Pengertian Majas Sinisme

Majas sinisme adalah gaya bahasa yang mengejek secara langsung atau tidak menggunakan ungkapan tertentu. Sinisme merupakan kebalikan dari majas ironi yang justru menggunakan kalimat kebalikan dari apa yang sebenarnya dikatakan. Contohnya: Wajahmu kucel sekali seperti anak yang tidak terurus!

Mengapa ada gaya bahasa semacam ini? Bukankah seharusnya gaya bahasa itu membuat ucapan yang lebih indah. Benar sekaligus tidak. Hal tersebut karena terkadang majas digunakan hanya untuk memperkuat pesan agar benar-benar mengena atau diperhatikan dengan baik oleh pembaca/pendengarnya, termasuk majas sinisme.

Fungsi Majas Sinisme

Terkadang ada beberapa hal yang harus dikatakan secara langsung. Apa pun itu jalan komunikasi yang terbaik pada akhirnya haruslah lugas dan jelas. Ungkapan tidak dapat digunakan pada semua jenis tulisan atau teks, terutama jika pembacanya sendiri kurang peka terhadap gaya bahasa ungkapan.

Pada akhirnya manusia juga tidak dapat mengetahui pemikiran orang lain jika ia tidak mengatakannya secara terang-terangan. Ada kalanya kita harus menahan ucapan, ada kalanya juga kita harus bicara terus terang. Seperti bagaimana gerakan speak up yang belakangan ramai digalangkan.

Mengapa? Karena terkadang tidak mengatakan sesuatu dengan terus terang justru menjadi keagresifan yang pasif. Niat dari kita mungkin baik, tetapi diam atau kebohongan pasif semacam itu tidak akan memecahkan masalah. Sementara pemecahan masalah adalah salah satu kebutuhan utama di era revolusi industri 4.0 ini.

Namun pada akhirnya penggunaan gaya bahasa sinisme ini merupakan pilihan pengungkapnya. Bisa jadi beberapa orang lebih suka menggunakan majas ironi yang memberikan opsi sindiran yang lebih halus atau elegan. Untuk membuat simpulan jelasnya, berikut adalah fungsi dari majas ini.

  1. Memberitahukan kebenaran yang kurang mengenakan bagi penulis maupun pembaca agar suatu topik dapat dibahas dengan baik.
  2. Menegaskan suatu hal agar lebih jelas sehingga mampu memberikan dampak yang kuat untuk pembaca atau pendengarnya.
  3. Melepaskan suatu angan-angan permasalahan agar tidak menjadi belenggu yang menahan banyak hal positif.
  4. Membicarakan pemikiran yang selama ini disimpan untuk tujuan tertentu seperti merasa tidak pantas untuk diucapkan, takut menyakiti perasaan orang lain, dsb.
  5. Memberitahukan permasalahan dengan tulus agar dapat ditemukan penyelesaiannya dari dialog antara pengungkap dan penangkap makna (penulis & pembaca).

Pengertian Majas Sinisme Menurut Para Ahli

Keraf (2010, hlm. 143) mengatakan bahwa majas sinisme adalah gaya bahasa sindiran yang berbentuk kesangsian yang mengandung ejekan yang ikhlas dan tulus dari hati. Poin utamanya adalah meskipun majas ini terdengar kasar namun justru tujuannya adalah mengungkapkan sesuatu dengan tulus dan ikhlas untuk memberitahukan tanpa embel-embel lain.

Sementara itu, menurut Nurdin, Maryani, dan Mumu (2004, hlm. 27)  berpendapat bahwa sinisme ialah bahasa sindiran yang pengungkapannya dibuat lebih besar. Besar dalam artisan pengucapannya dibuat lebih tajam daripada makna yang ingin diberikan.

Misalnya jika kita ingin memberi tahu bahwa seseorang tampak lebih gemuk dari sebelumnya maka kita akan mengibaratkannya dengan gentong atau hal lain yang besar/gempal. Terkadang majas ini memang dikombinasikan dengan majas lain seperti majas simile, bahkan metonimia.

Intinya majas sinisme adalah gaya bahasa yang menyindir dengan bahasa langsung yang dapat diperkuat oleh ungkapan yang masih menjurus ke makna sebenarnya agar sindiran yang tulus (konstruktif) terasa lebih mengena.

Contoh Majas Sinisme

Berikut adalah beberapa contoh majas sinisme dalam kalimat. Selalu ingat bahwa majas ini bertujuan untuk mengungkapkan sesuatu dengan apa adanya dalam tujuan positif. Bukan berarti sembarang kalimat yang kasar atau mengandung kedengkian dapat digunakan.

  1. Beraninya kau berkata begitu pada orangtua, jaga mulutmu!
  2. Rambutmu kasar dan kusam sekali seperti sapu ijuk.
  3. Dasar tidak tahu terima kasih, sudah banyak dibantu masih saja melawan.
  4. Aku kecewa terhadap sikapmu yang acuh tak acuh seperti itu ketika guru sedang menjelaskan materi.
  5. Kau ini manja sekali, hal mudah seperti itu saja minta dibantu.
  6. Percuma saja punya banyak tetangga kalau hal seperti ini saja tidak ada yang membantu.
  7. Masakan ini pahit sekali, apa kau tidak mencicipinya terlebih dahulu.
  8. Aku sudah muak dengan perlakuanmu yang buruk itu.
  9. Lebih baik masukan ke museum saja motormu yang sudah usang itu.
  10. Napasmu bau naga, apa kau tidak tahu caranya menggosok gigi?

Referensi

  1. Keraf, Gorys. (2010). Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
  2. Nurdin, Ade, Maryani, Mumu. (2004). Intisari Bahasa dan Sastra Indonesia untuk SMU. Bandung: CV. Pustaka Setia.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *