Pengertian Komunikasi Non-Verbal

Komunikasi non-verbal adalah proses komunikasi yang tidak menggunakan lambang verbal atau isyarat yang bukan kata, baik lisan maupun tulisan (Yusuf, 2021, hlm. 83). Komunikasi ini mencakup semua rangsangan non-verbal dalam seluruh konteks komunikasi oleh seseorang dan mempunyai nilai pesan bagi pengirim dan penerima pesan.

Sementara itu menurut Hariyanto (2021, hlm. 60) komunikasi nonverbal adalah proses komunikasi di mana pesan disampaikan tidak menggunakan kata-kata. Contoh dari komunikasi non-verbal adalah menggunakan gerak isyarat, bahasa tubuh, ekspresi wajah dan kontak mata, penggunaan objek seperti pakaian, potongan rambut, dan sebagainya.

Fenomena menarik dari komuniksi non-verbal ini dapat ditemukan pada penelitian Albert Mahrabian (dalam Samsinar & Rusnali, 2017, hlm. 52) yang menyimpulkan bahwa tingkat kepercayaan dari pembicaraan orang hanya 7% berasal dari bahasa verbal, 38% berasal dari vokal suara, dan 55% berasal dari ekspresi muka. Artinya, komunikasi non-verbal memiliki tingkat kepercayaan yang jauh lebih tinggi dari komunikasi verbal. Dengan demikian, komunikasi non-verbal merupakan instrumen penting dalam praktik komunikasi.

Selanjutnya, Barata (dalam Karyaningsih, 2018, hlm. 164) mengungkapkan bahwa komunikasi non-verbal adalah komunikasi yang diungkapkan lewat objek di setiap kategori lainnya (the object language), yang meliputi komunikasi menggunakan gerak (gesture) sebagai sinyal (sign language), serta komunikasi melalui tindakan atau gerakan tubuh (action language).

Karyaningsih (2018, hlm. 164) berpendapat bahwa komunikasi non-verbal merupakan bentuk komunikasi yang tidak menggunakan kata-kata, baik lisan maupun tulisan yang menggunakan tanda-tanda melalui tubuh, meliputi gerak tubuh, ekspresi muka, nada suara, dsb. Dengan lebih sederhana namun mengena, Samsinar & Rusnali (2017, hlm. 52) menyatakan bahwa komunikasi non-verbal adalah semua aspek komunikasi selain kata-kata.

Berdasarkan pengertian komunikasi non-verbal menurut pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa komunikasi non-verbal adalah komunikasi yang menggunakan seluruh kategori objek bahasa lainnya di luar bahasa verbal atau kata-kata yang berarti menggunakan ekspresi wajah, kontak mata, gerak isyarat, bahasa tubuh, dan lain sebagainya.

Klasifikasi Komunikasi Non-Verbal

Jurgen Ruesch (dalam Karyaningsih, 2018, hlm. 168) mengklasifikasikan isyarat non-verbal menjadi tiga bagian, yakni sebagai berikut.

  1. Bahasa tanda (Sign language)
    Contohnya adalah acungan jempol untuk menumpang mobi; secara gratis; bahasa isyarat tuna rungu, dsb.
  2. Bahasa tindakan (Action language)
    Meliputi semua gerakan tubuh yang tidak digunakan secara eksklusif untuk memberikan sinyal, misalnya berjalan.
  3. Bahasa objek (object language)
    Contohnya meliputi pertunjukan benda, pakaian, dan lambing (hiasan telinga).

Sementara itu, menurut Hariyanto (2021, hlm. 61) dari berbagai studi yang pernah dilakukan sebelumnya, kode non-verbal dapat dikelompokkan dalam berbagai bentuk yang di antaranya adalah sebagai berikut.

1. Kinesis

Kinesis adalah kode nonverbal yang ditunjukkan oleh gerakan-gerakan badan. Gerakan-gerakan badan dapat dibedakan atas lima macam meliputi:

  1. Emblems, adalah syarat yang punya arti langsung pada symbol yang dibuat oleh berakan badan;
  2. Illustrator, adalah isyarat yang dibuat dengan gerakan-gerakan badan untuk menjelaskan sesuatu, misalnya besarnya barang atau tinggi rendahnya suatu obyek yang dibicarakan;
  3. Affect displays, adalah isyarat yang terjadi karena adanya dorongan emosional sehingga berpengaruh pada ekspresi muka, misalnya tertawa, menangis, tersenyum, dsb. Hampir semua bangsa di dunia melihat perilaku ini;
  4. Regulators, adalah gerakan-gerakan tubuh yang terjadi pada daerah kepala;
  5. Adaptory, adalah gerakan badan yang dilakukan sebagai tanda kejengkelan. misalnya mengerutu.

2. Gerakan Mata (eyes gaze)

Mata adalah alat komunikasi yang paling berarti dalam memberi isyarat tanpa kata. Ungkapan “pandangan mata mengundang” atau lirikan matanya memiliki arti adalah isyarat yang ditimbulkan oleh gerakan-gerakan mata. Bahwa ada yang menilai bahwa gerakan mata adalah pencerminan isi hati seseorang.

Kontak mata merupakan sinyal alamiah untuk berkomunikasi. Dengan mengadakan kontak mata selama berinteraksi atau tanya jawab berarti orang tersebut terlibat dan menghargai lawan bicaranya dengan kemauan untuk memperhatikan bukan sekedar mendengarkan. Melalui kontak mata juga memberikan kesempatan pada orang lain untuk mengobservasi yang lainnya.

3. Sentuhan

Sentuhan adalah bentuk komunikasi personal mengingat sentuhan lebih bersifat spontan dari pada komunikasi verbal. Beberapa pesan seperti perhatian yang sungguh-sungguh, dukungan emosional, kasih sayang atau simpati dapat dilakukan melalui sentuhan. Menurut bentuknya sentuhan badan dibedakan menjadi tiga macam, yaitu:

  1. Kinesthetic,
    adalah isyarat yang ditunjukkan dengan bergandengan tangan satu sama lain, sebagai simbol keakraban atau kemesraan.
  2. Sosiofugal,
    adalah isyarat yang ditunjukkan dengan jabat tangan atau saling merangkul.
  3. Thermal,
    merupakan adalah isyarat yang ditunjukkan dengan sentuhan badan yang terlalu emosional sebagai tanda persahabatan yang begitu intim.

4. Paralanguage

Paralanguage adalah isyarat yang ditimbulkan dari tekanan atau irama suara sehingga penerima dapat memahami sesuatu dibalik apa yang diucapkan. Suatu kesalahpahaman seringkali terjadi kalau komunikasi berlangsung dari etnik yang berbeda. Suara yang tekanan besar bisa di salah artikan oleh etnik tertentu sebagai perlakuan kasar, meski menurut kata hatinya tidak demikian.

5. Diam

Diam tidak semata-mata mengandung arti bersikap negatif, tetapi juga melambangkan sikap positif. Diam adalah perilaku komunikasi sekarang ini makin banyak dilakukan oleh orang-orang yang bersikap netral dan mau aman.

6. Postur Tubuh dan gaya berjalan

Cara seseorang berjalan, duduk, berdiri dan bergerak memperlihatkan ekspresi dirinya. Postur tubuh dan gaya berjalan merefleksikan emosi, konsep diri, dan tingkat kesehatannya Pada tubuh yang bertipe ectomorphy (kurus tinggi) dilambangkan orang yang memiliki sikap yang ambisi, pintar, kritis, dan sedikit cemas. Jika mesomorphy (tegap, yinggi & atletis) dilambangkan sebagai pribadi yang cerdas, bersahabat, aktif dan kompetitif. Jika endomorphy (pendek, bulat dan gemuk) digambarka sebagai pribadi yang humoris, santai, dan cerdik.

7. Kedekatan dan Ruang (proximity and spatial)

Proximity adalah kode nonverbal yang menunjukkan kedekatan dari dua obyek yang mengandung arti. Proximity dapat dibedakan atas teritory atau zone. Edward T Hall (1959) membagi kedekaatan menurut teritory atas empat macam, yakni:

  1. Wilayah intim (rahasia), yaitu kedekatan yang berjarak antara 3-18 inchi.
  2. Wilayah pribadi, yaitu kedekatan yang berjarak antara 18 inchi hingga 4 kaki.
  3. Wilayah social, yaitu kedekatan yang berjarak antara 4-12 kaki.
  4. Wilayah umum, yaitu kedekatan yang berjarak antara 4-12 kaki.

8. Artefak dan Visualisasi

Artefak adalah kerajinan manusia (seni), baik yang melekat pada diri manusia maupun yang ditunjukkan untuk kepentingan umum dan artifak juga dapat menunjukkan status atau identitas seseorang. Misalnya bju, perhiasan dsb.

9. Warna

Warna juga memberi arti terhadap suatu obyek. j. Waktu. Bahwa waktu sangat penting bagi orang yang ingin maju, waktu memiliki arti tersendiri dalam kehidupan manusia.

10. Sound (Suara)

Apabila paralanguage dimaksudkan sebagai tekanan suara yang keluar dari mulut untuk menjelaskan ucapan verbal, maka banyak bunyi-bunyian yang dilakukan sebagai tanda isyarat yang tidak dapat digolongkan sebagai paralanguage. Misalnya bersiul, bertepuk tangan dsb. Bunyi-bunyian seperti ini dimaksudkan untuk mengatasi jarak yang jauh dan menyatakan perintah untuk kelompok orang yang banyak. Rintihan, menarik nafas panjang, tangisan juga salah satu ungkapan perasaan dan pikiran seseorang yang dapat dijadikan komunikasi. Bila dikombinasikan dengan semua bentuk komunikasi non verbal lainnya sampai desis atau suara dapat menjadi pesan yang sangat jelas.

11. Bau

Selain digunakan sebagai status seperti kosmetik, bau juga digunakan sebagai petunjuk arah. Misalnya bau bangkai bisa diindikasikan adanya mayat.

Jenis-Jenis Komunikasi Non-Verbal

Menurut Karyaningsih (2018, hlm. 176) beberapa jenis-jenis komunikasi non-verbal yang bisa menunjukkan bagaimana seseorang mengekspresikan emosinya dalam berkomunikasi dengan orang lain, di antaranya adalah sebagai berikut.

  1. Ekspresi Muka
    Wajah kita dapat mengomunikasikan apa yang sebenarnya anda rasakan atau dibutuhkan. Misalnya, kita dapat mengomunikasikan rasa cinta anda, ketakutan, kegembiraan, kesedihan melalui muka anda, apakah itu melalui mata, bibir, atau jidat. Muka merupakan tempat utama dalam mengekspresikan emosi seseorang. Ini dapat terlihat dari jenis dan intensitas perubahan muka seseorang. Mata seseorang terutama sangat efektif untuk mengindikasikan perhatian dan minat, mempengaruhi orang lain, mengatur interaksi dan membuat dominasi. Penelitian menunjukkan bahwa muka manusia dapat mentransmisikan lebih dari 250,000 ekspresi yang berbeda. Dengan demikian area muka seseorang (mata, alis, muka, mulut dan pipi) mungkin lebih mampu mengomunikasikan secara non-verbal daripada bagian tubuh lainnya.
  2. Badan
    Posisi badan dapat menunjukkan bagaimana keadaan kita. Apakah kita sedang percaya diri, riang, kelihatan bingung, suasana hati yang kurang baik, atau putus asa. Dalam suatu proses wawancara posisi badan biasanya dapat menunjukkan situasi yang dihadapi oleh pelamar kerja, apakah percaya diri atau kurang percaya diri.
  3. Gerak Tubuh
    Gerak tubuh juga dapat menunjukkan komunikasi seseorang. Seseorang yang mengatakan “tidak tahu!”,mungkin akan menggelengkan kepalanya, atau jika seseorang menunjukkan rasa tidak peduli terhadap pertanyaan kita, bisa saja dia mengangkat bahunya.
  4. Intonasi Suara
    Intonasi suara dapat menunjukkan komunikasi. Apakah seseorang Berbicara dengan tekanan tertentu, berbicara keras, marah atau sinis dan meremehkan dapat diketahui dari intonasi bicaranya.
  5. Kontak Mata
    Komunikasi seseorang dapat menggunakan tatapan matanya. Apakah ia marah, cinta, atau sedih dapat diketahui dari tatapan matanya. Sering kali tatapan mata tidak dapat membohongi. Orang dengan dapat mudah menangkap suasana hati lawan bicaranya dengan melihat tatapan matanya.
  6. Diam
    Diam bisa berarti juga sedang melakukan komunikasi. Seseorang dengan diam bisa saja ia mengomunikasikan tidak ingin diganggu, atau sedang marah, sebel, benci, dan sebagainya. Dalam komunikasi di budaya Timur, diam bisa diartikan dengan beragam arti. Tanda-tanda non-verbal lainnya dapat memperkuat atau menjelaskan arti kondisi diam seseorang yang sebenarnya.
  7. Perilaku Sentuhan
    Sentuhan merupakan saran penting dalam mengomunikasikan kehangatan dan kenyamanan seseorang. Dalam banyak budaya, sentuhan digunakan untuk menyampaikan rasa sayang, cinta dan kehangatan perlakukan. Jika seorang atasan menepuk-nepuk bahu bawahannya, dapat diartikan dia menunjukkan apresiasinya atau pujian, bisa juga dalam situasi tertentu diartikan dia sedang memberikan dorongan kepada bawahannya tersebut.

Fungsi Komunikasi Non-Verbal

Menurut Fiske (dalam Samsinar & Rusnali (2017, hlm. 53) terdapat dua fungsi utama komunikasi non-verbal yang dilakukan dengan kode-kode, yakni:

  1. Memberikan informasi mengenai pembicara atau situasi yang dialaminya sehingga pendengar bisa belajar berbagai hal yang terkait dengan pembicara seperti identitas, emosi, sikap, posisi sosial dan sebagainya;
  2. Manajemen interaksi, yakni kode-kode presentasional digunakan untuk mengatur hubungan seperti apa yang diinginkan oleh pengirim pesan atau komunikator dengan pihak lain yang diajak berkomunikasi.

Selanjutnya menurut Karyaningsih (2018, hlm. 165) fungsi-fungsi komunikasi non-verbal di antaranya adalah sebagai berikut.

  1. Untuk Menekankan
    Kita menggunakan komunikasi non-verbal untuk menonjolkan atau menekankan beberapa bagian dari pesan verbal. Misalnya saja, anda mungkin tersenyum untuk menekankan kata atau ungkapan tertentu, atau anda memukulkan tangan anda ke meja untuk menekankan suatu hal tertentu.
  2. Untuk Melengkapi
    Kita juga menggunakan komunikasi non-verbal untuk memperkuat warna atau sikap umum yang dikomunikasikan oleh pesan verbal. Jadi, anda mungkin tersenyum ketika menceritakan kisah lucu, atau menggeleng-gelengkan kepala ketika menceritakan ketidakjujuran seseorang.
  3. Untuk Menunjukkan Kontradiksi
    Kita juga bisa dengan sengaja mempertentangkan pesan verbal kita dengan gerakan non-verbal. Sebagai contoh, anda dapat menyilangkan jari atau mengedipkan mata untuk menunjukkan bahwa yang anda katakan adalah tidak benar.
  4. Untuk Mengatur
    Gerak-gerik non-verbal dapat mengendalikan atau mengisyaratkan keinginan anda untuk mengatur arus pesan verbal. Mengerutkan bibir, mencondongkan badan ke depan, atau membuat gerakan tangan untuk menunjukkan bahwa anda ingin mengatakan sesuatu merupakan contoh dari fungsi mengatur ini. Anda mungkin juga mengangkat tangan dan atau menyuarakan jenak (pause) anda (misalnya dengan menggumamkan “umm”) untuk memperlihatkan bahwa anda belum selesai bicara.
  5. Untuk Mengulangi
    Kita juga dapat mengulangi atau merumuskan ulang makna dari pesan verbal. Misalnya, anda dapat menyertakan pernyataan verbal “Apa benar?” dengan mengangkat alis mata anda, atau anda dapat menggerakkan kepala atau tangan untuk mengulangi pesan verbal “ayo kita pergi.
  6. Untuk Menggantikan Pesan Verbal
    Kita dapat misalnya, menyatakan “oke” dengan tangan anda tanpa berkata apa-apa. Anda dapat mengangguk untuk mengatakan “ya” atau menggeleng untuk mengatakan “tidak”.

Tujuan Komunikasi Non-verbal

Komunikasi non-verbal dapat berkaitan erat dengan komunikasi lisan (ucapan) karena sering kali terjadi penggabungan antara komunikasi lisan dan komunikasi non-verbal dalam suatu situasi tertentu. Kata-kata yang diucapkan dalam suatu percakapan hanya membawa sebagian dari suatu pesan. Sedangkan bagian lainnya, disampaikan melalui tanda-tanda non-verbal. Oleh karena itu, salah satu tujuan utama dari komunikasi non-verbal adalah untuk memperkuat komunikasi verbal yang dilakukan. Selain itu, komunikasi non-verbal juga mempunyai beberapa tujuan lain yang di antaranya adalah sebagai berikut.

  1. Menyediakan/memberikan informasi.
  2. Mengatur alur suara percakapan.
  3. Mengekspresikan emosi.
  4. Memberikan sifat, melengkapi, menentang, atau mengembangkan pesan-pesan verbal.
  5. Mengendalikan atau mempengaruhi orang lain.
  6. Mempermudah tugas-tugas khusus, misalnya mengajari suatu permainan olah raga tertentu, antara lain memperagakan cara berenang yang baik, memperagakan bagaimana mengayunkan raket bulu tangkis atau tennis, dan lain-lain (Karyaningsih, 2018, hlm. 175).

Referensi

  1. Hariyanto, D. (2021). Buku ajar pengantar ilmu komunikasi. Sidoarjo: Umsida Press.
  2. Karyaningsih. (2018). Ilmu komunikasi. Yogyakarta: Samudra Biru.
  3. Mukarom, Z. (2020). Teori-teori komunikasi. Bandung: UIN Sunan Gunung Djati Bandung.
  4. Panuju, R. (2018). Pengantar studi (ilmu) komunikasi: komunikasi sebagai kegiatan, komunikasi sebagai ilmu. Jakarta: Prenadamedia Group.
  5. Samsinar & Rusnali. (2017). Komunikasi antarmanusia. Watampone: STAIN Watampone.
  6. Yusuf, F.M. (2021). Buku ajar pengantar ilmu komunikasi. Yogyakarta: Penerbit Pustaka Ilmu.

Gabung ke Percakapan

1 Komentar

  1. artikelnya cukup lengkap, saya senang membacanya karena ada Fiske ahli yang saya cari, artikel ini bisa jadi acuan umat manusia di bumi saat ini.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *