Saat mendengar istilah kritik, tak jarang apa yang terlintas di pikiran kita adalah sanggahan, ungkapan ketidaksetujuan, bahkan penguakan atas berbagai kesalahan yang dilakukan oleh seseorang. Padahal kritik yang sebenarnya tidaklah seperti itu.

Pada dasarnya, kritik merupakan tanggapan dan pendapat untuk menguraikan baik-buruknya suatu hal. Artinya, kritik juga seharusnya menunjukkan kelebihan, bukan hanya keburukan saja. Meskipun kritik berbentuk pendapat, kritik yang baik haruslah didasarkan pada data, metode, dan analisis yang mendalam sehingga menjadi lebih objektif dan bukan spekulasi semata.

Kritik juga tidak mengenal double standard yang berarti tidak akan memihak kepada siapa pun. Selain itu, adalah keniscayaan bahwa mengkritik akan jauh lebih mudah dari melakukan hal yang dikritiknya sendiri.

Oleh karena itu, menjadi suatu keharusan bagi sang kritikus untuk menunjukkan berbagai langkah konkret yang dapat dilakukan untuk memperbaiki dan mengembangkan suatu hal yang tengah dikritiknya.

Dengan demikian, Istilah “kritik yang membangun” itu tidak ada, karena “membangun” itu sendiri sudah menjadi bawaan mendasar dari sebuah kritik yang dilakukan secara apik.

Pengertian Kritik

Kritik adalah mempelajari kekurangan dan kelebihan dari suatu hal, baik itu karya seni, tulisan, kebijakan, atau hal lainnya dengan memberikan alasan berdasarkan analisis dan pengkajian yang mendalam sehingga dapat dimanfaatkan sebagai bahan evaluasi bagi hal yang dikritiknya.

Kritik pada dasarnya merupakan tanggapan terhadap suatu hal, dengan begitu apa yang disampaikan dalam suatu kritik adalah pendapat atau argumen. Terkadang sangatlah mudah bagi kita untuk menerima dan menyetujui suatu argumen yang bersifat logis dan rasional.

Padahal argumen yang hanya didasari oleh logika dan rasio itu belum tentu benar. Bahkan bisa jadi sebetulnya argumen itu sangatlah salah hingga menyesatkan esensi dari tujuan kritiknya sendiri.

Suatu pendapat dan argumen haruslah diperkuat oleh teori atau data yang mampu memvalidasi kebenarannya. Misalnya, jika kita ingin mengajukan kritik bahwa suatu institusi belum bekerja secara optimal, maka cantumkanlah hasil survei lembaga pengamat yang memang menunjukkan bahwa 51% atau lebih masyarakat masih merasa kecewa dengan pelayanan institusi tersebut. Opsi lain adalah dengan mencantumkan teori, tesis, bahkan hukum relevan yang memang menyatakan bahwa seharusnya institusi tersebut tidak bekerja dengan cara A melainkan dengan cara B.

Penggunaan penguat berupa data atau konsepsi yang valid ini tentunya berlaku pula pada jenis tanggapan yang positif. Haruslah dibuktikan bahwa suatu hal yang dipuji memang telah menghasilkan dampak nyata berdasarkan data maupun bentuk penguat lainnya.

Langkah-Langkah Mengkritik

Kritik juga haruslah dilakukan secara mendalam, dalam artian hal yang dikritik bukan hanya dilihat dari cangkangnya saja, melainkan harus dilakukan pembedahan terhadap setiap bagian yang membentuk suatu hal yang dikritik dengan cara melakukan analisis.

Analisis adalah penguraian suatu keutuhan menjadi unsur-unsur pembentuknya sehingga kita dapat mencermati setiap bagiannya secara utuh dan rinci. Analisis merupakan tahap pertama dari proses melakukan kritik terhadap hal apa pun, baik itu pendapat, kebijakan, maupun karya seni.

Misalnya, saat menganalisis karya lukisan pemandangan, maka kita harus memilah-milah elemen pembentuk lukisannya yang dapat terdiri atas pohon, gunung, awan, dan sebagainya.

Sementara itu dalam mengkritik tulisan atau pendapat seseorang, maka kita dapat memilah mana yang berupa pendapat atau argumen, dan mana yang berupa fakta. Dengan demikian, kritik yang kita lakukan dapat diarahkan pada masing-masing unsur pembentuknya secara akurat.

Contohnya, pada kritik seni lukis, kita dapat mengungkapkan pendapat kritis yang analitis seperti “pepohonan digambarkan dengan sangat detail dan memesona, namun sayangnya bagian awan digambarkan terlalu kontras sehingga menutupi keindahan gradasi langit yang telah dieksekusi dengan sempurna”

Sementara itu contoh kritik terhadap tulisan dapat disampaikan seperti: “argumen yang disampaikan sangatlah logis dan memiliki muatan yang amat mulia, sayangnya hal tersebut tidak disokong oleh data atau fakta yang relevan, sehingga kita tidak dapat memastikan kebenarannya”

Selanjutnya, jika dibutuhkan, kita dapat melakukan tahap interpretasi apabila terdapat suatu hal yang masih abstrak pada hal yang sedang dikritik.

Contohnya, pada saat mengkritik suatu karya fotografi, kita dapat menginterpretasikan bahwa komposisi berupa gedung mewah yang disandingkan dengan kawasan penduduk yang kurang memadai adalah pesan sang fotografer yang seakan ingin menyampaikan bahwa pembangunan di negara ini belumlah sepenuhnya merata.

Sementara itu, dalam kritik tulisan atau pendapat, kita dapat menginterpretasikan suatu analogi, istilah teknis, atau wacana keseluruhan pada tulisan tersebut apabila ada simbolisme, istilah, atau persoalan yang dianggap kurang familiar bagi khalayak.

Evaluasi

Selanjutnya, tahap terakhir dari pengungkapan kritik yang baik adalah dengan membuat evaluasi atau penilaian terhadap baik dan buruknya suatu hal yang dikritik.

Evaluasi haruslah dieksekusi berdasarkan analisis yang telah dilakukan. Contoh mudahnya, jika 9 dari 10 unsur yang telah dianalisis bersifat positif, maka tidak diragukan lagi bahwa hal yang dikritik memang memiliki kualitas yang sangat baik.

Seperti berbagai argumen yang digunakan, evaluasi juga haruslah dilakukan secara objektif dan tervalidasi. Caranya juga sama, yakni dengan menggunakan penguat berupa berbagai prinsip, data, atau konsepsi lain yang menyelubunginya.

Selain itu, kita juga dapat menggunakan karya atau hal lain yang relevan dan sepadan dengan apa yang kita kritik sebagai pembanding. Misalnya, dalam kritik seni, kita dapat menggunakan karya seni lain yang bergenre sama sebagai pembanding.

Sementara itu, dalam tulisan kritik mengenai suatu kebijakan pemerintah, kita dapat menggunakan data dan kisah sukses dari negara lain yang sepadan dan relevan dengan keadaan negara yang dikritik. Dengan begitu kita bisa mendapatkan tolak ukur yang objektif untuk membantu keputusan penilaian.

Setelah melakukan tahap inilah, baru kita dapat benar-benar memberikan saran berupa langkah konkret untuk memperbaiki dan menyempurnakan hal yang sedang kita kritik berdasarkan analisis dan evaluasi yang telah dilakukan. Dengan menambahkan saran, kritik akan menjadi lebih bermakna dan bernilai guna.

Semakin bermakna kritik yang kita lakukan, semakin sehat pula dialog yang dapat dihasilkan. Semakin sehat dialog yang dihasilkan, semakin bermanfaat pula interaksi yang terjadi pada semua pihak yang dilibatkan. Semakin bermanfaat interaksi yang terjadi, semakin pesat pula perkembangan bidang yang dikritisi yang sebetulnya sama-sama kita inginkan.

Baca juga: Kritik dan Esai: Pengertian, Sistematika, Kaidah & Contoh

Referensi

  1. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2017). Buku Siswa Bahasa Indonesia SMA/MA/SMK/MAN Kelas XII. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
  2. Sem C. Bangun. (2011). Kritik Seni. Bandung: ITB Press.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *