Inovasi dalam pendidikan merupakan hal krusial yang harus diperhatikan agar pembelajaran tidak stagnan sehingga efektivitas dan efisiensi pendidikan tidak dapat dikembangkan. Apalagi jika kita merujuk pada negara berkembang seperti di Indonesia, inovasi pendidikan di Indonesia merupakan salah satu lalapan yang harus disajikan setiap hari kepada seluruh unsur pendidikan.

Perbaikan atau kemajuan dalam pendidikan adalah salah satu latar belakang inovasi pendidikan. Melalui inovasi pendidikan, diharapkan pendidikan mampu terus mengikuti perkembangan zaman, apalagi di abad 21 ini yang segalanya serba cepat, baik dari sisi penyebaran informasi maupun perubahan yang terjadi. Berikut ini akan diuraikan berbagai konsep dasar inovasi pendidikan yang akan memperluas horison kita dalam memandang inovasi pendidikan secara umum.

Pengertian Inovasi Pendidikan

Inovasi pendidikan adalah sesuatu yang baru dengan meluncurkan, memperkenalkan, dan melakukan praktik baru dalam bidang pendidikan yang berarti mewujudkan pembelajaran agar peserta didik dapat mengembangkan potensi dirinya untuk memperoleh kepribadian, sikap, dan keterampilan yang diinginkan oleh dirinya dan masyarakat. Dari mana pengertian tersebut ditarik? Berikut adalah uraiannya.

Menurut Green, Howells & Miles (dalam Zulfa Nurdin, 2016, hlm. 11) inovasi adalah sesuatu yang baru, yaitu dengan memperkenalkan dan melakukan praktek atau proses baru (barang atau layanan) atau bisa juga dengan mengadopsi pola baru yang berasal dari organisasi lain. Sementara itu, dalam UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional (sisdiknas), pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang dibutuhkan bagi dirinya, masyarakat, dan bangsa.

Namun demikian, menurut Albury dan mulgan (dalam Zulfa Nurdin, 2016, hlm. 12) sebuah inovasi dapat dikatakan berhasil apabila penciptaan dan pelaksanaan proses, produk, jasa dan metode yang baru dapat menghasilkan perbaikan kualitas hasil yang efektif dan efisien. Oleh karena itu, inovasi juga bukan berarti hanya sesuatu yang baru saja, namun sesuatu yang baru dan menghasilkan perbaikan kualitas dari yang sebelumnya sudah ada.

Istilah inovasi secara etimologi yang berasal dari bahasa latin yaitu ”innovation” yang memiliki makna pembaruan dan perubahan. Sedangkan kata kerjanya yaitu ”innovo” yaitu mengubah dan memperbaharui. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa inovasi adalah perubahan baru yang mengarah untuk menuju perbaikan (Rusdiana dalam Kholifah dkk, 2021, hlm. 2).

Dapat disimpulkan bahwa inovasi pendidikan adalah suatu ide, gagasan, dan praktik yang disadari dan diterima sebagai suatu hal yang baru serta memberikan perbaikan kualitas seperti dari efisiensi dan efektivitasnya dalam bidang pendidikan atau penyelenggaraan pembelajaran yang dilaksanakan secara sadar dan terencana untuk mengembangkan potensi diri peserta didik.

Strategi Inovasi Pendidikan

Menurut Kholifah dkk, 2021, hlm. 36) secara umum, strategi inovasi pendidikan dapat dilakukan melalui pendekatan secara top down ataupun secara bottom up. Inovasi secara top down berarti ide gagasan inovasi pendidikan berasal dari pimpinan atau atasan sedangkan bawahan hanya sekadar menjalankannya saja secara teknis di lapangan. Sedangkan pendekatan bottom up bermakna ide gagasan inovasi berasal dari bawahan sedangkan atasan yang melaksanakannya melalui program kebijakan.

Pendekatan top down banyak dipergunakan oleh pemerintah melalui program-program kebijakan yang sering digulirkan untuk melakukan inovasi di institusi pemerintahan. Dalam kebijakan penerapan kurikulum pendidikan yang baru misalnya, umumnya lebih banyak berasal dari pemerintah sedangkan guru atau sekolah hanya sekadar melaksanakan perintah saja.

Sementara itu pendekatan bottom banyak dilaksanakan di instansi non pemerintahan, misalnya di perusahaan swasta. Di instansi-instansi swasta penggunaan pendekatan bottom up lebih dominan daripada pendekatan top down karena di dunia kerja atau industri memang setiap pegawai atau karyawan dituntut untuk selalu kreatif dalam memajukan perusahanannya. Pimpinan perusahaan tidak akan banyak memberikan contoh, melainkan sebaliknya menuntut karyawan untuk berkreasi dan berinovasi agar perusahaan semakin maju dan berkembang.

Macam-macam Strategi Inovasi Pendidikan

Selain dua strategi umum di atas, terdapat beberapa jenis atau macam strategi inovasi pendidikan lainnya. Beberapa jenis atau macam-macam strategi inovasi pendidikan tersebut antara lain adalah sebagai berikut.

  1. Strategi Fasilitatif
    Strategi fasilitatif digunakan untuk memperbaharui bidang pendidikan. Adanya kurikulum baru dengan pendekatan keterampilan proses misalnya, memerlukan perubahan atau pembaharuan kegiatan belajar mengajar. Jika untuk keperluan tersebut digunakan pendekatan fasilitatif, program pembaharuan yang dilaksanakan menyediakan berbagai macam fasilitas dan sarana yang diperlukan.
  2. Strategi Pendidikan
    Strategi pendidikan berfokus pada perubahan sosial yang merupakan salah satu tujuan utama dari pendidikan. Dengan menggunakan strategi pendidikan, perubahan sosial dilakukan dengan cara menyampaikan fakta dengan maksud penggunaan fakta atau informasi untuk menentukan tindakan yang akan dilakukan. Dasar pemikirannya adalah manusia akan mampu untuk membedakan fakta serta memilihnya guna mengatur tingkah lakunya apabila fakta ditunjukkan kepadanya.
  3. Strategi Bujukan
    Dalam strategi bujukan, sasaran perubahan diajak untuk mengikuti perubahan dengan cara memberikan alasan, mendorong, atau mengajak untuk mengikuti contoh yang diberikan. Strategi bujukan dapat berhasil apabila berdasarkan alasan yang rasional, pemberian fakta yang akurat.
  4. Strategi Paksaan
    Pelaksanaan program perubahan sosial dengan menggunakan strategi paksaan, artinya dengan cara memaksa guru (sasaran perubahan) untuk mencapai tujuan perubahan. Hal-hal yang dipaksa merupakan bentuk dari hasil target yang diharapkan. Kemampuan untuk melaksanakan paksaan bergantung pada hubungan kontrol antara pelaksana perubahan dengan sasaran. Jadi, ukuran hasil target perubahan bergantung dari kepuasan pelaksanaan perubahan.
  5. Strategi empiris Rasional
    Asumsi dasar dalam strategi ini adalah bahwa manusia mampu menggunakan pikiran logisnya atau akalnya sehingga mereka akan bertindak secara rasional. Dalam kaitan dengan strategi ini, keberadaan inovator adalah mendemonstrasikan inovasinya dengan menggunakan metode yang terbaik valid untuk memberikan anfaat bagi penggunanya.
  6. Strategi normatif re-edukatif
    Strategi normatif re-edukatif adalah strategi inovasi yang didasarkan pada pemikiran para ahli pendidikan, seperti Sigmund Freud, John Dewey, Kurt Lewis, dan beberapa pakar lainnya (Cece Wijaya, 1991), yang menekankan cara klien memahami permasalahan pembaharuan seperti perubahan sikap, kemampuan, dan nilai-nilai yang berhubungan dengan manusia (Rusdiana, 2014, hlm. 93-98).

Proses Inovasi Pendidikan

Proses inovasi harus digalakan saat zaman semakin bertumbuh dan modern. Walaupun tugas berat sebagai inovator dan betapa sukarnya menyebarkan inovasi. Banyak orang mengetahui dan memahami sesuatu yang baru tetapi belum mau menerima apalagi melaksanakannya. Bahkan banyak pula yang menyadari bahwa sesuatu yang baru itu bermanfaat baginya, tetapi belum juga mau menerima dan mau menggunakan atau menerapkannya dikehidupan sehari-hari.

Dengan demikian inovasi adalah hal baru yang memerlukan waktu dan proses untuk diterima. Dalam inovasi, terdapat istilah difusi dan diseminasi yang berkaitan erat dengan keberterimaan masyarakat terhadap inovasi. Difusi dan diseminasi ini juga merupakan proses awal dari inovasi pendidikan.

Difusi Inovasi

Difusi ialah proses komunikasi inovasi antara warga masyarakat (anggota sistem sosial), dengan menggunakan saluran tertentu dan dalam waktu tertentu (Kholifah dkk, 2021, hlm. 12). Komunikasi dalam definisi ini ditekankan dalam arti terjadinya saling tukar informasi (hubungan timbal balik), antar beberapa individu, baik secara memusat (konvergen) maupun memencar (divergen) yang berlangsung secara spontan. Dengan adanya komunikasi ini terjadi kesamaan pendapat antarwarga masyarakat tentang inovasi. Jadi, difusi merupakan salah satu tipe komunikasi, yaitu komunikasi yang mempunyai ciri pokok, pesan yang dikomunikasikan adalah hal yang baru (inovasi).

Rogers (dalam Kholifah dkk, 2021, hlm. 12) mengemukakan terdapat empat elemen pokok difusi inovasi, yaitu: (1) inovasi, (2) komunikasi dengan saluran tertentu, (3) waktu, dan (4) warga masyarakat (anggota sistem sosial). Berikut adalah penjelasan dari asing-masing elemen difusi.

  1. Inovasi
    Inovasi adalah ide, barang, kejadian, metode yang diamati sebagai sesuatu yang baru bagi seseorang atau sekelompok orang, baik berupa hasil invensi maupun discovery yang diadakan untuk mencapai tujuan tertentu. Baru di sini diartikan mengandung ketidaktentuan, artinya sesuatu yang mengandung berbagai alternatif. Sesuatu yang tidak tentu masih memiliki kemungkinan bagi orang yang mengamati, baik mengenai arti, bentuk, maupun manfaat.
  2. Komunikasi dengan saluran tertentu
    Komunikasi dalam difusi inovasi diartikan sebagai proses pertukaran informasi antara anggota sistem sosial, sehingga terjadi saling pengertian antara satu dengan yang lain. Kegiatan komunikasi dalam proses difusi mencakup hal-hal: (1) inovasi, (2) individu atau kelompok yang telah mengetahui dan berpengalaman dengan inovasi, (3) individu atau kelompok lain yang belum mengenal inovasi, (4) saluran komunikasi yang menggabungkan kedua pihak tersebut.
  3. Waktu
    Waktu adalah elemen yang penting dalam proses difusi karena waktu merupakan aspek utama dalam proses komunikasi. Akan tetapi, banyak peneliti komunikasi yang kurang memerhatikan aspek waktu, dengan bukti tidak menunjukkannya secara eksplisit variabel waktu. Mungkin hal ini karena waktu tidak secara nyata berdiri sendiri terlepas dari suatu kejadian, tetapi waktu merupakan aspek dari setiap kegiatan. Peranan dimensi waktu dalam proses difusi terdapat pada tiga hal, yaitu: (1) proses keputusan inovasi, (2) kepekaan seseorang terhadap inovasi, dan (3) kecepatan penerimaan inovasi.

Diseminasi Inovasi

Diseminasi adalah proses penyebaran inovasi yang direncanakan, diarahkan, dan dikelola. Apabila difusi terjadi secara spontan, diseminasi terjadi setelah ada perencanaan. Dalam pengertian ini, dapat juga direncanakan terjadinya difusi.

Misalnya, dalam penyebaran inovasi penggunaan pendekatan keterampilan proses dalam proses belajar mengajar. Setelah diadakan percobaan, ternyata dengan pendekatan keterampilan proses belajar mengajar dapat berlangsung secara efektif dan siswa aktif belajar. Selanjutnya, hasil percobaan itu perlu didesiminasikan.

Cara untuk menyebarluaskan cara baru tersebut misalnya adalah dengan menatar beberapa guru dengan harapan terjadi juga difusi inovasi antarguru di sekolah masing-masing. Hal tersebut dilakukan agar terjadi saling tukar informasi dan akhirnya terjadi kesamaan pendapat antarguru tentang inovasi tersebut.

Proses Keputusan Inovasi

Proses keputusan inovasi ialah proses yang dilalui (dialami) individu (unit pengambil keputusan yang lain), mulai dari pertama tahu adanya inovasi, dilanjutkan dengan keputusan menerima atau menolak inovasi, implementasi inovasi, dan konfirmasi terhadap keputusan inovasi yang telah diambilnya. Tentunya keputusan inovasi tidak berlangsung seketika, tetapi merupakan serangkaian kegiatan yang berlangsung dalam jangka waktu tertentu. Menurut Roger (dalam Rusdiana, 2014, hlm. 67), proses keputusan inovasi terdiri atas lima tahap berikut.

  1. Tahap pengetahuan (knowledge)
    Proses keputusan inovasi dimulai dengan tahap pengetahuan, yaitu tahap saat seseorang menyadari adanya inovasi dan ingin tahu fungsi inovasi tersebut. Menyadari dalam hal ini bukan memahami, melainkan membuka diri untuk mengetahui inovasi.
  2. Tahap bujukan (persuation)
    Pada tahap persuasi dari proses keputusan inovasi, seseorang membentuk sikap menyenangi atau tidak menyenangi terhadap inovasi. Jika pada tahap pengetahuan, proses kegiatan mental yang utama bidang kognitif. Pada tahap persuasi, proses kegiatan mental yang berperan utama adalah bidang afektif atau perasaan. Seseorang tidak dapat menyenangi inovasi sebelum tahu lebih dulu tentang inovasi.
  3. Tahap keputusan (decision)
    Tahap keputusan dari proses inovasi berlangsung jika seseorang melakukan kegiatan yang mengarah untuk menetapkan menerima atau menolak inovasi. Menerima inovasi berarti sepenuhnya akan menerapkan inovasi. Menolak inovasi berarti tidak akan menerapkan inovasi.
  4. Tahap implementasi (implementation)
    Tahap implementasi dari proses keputusan inovasi terjadi apabila seseorang menerapkan inovasi. Dalam tahap impelementasi berlangsung keaktifan, baik mental maupun perbuatan. Keputusan penerima gagasan atau ide dibuktikan dalam praktik. Pada umumnya, implementasi mengikuti hasil keputusan inovasi. Akan tetapi, dapat juga terjadi karena sesuatu hal, seseorang sudah memutuskan menerima inovasi, tetapi tidak diikuti implementasi. Biasanya hal ini terjadi karena fasilitas penerapan yang tidak tersedia.
  5. Tahap konfirmasi (confirmation)
    Dalam tahap konfirmasi, seseorang mencari penguatan terhadap keputusan yang telah diambilnya dan dapat menarik kembali keputusannya jika diperoleh informasi yang bertentangan dengan informasi semula. Tahap konfirmasi sebenarnya berlangsung secara berkelanjutan sejak terjadi keputusan menerima atau menolak inovasi yang berlangsung dalam waktu yang tidak terbatas. Selama dalam konfirmasi, seseorang berusaha menghindari terjadinya disonansi, paling tidak berusaha menguranginya.

Model Inovasi Pendidikan

Beberapa model inovasi pendidikan yang umum dilakukan adalah sebagai berikut.

1. Model Penelitian, Pengembangan, dan Difusi

Model inovasi ini berdasarkan pemikiran bahwa setiap orang memerlukan perubahan. Unsur pokok perubahan ialah penelitian, pengembangan, dan difusi.

2. Model Pengembangan Organisasi

Model ini lebih berorientasi pada organisasi daripada pada sistem sosial. Model ini berpusat pada sekolah. Model pengembangan organisasi ini berbeda dengan model pengembangan dan difusi. Model pengembangan organisasi juga berorientasi pada nilai yang tinggi. Artinya, model ini juga mendasarkan pada filosofi yang menyarankan agar sekolah tidak hanya diberi tahu tentang inovasi pendidikan dan disuruh menerimanya, tetapi sekolah hendaknya mampu mempersiapkan diri untuk memecahkan sendiri masalah pendidikan yang dihadapinya.

3. Model Konfigurasi

Model konfigurasi atau disebut juga konfigurasi teori difusi inovasi yang juga terkenal dengan istilah CLER, model dengan pendekatan secara komprehensif untuk mengembangkan strategi inovasi (perubahan pendidikan) pada situasi yang berbeda. Menurut model konfigurasi, kemungkinan terjadinya difusi inovasi bergantung pada empat faktor yang disingkat menjadi CLER, yaitu sebagai berikut.

  1. Konfigurasi (configuration),
    artinya menunjukkan bentuk hubungan inovator dengan penerima dalam konteks sosial atau hubungan dalam situasi sosial dan politik. Ada empat konfigurasi, yaitu individu, kelompok, lembaga, dan kebudayaan. Setiap bagian dari keempat konfigurasi tersebut, berperan sebagai inovator dan dapat berperan sebagai penerima inovasi (adopter).
  2. Hubungan (linkage),
    yaitu hubungan antara para pelaku dalam proses penyebaran inovasi. Inovator dan adopter harus berada dalam hubungan yang memungkinkan didengarkannya dan diperhatikannya inovasi yang didifusikan.
  3. Lingkungan (environtment),
    yaitu cara keadaan lingkungan sekitar menjadi tempat penyebaran inovasi. Lingkungan dalam pengertian ini mencakup semua hal, baik fisik, sosial, maupun intelektual yang secara umum dapat bersifat netral, memengaruhi atau mungkin menghambat terhadap tingkah laku tertentu.
  4. Sumber (resources),
    yaitu sumber yang tersedia bagi inovator dan penerima dalam proses transisi penerimaan inovasi. Sumber yang tersedia sangat penting, baik bagi inovator maupun adopter, karena keduanya memerlukan sumber inovasi untuk melaksanakan transaksi (Rusdiana, 2014, hlm. 134).

Karakteristik Inovasi Pendidikan

Karakteristik inovasi pendidikan mengacu pada berbagai sifat atau ciri yang melekat pada inovasi pendidikan. Dalam kaitannya dengan keberterimaan inovasi, cepat lambatnya penerimaan inovasi pendidikan oleh masyarakat luas sangatlah dipengaruhi oleh karakteristik inovasi. Menurut Rogers (1983, hlm. 14-15 dalam Rusdiana, 2014, hlm. 91), karakteristik inovasi pendidikan adalah sebagai berikut.

  1. Keunggulan relatif Keunggulan relatif,
    yaitu sejauh mana inovasi dianggap menguntungkan bagi penerimanya. Tingkat keuntungan atau kemanfaatan suatu inovasi dapat diukur berdasarkan nilai ekonominya, atau dari faktor status sosial (gengsi), kesenangan, kepuasan, atau karena mempunyai komponen yang sangat penting. Semakin besar keunggulan relatif dirasakan oleh pengadopsi, semakin cepat inovasi dapat diadopsi.
  2. Kompatibel (compatibility),
    yaitu tingkat kesesuaian dengan nilai (values), pengalaman lalu, dan kebutuhan dari penerima. Sebagai contoh, jika inovasi teknologi pendidikan, yaitu suatu konsep pendidikan yang mempunyai persamaan dengan pendidikan klasik tentang peranan pendidikan dalam menyampaikan informasi. Di antara keduanya ada yang berbeda. Dalam teknologi pendidikan yang lebih diutamakan adalah pembentukan dan penguasaan kompetensi atau kemampuankemampuan praktis, bukan pengawetan dan pemeliharaan budaya lama.
  3. Kompleksitas (complexity),
    yaitu tingkat kesukaran untuk memahami dan manggunakan inovasi bagi penerima.
  4. Trialabilitas (trialability),
    yaitu dapat dicoba atau tidaknya suatu inovasi oleh penerima.
  5. Dapat diamati (obsevability),
    yaitu mudah diamati atau tidaknya suatu hasil inovasi oleh penerima.

Tujuan Inovasi Pendidikan

Suatu tujuan tentunya membutuhkan adanya perincian yang jelas tentang sasaran dan hasil yang ingin dicapai, yang dapat diukur untuk mengetahui perbedaan antara keadaan sesudah dengan sebelum inovasi. Tujuan inovasi pendidikan adalah efisiensi, relevansi, dan efektivitas mengenai sasaran jumlah anak didik sebanyak-banyaknya, dengan hasil pendidikan yang sebesar-besarnya (menurut kriteria kebutuhan anak didik, masyarakat, dan pembangunan) dengan menggunakan sumber tenaga, uang, alat, dan waktu dalam jumlah sekecil-kecilnya (Suryosobroto, 1990, hlm. 129 dalam Rusdiana, 2014, hlm. 48).

Selain itu, secara sistematis, beberapa aarah tujuan inovasi pendidikan di Indonesia adalah sebagai berikut.

  1. Mengejar berbagai ketinggalan dari berbagai kemajuan ilmu pengetahuan dan tekhnologi, sehingga pada akhirnya pendidikan di Indonesia semakin berjalan sejajar dengan berbagai kemajuan tersebut.
  2. Mengusahakan terselenggarakannya pendidikan di setiap jenis, jalur, dan jenjang yang dapat melayani setiap warga Negara secara merata dan adil.
  3. Mereformasi sistem pendidikan Indonesia yang lebih: efisien dan efektif, menghargai kebudayaan nasional, lancar dan sempurnanya sistem informasi kebijakan, mengokohkan identitas dan kesadaran nasional, menumbuhkan masyarakat gemar belajar, menarik minat peserta didik, dan banyak menghasilkan lulusan yang benar-benar diperlukan untuk berbagai bidang pekerjaan yang ada di kehidupan masyarakat.

Referensi

  1. Kholifah, Nur dkk. (2021). Inovasi pendidikan. Medan: Yayasan Kita Menulis.
  2. Rusdiana, A. (2014). Konsep inovasi pendidikan. Bandung: 2014.
  3. Zulfa Nurdin. (2016). Inovasi Kawasan Bebas Asap Rokok di Desa Bone-Bone Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang. Skripsi : Universitas Hasanuddin Makasar.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *