Evaluasi merupakan penentuan nilai suatu hal, yang meliputi pengumpulan informasi yang digunakan untuk memutuskan nilai keberhasilan suatu program, produk, prosedur, tujuan atau manfaat yang pada desain pendekatan alternatif untuk mempertahankan tujuan khusus. Sementara itu, model evaluasi ialah desain atau pola umum untuk melakukan evaluasi yang dibuat oleh ahli-ahli atau pakar-pakar evaluasi. Berikut adalah beberapa model-model evaluasi yang dapat diterapkan pada bidang pendidikan (program, pembelajaran, dan sistem) maupun bidang-bidang lainnya.

Model Evaluasi CIPP

Model ini dikembangkan oleh Stufflebeam dan Shinkfield. Ia mendefinisikan evaluasi sebagai suatu proses menggambarkan, memperoleh, dan menyediakan informasi yang berguna untuk menilai alternatif keputusan. Model evaluasi ini merupakan model yang paling banyak dikenal dan diterapkan oleh para evaluator. Nama model CIPP berasal dari context, input, process, dan product.

Menurut Widyodoko (2017, hlm. 181) evaluasi model CIPP dapat diterapkan dalam berbagai bidang seperti pendidikan, manajemen, perusahaan, dan sebagainya serta dalam berbagai jenjang baik itu proyek, program, maupun institusi. Model evaluasi CIPP merupakan salah satu kerangka kerja untuk merancang evaluasi CIPP yang meliputi dimensi tipe-tipe evaluasi, kegunaan evaluasi, dan langkah-langkah dalam evaluasi proses.

Evaluasi menyediakan informasi untuk pembuatan keputusan dan sebagai bahan pertanggungjawaban. Proses evaluasi CIPP termasuk tiga langkah utama dari menggambarkan, memperoleh, dan menyediakan.

  1. Evaluasi konteks menilai berbagai kebutuhan, masalah-masalah, kesempatan sebagai dasar untuk mendefinisikan tujuan dan prioritas dan menentukan hasil.
  2. Evaluasi input menilai pendekatan alternatif untuk menentukan alat yang diperlukan dalam perancangan program dan sumber daya yang dibutuhkan.
  3. Evaluasi proses menilai implementasi dari program yang merupakan kerangka kerja dan kemudian membantu menjelaskan dampak dari program.
  4. Evaluasi produk bermaksud mengenai dan dampak yang tidak diharapkan keduanya membantu menjaga agar proses tidak keluar dari program yang telah ditetapkan dan menentukan keefektifan dari suatu program.

Komponen Evaluasi Model CIPP

Untuk lebih jelasnya, berikut adalah komponen evaluasi model CIPP.

1. Context Evaluation (Evaluasi Konteks)

Tujuan evaluasi konteks yang utama adalah untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan yang dimiliki evaluan. Dengan mengetahui kekuatan dan kelemahan ini, evaluator akan dapat memberikan arah perbaikan yang diperlukan. Evaluasi konteks adalah upaya untuk menggambarkan dan merinci lingkungan kebutuhan yang tidak terpenuhi, populasi dan sampel yang dilayani, dan tujuan proyek.

2. Input Evaluation (Evaluasi Masukan)

Evaluasi input atau masukan sangat membantu mengatur keputusan, menentukan sumber-sumber yang ada, alternatif apa yang diambil, apa rencana dan strategi untuk mencapai tujuan, dan bagaimana prosedur kerjanya untuk mencapai tujuan. Komponen evaluasi masukan meliputi:

  1. Sumber daya manusia;
  2. Sarana dan prasarana;
  3. Dana dan anggaran;
  4. Berbagai prosedur dan aturan yang diperlukan.

3. Process Evaluation (Evaluasi Proses)

Evaluasi proses digunakan untuk mendeteksi atau atau memprediksi rancangan prosedur atau rancangan implementasi selama tahap implementasi, menyediakan informasi untuk keputusan program dan sebagai rekaman atau arsip prosedur yang telah terjadi. Evaluasi proses meliputi koleksi data penilaian yang telah ditentukan dan diterapkan dalam praktik pelaksanaan program.

Pada dasarnya evaluasi proses untuk mengetahui sampai sejauh mana rencana telah diterapkan dan komponen apa yang perlu diperbaiki. Dalam model CIPP, evaluasi proses diarahkan pada seberapa jauh kegiatan yang dilaksanakan di dalam program sudah terlaksana sesuai dengan rencana.

4. Product Evaluation (Evaluasi Hasil)

Evaluasi produk diharapkan dapat membantu pimpinan proyek atau guru untuk membuat keputusan yang berkenaan dengan kelanjutan, akhir, maupun modifikasi program. Evaluasi produk untuk membantu membuat keputusan selanjutnya, baik mengenai hasil yang telah dicapai maupun apa yang dilakukan setelah program itu berjalan.

Dari pernyataan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa evaluasi produk merupakan penilaian yang dilakukan guna untuk melihat ketercapaian/ keberhasilan suatu program dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Pada tahap evaluasi inilah seorang evaluator dapat menentukan atau memberikan rekomendasi kepada evaluan apakah suatu program dapat dilanjutkan, dikembangkan/modifikasi, atau bahkan dihentikan.

Model Evaluasi Countenance (Stake)

Model Countenance Stake adalah evaluasi progran keseluruhan yang disebiut juga sebagai model evaluasi pertimbangan. Maksudnya, evaluator mempertimbangkan program dengan membandingkan kondisi hasil evaluasi program dengan yang terjadi di program lain, dengan objek sasaran yang sama dan membandingkan kondisi hasil pelaksanaan program dengan standar yang ditentukan oleh program tersebut.

Tujuan dari model Stake adalah melengkapi kerangka untuk pengembangan suatu rencana penilaian. Perhatian utama Stake adalah hubungan antara tujuan penilaian dengan keputusan berikutnya yang berdasarkan sifat data yang dikumpulkan. Dalam hal ini Stake menekankan peran evaluator dalam mengembangkan tujuan menjadi tujuan khusus dan terukur. Model Stake terdiri atas dua matrik yaitu description (gambaran) dan judgement (pertimbangan). Matriks pertimbangan baru dapat dikerjakan oleh evaluator setelah matriks deskripsi diselesaikan.

Stake, mengemukakan analisis proses evaluasi yang dikemukakannya membawa dampak yang cukup besar dan meletakkan dasar yang sederhana namun merupakan konsep yang cukup kuat untuk perkembangan yang lebih jauh dalam bidang evaluasi. Stake menekankan adanya dua dasar kegiatan dalam evaluasi ialah Descriptions dan judgement dan membedakan adanya tiga tahap dalam program pendidikan, yaitu: Antecedents (Context), Transaction (Process), dan Outcomes (Output) (Tayibnapis, 2008, hlm. 13-22).

Matriks deskripsi terdiri atas kategori rencana (intent) dan observasi. Matriks pertimbangan terdiri atas kategori standar dan pertimbangan. Pada setiap kategori terdapat tiga fokus yaitu:

  1. Antecedents yaitu sebuah kondisi yang ada sebelum instruksi yang mungkin berhubungan dengan hasil, contohnya : latar belakang, sumber daya alam.
  2. Transaction yaitu pertemuan dinamis yang merupakan proses instruksi (kegiatan, proses,dll) contoh : interaksi guru dengan siswa.
  3. Outcomes yaitu efek dari pengalaman pembelajaran (pengamatan dan hasil tenaga kerja), contoh : performa guru, peningkatan kerja.

Langkah Evaluasi Stake

Dalam model ini evaluasi dilakukan dengan membandingkan antara satu program dengan program lain yang dianggap standar. Untuk melakukan evaluasi model Stake dapat dilakukan melalui langkah-langkah berikut.

  1. Pengeumpulan Data
    Evaluator mengumpulkan data mengenai apa yang diinginkan pengembang program baik yang berhubungan dengan kondisi awal, transaksi, dan hasil. Data dapat dikumpulkan melalui studi dokumen dapat pula melalui wawancara.
  2. Analisis data Analisis data yang dilakukan meliputi analisis logis dan empirik
    Analisis logis diperlukan dalam memberikan pertimbangan mengenai keterkaitan antara prasyarat awal, transaksi, dan hasil dari kotak-kotak tujuan. Analisis empirik adalah dasar bekerja sama dengan analisis logis tapi data yang digunakan adalah ata empirik.
  3. Analisis congruence
    Analisis congruence merupakan analisis di mana evaluator membandingkan antara apa yang dikemukakan dalam tujuan dengan apa yang terjadi dalam kegiatan (observasi). Dalam hal ini evaluator menganalisis apakah yang direncanakan dalam tujuan sesuai dengan pelaksanaan di lapangan atau terjadi penyimpangan.
  4. Pertimbangan
    hasil Tugas evaluator berikutnya adalah memberikan pertimbangan mengenai program yang dikaji pada tahap ini.

Kelebihan dan Kelemahan Evaluasi Stake

Adapun kelebihan dari evaluasi model Stake adalah evaluator memasukkan data latar belakang program, proses, dan hasil yang merupakan perluasan ruang lingkup evaluasi. Evaluator memegang kendali dalam evaluasi juga memutuskan cara yang paling tepat untuk hadir dan menggambarkan hasil. Memiliki potensi besar untuk menambah wawasan baru dan teori-teoti lapangan dan program yang akan di evaluasi. Sedangkan kelemahannya adalah pendekatan yang dilakukan secara subyektif, terjadinya kemungkinan dalam meminimalkan pentingnya instrumen pengumpulan data dan evaluasi kuantitatif.

Model Evaluasi Alkin (UCLA)

Evaluasi model UCLA hampir sama dengan model CIPP, model evaluasi ini dikembangkan oleh Alkin yang mendefinisikan evaluasi sebagai suatu proses meyakinkan keputusan, memilih informasi yang tepat, mengumpulkan dan menganalisis informasi sehingga dapat melaporkan ringkasan data yang berguna bagi pembuat keputusan dalam memilih beberapa alternative. Ia mengemukakan lima macam evaluasi, yakni: Sistem Assesment, Program Planning, Program Implementation, Program Iprovement, Program Certification.

Menurut Alikin, evaluasi adalah suatu proses menyakinkan keputusan , memilih informasi yang tepat, mengumpulkan, dan menganalisa informasi sehingga dapat melaporkan ringkasan data yang berguna bagi pembuat keputusan dalam memilih beberapa alternatif. Model ini digunakan untuk menilai program.

Dalam merumuskan model evaluasi program yang disusunnya, Alkin membuat batasan konstruk evaluasi sebagai suatu proses penentuan area yang akan di evaluasi, pemilihan informasi yang cocok untuk di evaluasi, pengumpulan dan analisis informasi serta penyusunan laporan atau ringkasan data yang berguna bagi pengambil keputusan dalam memilih alternatif yang berguna yang tepat dari berbagi alternatif yang ada.

Alkin mengemukakan terdapat lima macam evaluasi yakni sebagai berikut.

  1. Sistem assesment, yaitu memberikan informasi tentang keadaan atau posisi sistem.
  2. Program planning, membantu pemilihan program tertentu yang mungkin akan berhasil memenuhi kebutuhan program. Dalam program planning dapat dilakukan melalui evaluasi internal dan evaluasi eksternal. Evaluasi internal dilakukan dengan cara menilai ketepatan, kesesuaian dan kebermaknaan subsub program yang dirumuskan dalam kaitannya dengan tujuan program yang dinilai, baik dari segi konstruksi, kepraktisan dan biaya. Sedangkan evaluasi eksternal adalah evaluasi yang dilakukan sesudah suatu program diimplementasikan.
  3. Program implementation, yang menyiapkan informasi apakah program sudah diperkenalkan kepada kelompok tertentu yang tepat seperti yang direncanakan.
  4. Program improvment, yaitu program yang memberikan informasi tentang bagaimana program berfungsi, bagaimana program bekerja, apakah dalam menuju pencapaian tujuan ada hal-hal atau masalah-masalah baru yang muncul. Dengan kata lain evaluator mengidentifikasi masalah-masalah yang muncul, mengumpulkan dan menganalisis data serta menyerahkan pada pengambil keputusan untuk melakukan perbaikan pelaksanaan program dengan segera.
  5. Program certification, yang memberikan informasi tentang nilai atau guna program. Dalam contoh penerapan metode pembelajaran, model ini dimaksudkan untuk mengevaluasi apakah metode yang diterapkan memberikan dampak positif.

Kelebihan dan Kelemahan Model Alkin

Adapun kelebihan dari model Alkin adalah keterkaitan dengan sistem dengan seksama melalui variabel-variabel yang ada dalam komponen masukan, proses, dan keluaran. Sedangkan kelemahan model Alkin adalah keterbatasannya dalam fokus kajian tertentu saja.

Evaluasi Model Kirkpatrick

Model evaluasi yang dikembangkan oleh Kirkpatrick dikenal dengan istilah Kirkpatrick Four Levels Evaluation Model. Empat level evaluasi tersebut adalah sebeagai berikut.

  1. Evaluasi Reaksi
    Mengevaluasi terhadap reaksi peserta training berarti mengukur kepuasan peserta. Program training dianggap efektif apabila proses training dirasa menyenangkan dan memuaskan bagi peserta training, sehingga mereka tertarik dan termotivasi untuk belajar dan berlatih. Kepuasan peserta dapat dikaji dari beberapa aspek, yaitu : materi yang diberikan, fasilitas yang tersedia, strategi penyampaian materi yang digunakan oleh instruktur, media pembelajaran yang digunakan, waktu pelaksanaan pembelajaran, hingga gedung tempat pembelajaran dilaksanakan.
  2. Evaluasi Belajar
    Ada tiga hal yang diajarkan dalam program training, yaitu: pengetahuan, sikap maupun ketrampilan. Peserta training dikatakan telah belajar apabila pada dirinya telah mengalami perubahan sikap, perbaikan pengetahuan maupun peningkatan ketrampilan. Penilaian program evaluasi belajar dengan penilaian hasil (output) belajar. Mengukur hasil belajar lebih sulit dan memakan waktu dibandingkan dengan mengukur reaksi. Untuk menilai hasil belajar dapat dilakukan dengan kelompok pembanding. Kelompok yang ikut pelatihan dan kelompok yang tidak ikut pelatihan diperbandingkan perkembangannya dalam periode tertentu.
  3. Evaluasi Perilaku
    Penilaian tingkah laku difokuskan pada perubahan tingkah laku peserta setelah selesai mengikuti pembelajaran. Sehingga penilaian tingkah laku lebih bersifat eksternal. Karena yang dinilai adalah perubahan perilaku setelah mengikuti kegiatan pembelajaran dan kembali ke lingkungan mereka maka evaluasi ini dapat disebut sebagai evaluasi terhadap outcomes dari kegiatan pelatihan. Evaluasi perilaku dapat dilakukan dengan membandingkan perilaku kelompok kontrol dengan perilaku peserta training, atau dengan membandingkan perilaku sebelum dan sesudah mengikuti training.
  4. Evaluasi Hasil
    Evaluasi hasil difokuskan pada hasil akhir yang terjadi karena telah mengikuti suatu program. Beberapa program mempunyai tujuan meningkatkan moral kerja maupun membangun teamwork yang lebih baik. dibandingkan dengan model evaluasi yang lain, model ini memiliki beberapa kelebihan seperti lebih komprehensif, obyek evaluasi tidak hanya hasil belajar semata tapi juga mencakup proses, output, dan outcomes serta mudah diterapkan. Namun, model ini juga memiliki keterbatasan seperti kurang memperhatikan input, untuk mengukur impact sulit dilakukan karena selain sulit tolok ukurnya juga sudah diluar jangkauan.

Model Evaluasi Brinkerhoff

Brinkerhoff mengemukakan tiga golongan evaluasi yang disusun berdasarkan penggabungan elemen-elemen yang sama, seperti evaluator-evaluator lain, namun dalam komposisi dan versi mereka sendiri sebagai berikut.

  1. Fixed vs Emergent Evaluation Design
    Desain evaluasi tetap (fixed) ditentukan dan direncanakan secara sistematik sebelum implementasi dikerjakan. Desain dikembangkan berdasarkan tujuan program disertai seperangkat pertanyaan yang akan dijawab oleh informasi yang akan diperoleh dari sumber-sumber tertentu. Desain evaluasi emergent dibuat untuk beradaptasi dengan pengaruh dan sutuasi yang sedang berlangsung dan berkembang.
  2. Formative vs Summative Evaluation
    Evaluasi formatif digunakan untuk memperoleh informasi yang dapat membantu memperbaiki proyek, kurikulum, atau lokakarya. Evaluasi sumatif dibuat untuk menilai kegunaan suatu objek, apakah suatu program akan diteruskan atau dihentikan saja.
  3. Experimental and Quasi Experimental Design vs Natural/Unobtrusive Inquiry
    Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk menilai manfaat suatu objek, suatu program atau strategi baru yang dicobakan. Apakah evaluasi akan melibatkan intervensi ke dalam kegiatan program/ mencoba memanipulasi kondisi, orang yang diperlakukan, variable dipengaruhi dan sebagainya, atau hanya diamati, atau keduanya.

Referensi

  1. Widoyoko, Eko P. (2017). Evaluasi program pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
  2. Tayibnapis, Farida Yusuf. (2008). Evaluasi Program dan Instrumen Evaluasi untuk Program Pendidikan dan Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta.

Gabung ke Percakapan

1 Komentar

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *