.

Maka, perencanaan anggaran biaya bahan bakunya adalah:

CV Sejahtera Anggaran Pemakaian Bahan Baku Bulan yang berakhir 31 Januari 2022

UraianKainKancing
Jumlah produksi barang

Standar kebutuhan barang

Jumlah kebutuhan barang yang diproduksi

Harga bahan baku produksi

3.200

2

6.400

Rp 30.000

3.200

10

32.000

Rp 1.000

Biaya bahan untuk produksiRp 192.000.000Rp 32.000.000

Contoh Penyusunan Anggaran Biaya Pembelian Bahan Baku

Merujuk dari contoh di atas, maka penyusunan anggaran pembelian bahan baku dilakukan dengan estimasi jumlah persediaan bahan baku awal untuk kancing 200, kancing 400. Sedangkan persediaan bahan baku akhir untuk kancing 300 dan kain 300, dengan rincian sebagai berikut.

CV Sejahtera Anggaran Pembelian Bahan Baku Bulan yang berakhir 31 Januari 2022

UraianKainKancing
Jumlah kebutuhan barang yang diproduksi6.40032.000
Persediaan akhiri barang

Kebutuhan bahan baku

Persediaan awal barang

Jumlah bahan baku yang dibeli

Harga bahan baku

300

6.700

200

6.500

Rp 30.000

300

32.300

400

29.000

Rp 1.000

Biaya bahan untuk produksiRp 195.000.000Rp 29.000.000

Dari contoh di atas, maka perusahaan dalam pembelian bahan baku harus mengeluarkan uang sebesar Rp 224.000.000 yang terdiri atas Rp 195.000.000 untuk pembelian kain dan Rp 29.000.000 untuk pembelian kancing.

Referensi

  1. Savitri, E. (2018). Penganggaran perusahaan.Yogyakarta: Pustaka Sahila.
  2. Nirwana, N.Q.S.,& Nurasik. (2020). Perencanaan dan penganggaran bisnis. Sidoarjo: Umsida Press.
  3. Yanto, E., Nurfitriana., Ijma. (2022). Konsep dasar penganggaran perusahaan. Bandung: Penerbit Widina.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *