Pengertian Majas Hiperbola

Majas hiperbola adalah gaya bahasa yang melebih-lebihkan atau membesar-besarkan kenyataan yang sebenarnya. Contohnya: air matanya mengalir menganak sungai. Tentunya, sebanyak apa pun seseorang mengeluarkan air mata tidak mungkin sebanyak air sungai apalagi sungai yang beranak (bercabang).

Pengertian di atas sejalan dengan pendapat Keraf (2010, hlm. 135) yang mengemukakan bahwa majas hiperbola artinya semacam gaya bahasa yang mengandung suatu pernyataan yang berlebihan dengan membesar-besarkan suatu hal. Senada dengan pendapat tersebut, Nurgiyantoro (2005, hlm. 300) menyatakan bahwa hiperbola ialah gaya bahasa yang menekankan sesuatu yang dimaksud dengan cara penuturan yang sengaja dilebih-lebihkan.

Dapat disimpulkan bahwa majas hiperbola adalah gaya bahasa yang menekankan sesuatu yang dimaksud dengan cara menggunakan pernyataan atau penuturan yang dengan sengaja dilebih-lebihkan dengan cara membesar-besarkan suatu hal. Untuk lebih jelasnya, berikut adalah contoh majas hiperbola dilengkapi dengan penjelasannya.

Contoh Majas Hiperbola dan Penjelasannya

Majas Hiperbola dapat memberikan penekanan yang luar biasa terhadap sesuatu yang disampaikan lewat gaya bahasanya yang sangat berlebihan. Dampaknya, majas ini dapat memberikan kesan jenaka atau dramatis tergantung dari cara penggunaannya.

Misalnya, jika kita menggunakannya dengan diksi yang dramatis pula, maka majas ini akan menghasilkan nuansa dramatis yang luar biasa pula. Contohnya adalah: Aku terdiam dalam keheningan bisu. Sudah hening tidak bisa bicara pula (bisu). Sehingga kesan yang diberikan menjadi semakin miris, pilu dan dramatis.

Sementara itu jika kita menggunakan diksi atau pilihan kata yang cenderung santai, kontras atau kocak, maka efek komedi dan jenaka akan semakin kuat pula. Contohnya: Hari ini berita hoax itu menyebar lebih cepat dari kecepatan cahaya.

Pada kalimat di atas, penyebaran berita palsu diibaratkan bahkan lebih cepat dari kecepatan cahaya yang hingga kini belum dapat dicapai oleh alat transportasi manusia. Kita akan sedikit tertawa karena menyadari kebenarannya bahwa benar, berita hoax menyebar sangat cepat.

Kebenaran tersebut menjadi miris karena hal itu bukanlah suatu prestasi seperti jika manusia pada akhirnya berhasil mengalahkan kecepatan cahaya untuk tujuan positif. Hoax dapat menyebar lebih cepat dari kecepatan cahaya itu justru merupakan hal yang memprihatinkan dan harus dihentikan.

Contoh Kalimat Majas Hiperbola

Agar berbagai kemungkinan dan dampak lain dari penggunaan majas hiperbola dapat dipahami dengan lebih jelas, berikut adalah beberapa tambahan contoh kalimat majas hiperbola dan penjelasannya.

  1. Kita harus berterimakasih kepada para pahlawan yang telah membanjiri kemerdekaan ini lewat tumpah darahnya.
    Penggunaan “tumpah darah” tidak harus seklise “negeriku adalah tumpah darahku” ungkapan tersebut juga dapat digunakan dengan varian penggunaan hiperbola seperti kalimat di atas.
  2. Kritik pedasnya tak berhenti menusuk-nusuk hatiku.
    Hiperbola dapat diperbuas dengan cara menggunakan repetisi majemuk seperti pada kata “menusuk-nusuk” pada kalimat di atas.
  3. Hatiku meleleh ketika ia mengungkapkan perasaannya padaku.
    Penggunaan ungkapan surealis seperti “hati yang meleleh” pada kalimat di atas akan membuat hiperbola menjadi dramatis. Tentunya hati tidak dapat meleleh, tapi sifat leleh dapat dipinjam untuk ungkapan majas hiperbola.
  4. Risma hanya tertunduk diam ketika amarah ayahnya menggelegar.
    Tentunya amarah bukanlah suatu hal yang dapat mengeluarkan suara menggelegar, namun orang yang marah biasanya akan berbicara dengan nada yang lebih keras sehingga masih berhubungan dengan amarah. Lisannya yang menggelegar, bukan amarahnya (terdapat kombinasi majas hipalase pada contoh kalimat ini).
  5. Resesi ekonomi berpotensi untuk membuat harga kebutuhan pokok melambung tinggi.
    Contoh di atas menggunakan keterkaitan harga yang akan meningkat nilainya.
  6. Pidato Pak Presiden membakar semangat para pemuda untuk tetap berjuang dalam masa yang sulit ini.
    Hal yang sebetulnya negatif (sesuatu yang terbakar itu panas, sakit) dapat disulap menjadi sesuatu yang positif lewat majas hiperbola.
  7. Bagi saya sepak bola itu adalah segalanya.
    Seberapa besar kecintaannya terhadap sepak bola, seseorang akan membutuhkan banyak hal lain pula dalam hidupnya, bukan hanya sepak bola saja.
  8. Hatinya sehitam arang, gunung kapur pun tak akan mampu mengubah warnanya.
    Kalimat majemuk berupa penjelasan lebih lanjut dapat membuat hiperbola menjadi semakin kuat.
  9. Melihat senyumnya setiap hari akan membuatku diabetes.
    Saking manisnya senyum yang ia lihat membuat “Aku” bagaikan mengonsumsi terlalu banyak gula sehingga meningkatkan kemungkinan terserang penyakit diabetes.
  10. Suaranya yang merdu berhasil mengiris-iris hatiku.
    Tentunya hati pendengarnya tidak benar-benar teriris, ungkapan tersebut digunakan untuk mewakili hatinya yang telah berhasil tersentuh melalui suara penyanyi yang sangat ia sukai.

Referensi

  1. Keraf, Gorys. (2010). Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
  2. Nurgiyantoro, Burhan. (2017). Stilistika. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Gabung ke Percakapan

1 Komentar

  1. hahahah bagus ni penjelasannya ada sedikit humornya jadi gampang dimengerti

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *