Pada awal tahun 1950-an dalam Konferensi Asosiasi Psikolog Amerika, Bloom dan kawan-kawan mengemukakan bahwa dari evaluasi hasil belajar yang banyak disusun di sekolah, ternyata persentase terbanyak butir soal yang diajukan hanya meminta siswa untuk mengutarakan hafalan mereka saja. Padahal, menurut Bloom, hafalan merupakan tingkat terendah dalam kemampuan berpikir. Masih banyak tingkat berpikir lebih tinggi lainnya yang harus dicapai agar proses pembelajaran dapat menghasilkan peserta didik yang kompeten.

Akhirnya pada tahun 1956, Bloom, Englehart, Furst, Hill dan Krathwohl berhasil mengenalkan kerangka konsep kemampuan berpikir yang dinamakan Taksonomi Bloom. Taksonomi Bloom adalah struktur hierarki yang mengidentifikasikan kemampuan kognitif mulai dari tingkat yang paling rendah hingga yang paling tinggi.

Melalui taksonomi atau hierarki kemampuan berpikir ini pula, Higher Order Thinking Skill (HOTS) atau kemampuan berpikir tingkat tinggi lahir untuk menjawab keprihatinan Bloom dan kawan-kawan. HOTS pertama kali dikemukakan Susan M Brookhart (penulis & profesor), Ia mendefinisikan model HOTS ini  sebagai  metode  untuk  transfer pengetahuan, berpikir kritis, dan memecahkan  masalah (Brookhart dalam Sofyan, 2019, hlm.3).

Namun demikian, HOTS bukan sekedar model soal saja, akan tetapi mencakup model pembelajaran pula. Pada konsepsi HOTS, model pembelajaran harus mencangkup kemampuan berpikir, contoh, pengaplikasian pemikiran dan diadaptasikan dengan kebutuhan sisiwa yang berbeda-beda. Terdapat pula model penilaian dari HOTS yang mengharuskan siswa tidak familiar dengan tugas atau pertanyaan yang diberikan. Hal tersebut dimaksudkan agar siswa menggunakan kemampuan berpikir tingkat tinggi untuk menyelesaikannya.

HOTS merupakan keterampilan berpikir tingkat tinggi yang dibutuhkan untuk menyongsong kompetensi abad-21. HOTS bertujuan mempersiapkan masyarakat memasuki abad ke-21 (Colins dalam Sofyan, 2019, hlm. 4). Untuk lebih jelasnya, berikut adalah berbagai materi uraian mengenai Higher Order Thinking Skill (HOTS) atau kemampuan berpikir tingkat tinggi.

Pengertian HOTS

Menurut Sani (2019, hlm. 2) Higher Order Thinking Skill (HOTS) atau kemampuan berpikir tingkat tinggi adalah kemampuan berpikir strategis untuk menggunakan informasi dalam menyelesaikan masalah, menganalisa argumen, negosiasi isu, atau membuat prediksi. Sementara itu Stein & Lane (dalam Ayuningtyas & Rahaju, 2017) mengemukakan bahwa higher order thinking skill adalah pemikiran kompleks yang tidak memiliki algoritma untuk menyelesaikannya, tidak dapat diprediksi, serta hanya dapat diselesaikan menggunakan pendekatan yang berbeda dengan pertanyaan atau tugas yang telah ada dan berbeda dengan contoh-contoh yang telah diberikan.

Selanjutnya menurut Resnick (1987) Higher Order Thinking Skill adalah proses kompleks dalam menguraikan materi, membuat kesimpulan, membangun representasi, menganalisis, dan membangun hubungan dengan melibatkan aktivitas mental yang paling dasar.

Menurut Lewis & Smith (dalam Sani, 2019, hlm.2) berpikir tingkat tinggi akan terjadi jika seseorang memiliki informasi yang disimpan dalam ingatan dan memperoleh informasi baru, kemudian menghubungkan dan menyusun dan mengembangkan informasi tersebut untuk mencapai suatu tujuan atau memperoleh jawaban solusi yang mungkin untuk suatu situasi yang membingungkan dan keterampilan berpikir tingkat tinggi (HOTS) mencakup berpikir kritis, berpikir kreatif, problem solving, dan membuat keputusan.

Dapat disimpulkan bahwa pengertian Higher Order Thinking Skill adalah kemampuan berpikir tingkat yang kompleks untuk menguraikan, menyimpulkan, menganalisis, dan kemampuan berpikir tingkat tinggi lainnya untuk menyelesaikan suatu permasalahan yang tidak memiliki algoritma, tidak dapat diprediksi, serta hanya dapat diselesaikan menggunakan pendekatan berbeda dari berbagai permasalahan dan contoh yang telah ada.

Indikator Kognitif HOTS

Lalu bagaimana kita dapat mengetahui sejauh mana kemampuan berpikir strategis atau pemikiran kompleks yang tidak memiliki algoritma tersebut dapat dikategorikan sebagai HOTS? Saputra (2016, hlm. 91) mengemukakan bahwa Higher Order Thinking Skills merupakan suatu proses berpikir peserta didik dalam level kognitif yang lebih tinggi yang dikembangkan dari berbagai konsep dan metode kognitif dan taksonomi pembelajaran seperti metode problem solving, taksonomi Bloom, dan taksonomi pembelajaran, pengajaran, dan penilaian (Saputra, 2016, hlm. 91).

Taksonomi Bloom adalah kerangka konsep untuk mengidentifikasi kemampuan berpikir mulai dari tingkat yang paling rendah hingga yang paling tinggi. Menurut Bloom, keterampilan kognitif dibagi menjadi dua bagian. Pertama adalah keterampilan berpikir tingkat rendah yang meliputi:

  1. (C1) mengingat (remembering),
  2. (C2) memahami (understanding), dan
  3. (C3) menerapkan (applying).

Kedua, keterampilan berpikir tingkat tinggi adalah:

  1. (C4) keterampilan menganalisis (analysing),
  2. (C5) mengevaluasi (evaluating), dan
  3. (C6) mencipta/mengkreasi (creating).

*keterangan: C untuk cognitive atau kognitif.

Dengan demikian, dapat diketahui bahwa indikator untuk mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi adalah C4-C6 atau menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta. Saat kita melakukan analisis, evaluasi, atau mencipta, maka kita tengah melakukan kegiatan berpikir tingkat tinggi atau HOTS.

Hal tersebut sejalan dengan pendapat Krathwohl (2002) dalam A revision of Bloom’s Taxonomy, yang menyatakan bahwa indikator untuk mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi meliputi:

  1. menganalisis (C4) yaitu kemampuan memisahkan konsep ke dalam beberapa komponen dan menghubungkan satu sama lain untuk memperoleh pemahaman atas konsep secara utuh,
  2. mengevaluasi (C5) yaitu kemampua menetapkan derajat sesuatu berdasarkan norma, kriteria atau patokan tertentu, dan
  3. mencipta (C6) yaitu kemampuan memadukan unsur-unsur menjadi sesuatu bentuk baru yang utuh dan luas, atau membuat sesuatu yang orisinil.

Kita juga dapat menemukan bahwa pembagian aspek pengetahuan serupa tercantum pada Permendikbud no. 22 tahun 2016 tentang standar proses pendidikan dasar dan menengah yang menyatakan  bahwa penilaian aspek pengetahuan terbagi menjadi 5 level, yaitu: mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, dan mengevaluasi.

LOTS dan HOTS

Selanjutnya kemampuan berpikir tingkat rendah dikenal sebagai LOTS atau Lower Order Thinking Skill, dan kemampuan berpikir tingkat tinggi tentunya disebut sebagai HOTS (Higher Order Thinking Skill). Berikut adalah deskripsi perbandingan keterampilan antara LOTS dan HOTS.

LOTSHOTS
Strategi kognitif

Pemahaman

Klasifikasi konsep

Membedakan

Menggunakan aturan rutin

Analisis sederhana

Aplikasi sederhana

Berpikir kreatif

Berpikir kritis

Menyelesaikan masalah

Membuat keputusan

Mengevaluasi

Berpikir logis

Berpikir metakognitif

Berpikir reflektif

Sintesis

Analisis kompleks

Analisis sistem

Karakteristik/Ciri HOTS

Selain melalui indikatornya, kita juga dapat mengenali HOTS melalui karakteristik atau cirinya. Menurut Resnick (dalam Ayuningtyas & Rahaju, 2017) karakteristik atau ciri dari HOTS adalah sebagai berikut.

  1. Higher-order thinking is nonalgorithmic; that is, the path of action is not fully specified in advance. Berpikir tingkat tinggi bersifat nonalgoritmik, yang berarti jalan menuju tindakan tidak dapat sepenuhnya ditentukan terlebih dahulu (tidak dapat dirumuskan terlebih dahulu).
  2. Higher-order thinking tends to be complex. Berpikir tingkat tinggi cenderung rumit atau kompleks.
  3. Higher-order thinking often yields multiple solutions, each with costs and benefits, rather than unique solutions. Berpikir tingkat tinggi sering menghasilkan multi solusi, setiap solusi lebih ke memiliki kelebihan dan kekurangannya, bukan solusi yang berbeda-beda.
  4. Higher-order thinking involves nuanced judgment and interpretation. Berpikir tingkat tinggi melibatkan penilaian dan interpretasi yang bervariasi.
  5. Higher-order thinking is effortful. There is considerable mental work involved in the kinds of elaborations and judgments required. Berpikir tingkat tinggi itu membutuhkan usaha keras. Terdapat banyak pekerjaan mental yang terlibat dalam jenis elaborasi dan penilaian yang diperlukan.

Format Soal HOTS

Tes berpikir tingkat tinggi (HOTS) berdasarkan Taksnomi Bloom setelah revisi merupakan soal-soal yang mencakup C4 (soal menganalisis), C5 (soal evaluasi), C6 (soal mengkreasi). Arikunto (dalam Ningsih & Annajmi, 2020, hlm. 5) menguraikan ketiga tipe soal tersebut adalah sebagai berikut.

  1. Soal analisis
    Soal analisis adalah soal yang menuntut kemampuan peserta didik untuk menganalisis atau menguraikan sesuatu persoalan untuk diketahui bagianbagiannya.
  2. Soal evaluasi
    Soal evaluasi adalah soal yang berhubungan dengan menilai, mengambil kesimpulan, membandingkan, mempertentangkan, mengkritik, mengkritik, mendeskripsikan, membedakan, menerangkan, memutuskan dan menafsirkan.
  3. Soal mengkreasi
    Soal mengkreasi adalah soal yang menuntut peserta didik agar memunculkan ide, produk atau cara-cara baru. Soal yang memancing peserta didik untuk mendesain, mengkonstruk, merencanakan dan menemukan sesuatu yang baru.

Terdapat tiga format item dalam pengujian HOTS, format tersebut adalah:

  1. seleksi, termasuk pilihan ganda, mencocokkan, dan pemeringkatan;
  2. umum, termasuk  esai, jawaban   singkat, dan   tugas-tugas;
  3. penjelasan, yang menuliskan alasan mengapa jawaban itu dipilih.

Kata Kerja Operasional HOTS

Tentunya untuk membuat indikator kompetensi yang berlandaskan HOTS, kita harus menggunakan kata kerja operasional (kata kerja yang dapat diukur) yang sesuai. Beberapa kata kerja atau KKO yang biasa digunakan untuk menjadi indikator HOTS meliputi: menguraikan, mengorganisir, membandingkan, menyusun hipotesis, mengkritik, memprediksi, menilai, menguji, menyimpulkan, merancang, membangun, merencanakan, memproduksi, menemukan, memperbaharui, menyempurnakan, memperkuat, memperindah, dan menggubah (Tim Kemdikbud, 2019, hlm. 47).

Contoh soal-soal HOTS dapat dilihat pada artikel di bawah ini.

Baca juga: Contoh Soal Teks Eksplanasi HOTS (PG Kompleks & Esai disertai Jawaban)

Referensi

  1. Ayuningtyas, N., Rahaju, E.B. (2017). Proses penyelesaian soal higher order thinking materi aljabar siswa smp ditinjau berdasarkan kemampuan matematika siswa. MATHEdunesa, 2(2).
  2. Krathwohl, D. R. (2002). A revision of Bloom’s taxonomy: An overview. Theory intoPractice, 41(4), 212-218.
  3. Ningsih, R., & Annajmi, A. (2020). Pengembangan Soal Higher Order Thinking Skills (HOTS) Pada Materi Sistem Persamaan Linear Tiga Variabel (SPLTV) Kelas X SMA. Jurnal Absis: Jurnal Pendidikan Matematika Dan Matematika, 3(1), 212–219. https://doi.org/10.30606/absis.v3i1.492
  4. Resnick, L. B. (1987). Education and Learning to Think. Washington, D.C: National Academy Press.
  5. Sofyan, F.A. (2019). Implementasi hots pada kurikulum 2013. Jurnal Inventa, 3(1), 1-17.
  6. Tim Kemdikbud. (2019). Buku Penilaian Berorientasi Higher Order Thinking Skills. Jakarta: Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan.
  7. Sani, R.A. (2019). Pembelajaran Berbasis HOTS. Tanggerang: Tira Smart.
  8. Saputra, Hatta. (2016). Pengembangan Mutu Pendidikan Menuju Era Global: Penguatan Mutu Pembelajaran dengan Penerapan HOTS (High Order Thinking Skills). Bandung: SMILE’s Publishing.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *