Konsep teater modern merujuk pada berbagai ide atau gagasan yang mendasari dihasilkannya suatu pengetahuan ilmiah yang menjadi alasan atau persamaan abstrak dari sesuatu yang konkret. Artinya, suatu yang konkret dapat dipahami berbagai pengertian, ciri, cara agar berhasil, dan berbagai ide serta teori lainnya yang dapat menciptakan sesuatu dengan baik.

Mudahnya, konsep teater modern adalah berbagai teori yang mampu membawa kita untuk memahami, mengapresiasi, atau berpartisipasi menjadi seorang penggiat dan pelaku seni teater modern. Saat kita menguasai konsep, maka kita akan memahami bahwa sesuatu dapat diciptakan menggunakan formula tertentu. Saat mengetahui formula tersebut, maka kita akan mampu mempraktikannya dengan pertimbangan yang lebih baik sehingga menghasilkan performa atau karya yang lebih baik pula.

Lalu apa saja konsep-konsep yang ada pada teater modern? Tentunya banyak, mulai dari ciri, prinsip berperan, nilai estetis, dsb. Kita juga dapat memulainya dengan memahami berbagai pengetahuan dalam pemeranan dalam teater modern seperti yang akan dipaparkan di bawah ini.

Pemeranan Seni Teater Modern

Berbagai konsep dan teori tentang pemeranan atau akting telah banyak ditulis. Secara umum, pada intinya akting adalah perlakuan yang dilakukan oleh seseorang (aktor) untuk meyakinkan orang lain, agar orang lain itu yakin pada apa yang sedang dilakukannya (Tim Kemdikbud, 2018, hlm. 137).

Oleh karena itu, jelas bahwa akting bukanlah perilaku biasa yang secara wajar dilakukan oleh setiap orang dalam kehidupan sehari-hari. Akting adalah peri pelakuan yang secara sadar dilakukan oleh seseorang (pemeran) untuk bisa meyakinkan orang lain bahwa ia adalah seseorang yang lain atau berdasarkan kebutuhan lakon lainnya.

Apa yang dilakukan oleh seorang penipu terhadap korbannya dengan cara yang meyakinkan, sehingga korbannya tertipu, pada hakikatnya dapat dikatakan akting pula. Namun akting semacam itu tidak disukai dan justru malah menghasilkan hal negatif. Sedangkan akting di dalam sebuah kegiatan kesenian tidak hanya dituntut untuk bisa meyakinkan orang saja, tetapi harus meyakinkan orang lain pula bahwa ia menyukainya.

Media Tubuh pada Seni Teater Modern

Jika dibandingkan dengan bidang seni rupa lain yang menelurkan benda, seorang pelukis bekerja dengan kanvas, cat dan kuas. Seorang pematung bekerja dengan kayu, batu, gips dan besi. Seorang sastrawan bekerja dengan pena dan kertas. Sedangkan aktor bekerja melalui peragaan alat-alat tubuhnya, mencakup roh dan jiwa yang diekspresikan dalam tindak perbuatan dan peri perlakuan yang aktif.

Oleh karena itu, agar alat-alat tubuhnya mampu berekspresi dengan baik, maka seorang aktor atau aktris harus menjalani jenjang-jenjang pemahiran, pelenturan, pemekaan, dan penangkasan atas alat-alat akting tersebut. Jenjang-jenjang itu adalah latihan-latihan dasar yang merupakan tahap perdana sebelum latihan-latihan dengan naskah yang mengurai peran dengan berbagai sifat, tabiat karakter, perangai dan perilaku. Berbagai jenjang pemahiran tersebut sering disebut sebagai olah tubuh.

Jenis Akting

Pada hakikatnya terdpat dua macam akting, yaitu akting presentasional dan akting representasional.

  1. Akting presentasional
    Akting presentasional adalah akting di mana pemeran memadukan tubuh-roh-jiwa dari karakter yang ada di dalam naskah, ke dalam dirinya. Sehingga menghasilkan mutu akting yang wajar-indah-tepat. Sebagaimana yang diacu oleh metode realisme Konstantin Stanislavski.
  2. Akting Representational
    Sedangkan akting representasional adalah lawan dari presentasional, yaitu bentuk sajian teater yang paling tua, dan bertahan hingga kini dalam sejumlah sajian teater tradisional yang menitik beratkan pada gerakan-gerakan lahiriah tanpa merinci detail gerakan-gerakan batin (Tim Kemdikbud, 2018, hlm. 137).

Keterampilan Teater Modern

Di dalam pertunjukan teater, seorang pemeran tidak hanya dituntut untuk menjadi karakter peran yang ia mainkan, tetapi juga suaranya harus terdengar oleh seluruh penonton. Semua itu harus wajar dan meyakinkan. Karena itulah, seorang pemeran harus melatih suara, tubuh, sekaligus pikiran dan perasaannya.

Sejatinya, melalui suara dan tubuhnyalah seorang pemeran seni teater berkomunikasi. Melalui suara dan tubuhnya, yang terdiri dari bagian-bagian, pemeran harus mampu bercerita. Cerita tersebut harus dapat meyakinkan penonton. Banyak yang dituntut dari segi suara dan tubuh. Sebanyak tuntutan yang ada dari segi kejiwaannya.

Bagi seorang pemeran teater, kondisi suara dan tubuh yang lentur atau fleksibel menjadi syarat utama. Pemeran tidak perlu bersuara merdu bagai biduan atau berbadan atletis bak seorang binaragawan, atau ratu kecantikan. Tidak perlu baginya untuk bersuara alto atau sopran, atau berpotongan tubuh bagaikan seorang pesenam.

Suara boleh biasa-biasa saja dan tubuhnya boleh berbentuk bagaimana saja, sesuai kebutuhan watak yang diperankan. Pemeran bisa bersuara cempreng, bertubuh kurus tinggi, pendek gemuk, besar tegap atau sedang-sedang saja dan berbagai bentuk suara dan tubuh yang dapat kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Kelihaian pengolahan, perekayasaan, dan pelakuannyalah yang menjadi utama.

Dalam dirinya dibutuhkan kesiapan yang mutlak. Suara dan tubuhnya harus siap pakai dalam kondisi seperti apa pun juga. Kelenturan suara dan tubuh, keluwesan gerak, kemampuan untuk berpartisipasi dengan seluruh tubuhnya, atau kesanggupan untuk bersikap tidak melawan, dan berbagai sikap, serta perbuatan lainnya harus mampu ditelurkannya. Semua itu harus diiringi oleh hasil yang wajar, jelas dan tegas serta sesuai kebutuhan lakon atau cerita. Oleh karena itu, seorang pemeran teater dituntut untuk senantiasa melatih suara dan tubuhnya.

Latihan Teknik Pemeranan

Salah satu usaha untuk menjadi selalu siap dan sanggup dalam melakukan berbagai peran adalah latihan olah suara dan latihan olah tubuh. Berbagai latihan olah tubuh dan olah suara akan mempersiapkan kondisi seorang pemeran agar menjadi siap untuk menghadapi berbagai kebutuhan lakon.

Olah Suara

Suara pemeran teater menempuh jarak yang lebih jauh dibanding dengan suara pemeran di film atau di sinetron. Kenapa? karena suara pemeran teater tidak hanya dituntut terdengar oleh lawan main saja, tetapi juga harus terdengar oleh seluruh penonton yang bisa jadi berjarak cukup jauh dari panggung.

Pertunjukan yang disajikan secara visual jika suara pemerannya tidak cukup terdengar, maka penonton tidak dapat menangkap jalan ceritanya. Agar suara ujarannya terdengar dengan baik sehingga tujuannya tercapai, pemeran teater harus melatih:

  1. Kejelasan ucapan,
    agar setiap suku kata yang ia ucapkan cukup terdengar.
  2. Tekanan ucapan,
    agar isi pikiran dan isi perasaan dari kalimat yang ia ucapkan bisa ditonjolkan.
  3. Kerasnya ucapan,
    agar kalimat yang ia ucapkan cukup terdengar oleh seluruh penonton (Tim Kemdikbud, 2018, hlm. 138).

Melatih Kejelasan Ucapan

Beberapa latihan yang dapat dilakukan untuk melatih kejelasan ucapan adalah sebagai berikut.

  1. Latihan berbisik: Dua orang berhadapan, membaca naskah dalam jarak dua atau tiga meter, dengan cara berbisik.
  2. Latihan mengucapkan kata atau kalimat dengan variasi tempo, cepat dan lambat: “sengseng tengtes sresep brebeeet … maka para tukang sulap mengeluarkan kertas warna-warni dari mulut dowernya yang kebanyakan mengunyah popcorn, pizza, kentucky, humberger di rumah-rumah makan eropa-amerika dan membuat jamur dari air-liurnya pada kertas panjang yang menjulur bagai lidah sungai menuju jalan layang bebas hambatan, kemudian melilit bangunan-mangunan mewah di sekitar pondok indah cinere bumi serpong damai pantai indah kapuk pluit pulomas sunter hijau kelapa gading permai dan tugu monas …”

Melatih Tekanan

Menurut Tim Kemdikbud (2018, hlm. 139) beberapa latihan untuk melatih tekanan ucapan dapat dibagi menjadi  tiga macam, yakni sebagai berikut.

  1. Tekanan Dinamik.
    Tekanan dinamik ialah keras-pelannya ucapan. Gunanya untuk menggambarkan isi pikiran dan isi perasaan dari kalimat, contohnya:
    “Hari minggu saya ke toko buku” (artinya, bukan hari senin atau hari selasa).
    “Hari minggu saya ke toko buku” (artinya, bukan adik saya atau kakak saya).
    “Hari minggu saya ke toko buku” (artinya bukan ke toko pakaian atau ke toko makanan).
  2. Tekanan Tempo.
    Tekanan tempo ialah cepat-lambatnya ucapan, gunanya sama dengan tekanan dinamik. Untuk menggambarkan isi pikiran dan isi perasaan dari kalimat, contohnya:
    “Ha-ri ming-gu saya ke toko buku”.
    “Hari minggu sa-ya ke toko buku”.
    “Hari minggu saya ke to-ko bu-ku”.
  3. Tekanan Nada.
    Tekanan nada merupakan lagu daripada ucapan, contohnya:
    “Wah, kamu pandai sekali!”.
    “Gila, ternyata dia bisa menjawab pertanyaan yang sesulit itu!”.

Melatih Kerasnya Ucapan

Cara melatih kerasnya ucapan dapat dilakukan dengan beberapa cara di bawah ini.

  1. Mengucapkan kata atau kalimat tertentu dalam jarak 10 meter atau 20 meter. Dalam latihan ini, yang harus selalu dipertanyakan ialah: a) Sudah jelaskah?; b) Sudahkah menggambarkan isi pikiran dan isi perasaan? c) Sudah wajarkah?
  2. Latihan menggumam. Gumaman harus stabil dan konstan. Kemudian gunakan imajinasi dengan mengirim gumaman ke cakrawala. Bayangkan “gumaman” yang dikeluarkan lenyap di cakrawala.

Olah Tubuh

Bentuk tubuh kita, dan cara-cara kita berdiri, duduk dan jalan memperlihatkan kepribadian kita berasal dari satu, dua atau tiga macam desakan hati (impuls). Contohnya, tubuh kita kedinginan dan bergetar, kita merasakan dingin dan sengsara, maka kita berkata “dingin”. Pengalaman badaniah semacam ini akan memberi kita petunjuk bagi perasaan dan pikiran kita.

Kita diliputi kegembiraan, maka kita melompat, menari dan menyanyi. Aliran perasaan yang meluap meledak ke dalam bentuk aktivitas badaniah. Seorang pemeran tidak akan bergerak demi gerak itu sendiri dan tidak membuat gerak indah demi keindahan. Bila dari diri pemeran diminta agar menari, maka ia akan melakukannya sebagai karakter peran tertentu, pada waktu, tempat dan situasi tertentu. Latihan olah tubuh bagi seorang pemeran adalah suatu proses pemerdekaan.

Tulang punggung dapat menyampaikan pada para penonton berbagai kondisi yang kita alami, apakah lagi tegang atau tenang, letih atau segar, panas atau dingin, tua atau muda, dan ia juga membantu keberlangsungan perubahan sikap tubuh dan bunyi suara kita. Secara anatomis bagian-bagian tulang punggung terdiri dari:

  1. 7 buah ruas tulang tengkuk,
  2. 12 buah ruas tulang belakang,
  3. 5 buah ruas tulang pinggang,
  4. 5 buah ruas tulang kelangkang bersatu dan 4 ruas tulang ekor.

Atau dengan rincian sebagai berikut:

  1. Leher;
  2. Bagian bahu dan dada tulang punggung;
  3. Tulang punggung bagian tengah;
  4. Bagian akar, dasar atau ekor tulang punggung.

Latihan kepala dan leher

Latihan olah tubuh pada bagian kepala dan leher dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut.

  1. Jatuhkan kepala ke depan dengan seluruh bobotnya dan ayunkan dari sisi ke sisi.
  2. Jatuhkan kepala ke kanan, ayunkan ke arah kiri melalui bagian depan, ayunkan ke arah kanan melalui punggung.
  3. Lakukan latihan yang sama untuk “bahu”. 4. Untuk tangan dan kaki, gunakan variasi rentangan.

Latihan Tubuh Bagian Atas

Latihan olah tubuh bagian atas dapat dilakukan dengan beberapa langkah di bawah ini.

  1. Berdiri dengan kedua kaki sedikit direnggangkan dengan jarak antara 60 sentimeter dan tekukkan lutut sedikit saja;
  2. Benamkan seluruh tubuh bagian atas ke depan di antara kedua kaki;
  3. Biarkan tubuh bagian atas bergantung seperti ini dan berjuntai-juntai beberapa saat;
  4. Tegakkan kembali seluruh tubuh melalui gerakan tuas demi ruas, sehingga kepalalah yang paling akhir mencapai ketinggiannya dan seluruh tulang punggung melurus;
  5. Dengan cara yang sama, coba membongkokkan tubuh ke kiri, ke kanan, dan ke belakang.

Latihan Pinggul, Lutut dan Kaki

Latihan pinggul, Lulu, dan kaki dapat dilakukan dengan beberapa cara di bawah ini.

  1. Berdiri tegak dan rapatkan kaki. Turunkan badan dengan menekuk lutut dan kembali tegak.
  2. Berdiri tegak dengan satu kaki, kaki yang lain julurkan ke depan. Turunkan badan dengan menekuk lutut dan kembali tegak. Ganti dengan kaki yang lain.
  3. Putar lutut ke kiri dan ke kanan. Buat berbagai variasi dengan konsentrasi pada lutut.

Seluruh Batang Tubuh

Selain latihan yang dilakukan oleh bagian tubuh tertentu, kita juga harus melatih tubuh secara keseluruhan. Hal ini untuk memastikan seluruh bagian tubuh dapat berkoordinasi dengan baik. Beberapa latihan seluruh batang tubuh dapat dilakukan dengan cara berikut ini.

  1. Berdiri dan angkat tangan kita ke atas setinggi-tingginya, regangkan diri bagaikan sedang menguap keras merasuki seluruh tubuh. Ketika kita mengendurkan regangan tubuh berdesahlah dan lemaskan diri sehingga secara lemah lunglai mendarat di lantai. Jangan mendadak, tetapi biarkanlah bobot tubuh kita sedikit demi sedikit luruh ke bawah/ke lantai.
  2. Pantulkan diri dan goyangkan lengan-lengan, tangan-tangan, lutut, kaki dan telapak kaki ketika berada di udara. Keluarkan teriakan singkat ketika kita memantul.
Berjalan

Latihan secara diam saja tidak cukup. Berbagai aksi teater akan membutuhkan tubuh kita untuk banyak bergerak. Latihan berjalan dapat dilakukan dengan banyak cara yang di antaranya adalah sebagai berikut.

  1. Mengakukan tulang punggung dan rasakan betapa langkah yang satu terpisah dari langkah lainnya.
  2. Mendorong leher ke depan.
  3. Mengangkat dagu.
  4. Menunduk/menjatuhkan kepala ke depan.
  5. Mengangkat bahu tinggi-tinggi.
  6. Menarik bahu ke belakang.
  7. Menjatuhkan atau membungkukkan bahu ke depan.
  8. Sambil menggerak-gerakkan tangan pada siku-sikunya.
  9. Memantul-mantulkan diri dari kaki ke kaki.
  10. Dengan membengkokkan telapak kaki ke atas dan bertumpu pada tumit-tumit kaki.
  11. Mencondongkan seluruh tubuh ke belakang dan perhatikan betapa ini meninggalkan berat bobot tubuh di belakang ketika kita melangkah maju.
Berlari

Latihan dengan berlari dapat dilakukan dengan cara:

  1. Berlari dan tarik napas. Hembuskan napas ke depan sambil mengeluarkan suara “haaaa” sepanjang kemampuan napas yang dikeluarkan.
  2. Kemudian, berbalik ke tempat ketika berhenti, lalu tarik napas dan ulangi gerak lari yang sama. Gerakan dan suara akan membentuk ungkapan atau ucapan yang selaras.
  3. Tarik napas dalam-dalam, ketika mengeluarkan napas larilah mundur sambil membungkukkan tubuh bagian atas ke depan.
Melompat

Latihan melompat juga akan mempersiapkan tubuh kita lebih lanjut. Latihan melompat dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut.

  1. Berlari menuju ke suatu lompatan. Rasakan betapa sifat memantulnya berat tubuh mengangkat kita.
  2. Ayunkan kedua kaki sebebas-bebasnya dan lompatlah lebih tinggi lagi.

Improvisasi

Improvisasi adalah penciptaan spontan atau pertunjukan yang dilakukan tanpa persiapan/ dirancang terlebih dahulu (Tim Kemdikbud, 2018, hlm. 143). Adegan-adegan berlangsung tanpa direncanakan sebelumnya. Latihan improvisasi ini penting bagi pemeran untuk melatih daya inisiatif, daya inovatif, dan daya kreatif. atau setidak-tidaknya dapat membantu menghilangkan rasa malu dan keraguan terhadap diri pemeran.

Dengan melaksanakan latihan-latihan improvisasi, pemeran nantinya juga dapat mengatasi berbagai persoalan yang terjadi saat pertunjukan berlangsung. Misalnya, ketika pemeran atau lawan main lupa dialog, pemeran dapat mengatasinya, sehingga penonton tidak tahu, bahwa telah terjadi kesalahan.

Latihan improvisasi amatlah beragam. Ada improvisasi perorangan, ada improvisasi dengan pasangan, ada improvisasi dengan rangka cerita, dengan benda-benda/ perabotan, dan lain-lain.

Improvisasi solo

Di dalam latihan improvisasi pemeran tidak mempunyai naskah, dan tidak ada yang menyutradarai. Pemeran benar-benar sendiri. Tidak ada persiapan. Improvisasi sendiri ini disebut improvisasi solo. Contoh latihan improvisasi solo yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut.

“Bayangkan, Pemeran sedang berada di sebuah pemberhentian bus, sendirian, di tengah hujan lebat, angin bertiup kencang.”

Improvisasi dengan pasangan

Mainkan adegan berpasangan seperti “Dua orang pelajar yang berbeda sekolah, bertemu di sebuah taman”.

Improvisasi dengan perabotan

Mainkan adegan, “Seorang pelajar merapikan kamarnya yang berantakan”. Kreatiflah dan manfaatkan setiap kesempatan yang ada untuk membuat adegan yang menarik.

Karakter Tokoh

Karakter tokoh adalah seseorang dengan suatu watak dalam cerita yang berbentuk naratif atau drama yang diberi sifat-sifat tertentu termasuk perangai dan pemikiran yang dikenal melalui percakapannya, yaitu dialog dan apa yang mereka lakukan dalam bentuk aksi (Tim Kemdikbud, 2018, hlm. 144). Berdasarkan perangai dan nilai moral suatu watak yang lahir melalui percakapan dan aksi itu membentuk sebagian dari motivasi watak.

Suatu watak pada dasarnya mungkin tidak berubah atau tidak bertukar dari segi rupa dan sifat-sifat bawaan dan juga pemikiran, dari awal hingga ke akhir cerita. Watak juga mungkin menempuh atau mengalami perubahan yang radikal atau cepat atau sebaliknya melalui perkembangan secara sedikit demi sedikit, atau sebagai akibat dari krisis yang meruncing.

Watak dapat mengalami perubahan maupun tidak. Kita memerlukan kepastian pada suatu watak, dia tidak boleh berlaku dengan cara yang tidak sesuai dengan dengan tabiat yang telah ditentukan.

Karakter tokoh adalah tokoh hidup bukan tokoh mati yang hanya merupakan boneka di tangan pengarang. Tokoh hidup dalam lakon adalah watak, pribadi yang memiliki ciri-ciri yang khas, punya perangai dan tabiat yang tertentu, yang karakteristik. Tokoh yang hidup di dalam lakon adalah tokoh yang memiliki 3 dimensi, yaitu:

  1. Dimensi physiologist, ialah ciri-ciri badani, dengan unsur:
      1. Usia (tingkat kedewasaan).
      2. Jenis kelamin.
      3. Keadaan tubuhnya.
      4. Ciri-ciri tubuh, wajah.
  2. Dimensi sosiologist, ialah ciri-ciri kehidupan masyarakat, dengan unsur penting:
      1. Status sosial.
      2. Pekerjaan, jabatan, peranan dalam masyarakat.
      3. Kehidupan pribadi maupun keluarga.
      4. Agama, kepercayaan, pandangan hidup, ideologi.
      5. Aktivitas sosial (dalam organisasi), kegemaran (hobi).
      6. Kewarganegaraan, keturunan, suku, bangsa.
  3. Dimensi psychologist, ialah ciri-ciri kejiwaannya, dengan unsur:
      1. Ukuran-ukuran moral untuk mengatakan yang baik dan yang tidak baik, mentalitas.
      2. Temperamen, keinginan-keinginan pribadi, perasaan-perasaan pribadi, serta sikap dan kelakuan.
      3. Kecerdasan, keahlian, kecakapan khusus dalam bidang tertentu.

Referensi

  1. Tim Kemdikbud. (2018). Seni Budaya XI. Jakarta: Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang, Kemendikbud.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *