Daftar Isi ⇅
show
Pengertian Majas Sarkasme
Majas sarkasme adalah gaya bahasa yang menggunakan kata-kata keras, mencela, kasar, dapat bersifat ironis namun dalam pembawaan yang getir dan menyakiti. Majas ini terkadang sulit dibedakan dengan majas ironi yang sebetulnya hampir mirip.
Sarkasme identik dikatikan dengan sindiran melalui cara yang justru melakukan suatu pujian atau kebalikan dari hal yang disampaikan, misalnya menyebut baik padahal maksudnya buruk. Hal ini sebetulnya tidak salah, terutama jika yang kita maksud adalah sarkasme dalam bahasa Inggris.
Namun sebenarnya sarkasme dalam bahasa Indonesia memiliki makna yang berbeda dengan sarcasm dalam bahasa Inggris. Sarkasme dalam bahasa Inggris berarti penggunaan ironi atau menyatakan hal kebalikan dari apa yang sebenarnya ingin diutarakan. Dalam bahasa Indonesia, gaya bahasa tersebut disebut sebagai majas ironi. Sarkasme dalam KBBI justru didefinisikan sebagai penggunaan kata-kata pedas untuk menyakiti hati orang lain; cemoohan atau ejekan kasar.
Pengertian Majas Sarkasme Menurut Para Ahli
Keraf (2010, hlm. 143) mengungkapkan bahwa sarkasme ialah suatu acuan yang lebih kasar dari ironi yang mengandung kepahitan dan celaan yang getir. Terkadang ironi juga memang dapat digunakan pada majas ini. Namun, sarkasme bertujuan untuk menyerang, sementara Ironi bisa jadi memberikan dampak lucu atau justru iba.
Senada dengan Keraf, Waluyo (2002, hlm. 86) berpendapat bahwa sarkasme adalah penggunaan kata-kata yang keras dan kasar untuk menyindir atau mengkritik. Dapat disimpulkan bahwa majas sarkasme adalah gaya bahasa sindiran yang menggunakan kata-kata keras yang mengandung kepahitan.
Majas sarkasme juga terkadang sulit dibedakan dengan majas sinisme. Namun sebetulnya perbedaannya cukup jelas. Berikut adalah perbedaan dari majas sarkasme dan sinisme.
Sarkasme | Sinisme |
---|---|
Bertujuan untuk menyakiti perasaan pendengarnya | Sinisme tidak harus kasar atau bahkan menyakiti, malah terkadang dapat berdampak lucu |
Tidak selalu digunakan untuk mengungkapkan yang sebenarnya, hanya bersifat emosional | Sinisme dapat dibilang hanya bersikap realistis (memperkirakan kemungkinan terburuk) |
Berlandaskan kekecewaan atau emosi negatif lain terhadap suatu hal | Berlandaskan kesangsian terhadap suatu hal |
Pasif agresif, artinya dapat terlihat tidak menyerang pembacanya padahal sebenarnya menyerang. | Agresif atau menyerang pembacanya untuk menjelaskan sesuatu. |
Penggunaan Sarkasme
Lalu mengapa ada gaya bahasa semacam ini? Bukankah kita harus terus berusaha untuk menahan diri dan tidak menyakiti orang lain? Tentunya hal tersebut berbeda jika berkenaan dengan moralitas dan perilaku kita sebagai manusia yang berbudi. Gaya bahasa berada di luar konteks tersebut, seperti bagaimana suatu komedi seharusnya tidak ditanggapi dengan serius, karena tidak iringi oleh niat untuk sungguh-sungguh.
Bahkan, bisa jadi sarkasme terjadi dalam kehidupan sehari-hari dan memberikan dampak positif. Mengapa? Karena terkadang perubahan menuju kebaikan terkadang membutuhkan masalah dan konflik. Daripada ditanggapi dengan amarah, lebih baik kita serap sisi positifnya. Tentunya konflik dan masalah haruslah tetap dihindari dan dilalui seminim mungkin.
Selain itu, terkadang lebih baik untuk mengungkapkan hal yang sesungguhnya untuk kebaikan seseorang walaupun kita akan dianggap kasar bukan? saat kita memendamnya karena merasa tidak enak untuk mengungkapkannya, justru kita tidak memberikan kontribusi dan malah menghambat kemajuan orang tersebut.
Contoh penggunaan sarkasme adalah dalam suasana yang biasanya memiliki tekanan tinggi, seperti debat dan berbagai suasana lainnya yang sulit untuk dilalui. Sebagian orang atau budaya juga tidak akan mau menyerap ide dan perkataan kita apabila kita tidak memberikan penekanan sarkas. Beberapa profesi seperti petugas kepolisian yang berhubungan dengan pelaku kekerasan biasanya juga akan terpaksa menggunakan gaya bahasa ini untuk membuat tersangka mau bekerja sama.
Semua hal yang dibahas di atas merupakan contoh aplikasi nyata dari gaya bahasa dalam kehidupan sehari-hari. Jangan lupa bahwa gaya bahasa ini sebetulnya kemungkinan besar akan lebih banyak digunakan dalam suatu karya fiksi.
Contoh Majas Sarkasme
Berikut adalah beberapa contoh majas sarkasme dalam penggunaan kalimat.
- Pecahkan saja gelasnya biar ramai, biar mengaduh sampai gaduh!
- Dari dulu mulutmu memang berbisa seperti ular!
- Omong kosong apa lagi yang kau bicarakan kali ini.
- Kau pikir aku ini orang bodoh, kau yang bodoh sudah berani berbohong kepadaku!
- Jangan banyak omong lagi, Aku sudah muak mendengarnya.
- Bahkan keledai saja tidak akan jatuh ke lubang yang sama, kau malah membuat lubang yang sama!
- Aku tak peduli lagi denganmu, lakukan saja semaumu!
- Jika kau mau jatuh, jatuh saja sendirian jangan bawa-bawa orang lain!
- Kau hanya bisa bicara berbusa-busa tapi tak pernah melakukan apa-apa.
- Akan kuremukkan hatimu kalau kau sampai hati mencampakkan adikku.
Referensi
- Keraf, Gorys. (2010). Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
- Waluyo, J. Herman. (2010). Teori dan Apresiasi Puisi. Jakarta: Erlangga.