Pengertian Majas Metonimia

Majas metonimia adalah gaya bahasa yang menggunakan kata untuk mewakili sesuatu yang lain dari makna kata aslinya berdasarkan pertalian yang dekat dari keduanya. Oleh karena itu, sebetulnya Metonimia tidak hanya dapat dilakukan menggunakan merk atau label saja!

Memang benar bahwa merk adalah salah satu cara penggunaan majas metonimia. Misalnya, kita dapat menyebut odol untuk pasta gigi, padahal odol itu adalah merk dagang pasta gigi. Namun, pada masanya merk odol pernah menjadi produk yang paling dikenal untuk produk pasta gigi di kalangan masyarkat. Sehingga, masyarakat lebih sering menyebut pasta gigi sebagai odol. Padahal bisa jadi suatu saat merk lain akan menggantikannya oleh merk lain. Selain itu, tidak semua masyarakat suatu negara atau budaya melakukan hal serupa.

Oleh karena itu, penggunaan merk untuk mewakili sesuatu itu bukanlah esensi dari metonimia.  Selain itu, sangat sia-sia rasanya jika menggunakan majas ini melalui penggunaan kata pengganti merk saja. Gaya bahasa itu seharusnya memperindah atau memperkuat tulisan.

Contoh kata, simbol atau perumpamaan yang telah memiliki pertalian yang sangat erat dengan masyarakat luas sehingga dapat digunakan untuk mengaplikasikan majas metonimia adalah sebagai berikut.

Kiasan MetonimiaArti yang diwakili
SanyoPompa Air
SenayanDPR RI
Istana NegaraKantor Pemerintahan Republik Indonesia
Ibu PertiwiNegara
Rama-SintaPasangan Kekasih
KurawaPenjahat
MerahBerani
PutihSuci
Tirai BambuTiongkok (Cina)
Negeri JiranMalaysia
Negeri GinsengKorea

Dapat dilihat betapa banyaknya simbol lain yang dapat digunakan di luar merk dagang. Oleh karena itu, lagi-lagi amat disayangkan jika yang kita lakukan hanyalah menggunakan merk saja untuk mengaplikasikan majas metonimia.

Pengertian Metonimia menurut Para Ahli

Keraf (2010, hlm. 142) berpendapat bahwa metonomia adalah suatu gaya bahasa yang mempergunakan kata untuk menyatakan suatu hal lain karena mempunyai pertalian yang sangat dekat. Intinya, majas ini menggunakan kata yang bertalian dengan kata yang sebenarnya ingin diungkapkan.

Senada dengan Keraf, Altenbernd (dalam Pradopo, 2013, hlm. 77) mengemukakan bahwa metonomia adalah penggunaan bahasa sebagai atribut sebuah objek atau penggunaan sesuatu yang sangat berhubungan dekat dengannya untuk menggantikan objek tersebut.

Contoh Majas Metonimia

Penggunaan majas ini tidak semudah simile atau metafora untuk mendapatkan dampak terbaiknya. Tentunya untuk menggunakan merk sebagai metonimi itu mudah, namun pencapaian yang dapat diraih dari majas ini bukanlah dengan cara itu.

Diperlukan literasi yang cukup kuat agar pustaka simbol metonimia memadai untuk seseorang dalam menggunakan majas ini. Kecerdasan kemampuan menulis juga sangat dibutuhkan. Berikut adalah beberapa contoh kalimat metonimia.

  1. Partai itu berhasil mendapatkan jatah kursi yang banyak di Senayan.
  2. Tolong matikan sanyo, bak mandinya sudah penuh.
  3. Rama-Sinta itu masih saja terus bermesraan dalam keadaan genting seperti ini.
  4. Pena lebih perkasa dari pedang.
    Contoh ini merupakan contoh klasik metonimia dalam sastra Inggris. Pena mewakili ilmu pengetahuan, sementara pedang mewakili kekerasan atau agresi militer.
  5. Pekerjaan itu bagi kami sudah menjadi roti dan mentega.
    Merupakan contoh metonimia dalam sastra Inggris yang simbolnya kurang familiar di sini. Jika dipindahkan ke budaya Indonesia, “Roti dan mentega” lebih cocok digantikan oleh “Sambal dan Lalapan” yang artinya, pekerjaan itu sudah menjadi makanan sehari-hari, mudah karena sudah berpengalaman. Simbol itu sangat bergantung pada kebudayaan audiensnya.
  6. Kakak pulang ke rumah dengan menggunakan Damri.
  7. Dasar kurawa, sudah tahu orang sedang susah masih saja mencari perkara.
  8. Sebelum berangkat kerja Ayah selalu menonton Metro TV.
  9. Ibu pertiwi sedang menghadapi ancaman krisis ekonomi akibat dampak dari pandemi.
  10. Para Guru Honorer mengirimkan surat ke Istana Negara perihal kesejahteraan mereka yang selama ini kurang diperhatikan.

Referensi

  1. Keraf, Gorys. (2010). Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
  2. Pradopo, Rachmat Djoko. (2013). Beberapa Teori Sastra, Metode, dan Penggunaannya. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *