Model pengambilan keputusan adalah kerangka kerja untuk menentukan suatu proses pengambilan keputusan. Turpin & Marais (dalam Sadikin dkk, 2020, hlm. 90) membandingkan antara teori dan praktik pembuatan keputusan dengan melakukan penelitian pada enam orang pengambil keputusan terkemuka tentang gaya pengambilan keputusannya dan teknologi pendukung dalam pengambilan keputusannya.

Melalui penelitian tersebut ternyata ditemukan variasi yang signifikan dalam gaya pengambilan keputusan secara individual, tetapi ada tema sentral yang muncul yaitu pentingnya sensitivitas dalam konteks pengambilan keputusan, informasi yang dapat dikumpulkan dan penggunaan intuisi. Tema sentral yang muncul tersebutlah yang disebut dengan model pengambilan keputusan. Berdasarkan penelitian tersebut, menurut Turpin & Marais (dalam Yenedi dkk, 2019, hlm. 3) merumuskan beberapa macam model pengambilan keputusan yang di antaranya adalah sebagai berikut.

1.The rational model (Model keputusan rasional)

Manajer yang rasional melihat asumsi bahwa seorang pengambil keputusan yang rasional dan dengan informasi yang lengkap. Proses pengambilan keputusan yang rasional terdiri dari beberapa langkah sebagaimana dijelaskan oleh Simon pada tahun 1977 (dalam Turpin & Marais, 2004 dalam Sadikin, dkk, 2020, hlm. 90) adalah sebagai berikut.

  1. Intelligence,
    menemukan kesempatan untuk membuat keputusan.
  2. Design,
    menemukan, mengembangkan dan menganalisis kemungkinan jalur-jalur untuk melakukan tindakan;
  3. Choice,
    memilih jalur tertentu untuk melakukan tindakan dari alternatif yang tersedia; dan
  4. Review,
    yakni menilai pilihan-pilihan yang lalu.

Di dalam rasionalitas yang sempurna atau klasik, metode analisis keputusan digunakan untuk menilai manfaat pada setiap pilihan selama fase pemilihan dengan menggunakan nilai numerik. Alternatif dengan manfaat yang paling tinggi yang dipilih (Turpin & Marais, 2004 dalam Sadikin, 2020, hlm. 91). Dengan demikian manajer harus mempunyai informasi yang lengkap tentang semua alternatif, tentang manfaat dan konsekuensinya, kemudian dihitung mana alternatif yang lebih baik, dan urutan prioritasnya (Yenedi dkk, 2019, hlm. 3).

2. The model of bounded rationality (Model rasional yang terbatas)

Salah satu model pengambilan keputusan yang lainnya adalah The Model of Bounded Rationality. Manajer yang rasional tidak selalu mempunyai informasi yang lengkap dan pilihan yang optimal tidak selalu diperlukan. Menurut Simon (1979 dalam Sadikin dkk, 2020, hlm. 91) perilaku rasional manusia dibentuk oleh sebuah gunting yang mempunyai dua pisau yang terbentuk dari lingkungan tugas dan kemampuan menghitung dari aktornya. Gunting ini memotong masalah yang besar menjadi masalah yang jauh lebih kecil yang ketika dicari nampak.

Rasionalitas yang terbatas (bounded rationality) dicirikan dengan aktivitas mencari dan memuaskan. Alternatif dicari dievaluasi secara berurutan. Jika sebuah alternative telah memenuhi kriteria minimum secara implisit maupun eksplisit, maka dikatakan memuaskan dan pencarian selesai. Proses pencarian mungkin lebih mudah dengan mengidentifikasi aturan di lingkungan tugas.

Meskipun Simon telah mengklaim teori bounded rationality (rasionalitas yang terbatas), tetap saja perilaku utamanya adalah rasionalitas. Untuk alasan ini, sejumlah peneliti seperti Huber (1981 dalam Sadikin 2020, hlm. 91); Das & Tang (1999 dalam Sadikin 2020, hlm. 91) tidak memisahkan antara rationalitas sempurna dan rasionalitas yang terbatas di dalam klasifikasi model – model pengambilan keputusan (Turpin & Marais, 2004 dalam Sadikin 2020, hlm. 91).

3. The Incrementalist View (Pandangan sedikit demi sedikit)

Pandangan incrementalist view yang logis melibatkan proses langkah demi langkah tindakan incremental (sedikit demi sedikit) dan tetap menggunakan strategi yang terbuka untuk menyesuaikan. The incrementalist bea ini menekankan pluralitas aktor yang terlibat dalam proses pembuatan kebijakan dan memprediksi bahwa pembuat kebijakan akan membangun kebijakan masa lalu, dengan fokus pada perubahan sedikit demi sedikit daripada perubahan besar atau radikal.

4. The Organizational Procedures View (Pandangan prosedur organisasional)

Pandangan prosedur organisasional mencari untuk mengerti keputusan-keputusan sebagai output dari standard operating procedures (SOP) yang diminta oleh subunit organisasi. Dengan kata lain, organisasi sendiri adalah pengaturan di mana keputusan dibuat, keputusan atau kebijakan tertentu yang dipilih oleh pembuat keputusan. Sering kali berbagai keputusan yang diambil melalui model ini dapat dijelaskan melalui referensi ke struktur khusus organisasi dan aturan prosedural yang telah disusun saat organisasi didirikan. Penjelasan tersebut biasanya melibatkan berbagai distribusi tanggung jawab di antara sub-unit organisasi, kegiatan komite, jadwal rapat, aturan tata tertib, dll.

5. The political view (Pandangan politis)

The political view melihat pengambilan keputusan sebagai proses tawar-menawar secara pribadi, digerakkan oleh agenda-agenda partisipan dari pada proses rasional. Orang dibedakan berdasarkan pada tujuan organisasi, nilai-nilai dan relevansi dari informasi. Proses pengambilan keputusan tidak pernah berakhir, tetapi peperangan tetap berlangsung antara koalisi yang berbeda.

Setelah satu kelompok menang dalam peperangan itu, partai-partai lainnya mungkin membentuk kelompok baru atau bahkan menjadi lebih menentukan untuk menang pada perputaran berikutnya. Pengaruh dan kekuatan memegang dengan cara yang disengaja dan lebih jauh untuk kepentingan sendiri. Tujuan dari koalisi didefinisikan oleh kepentingan diri sendiri dari pada oleh apa yang bagus untuk organisasi secara keseluruhan.

6. The garbage can model (Pandangan tong sampah)

Pandangan kaleng sampah (The garbage can view) menjelaskan pengambilan keputusan di dalam sebuah anarki yang terorganisir dan didasarkan pada karya Cohen, March & Olsen (1972 dalam Turpin & Marais, 2004 dalam Yenedi, 2019, hlm. 4). Semacam pandangan politik, model itu diasumsikan lingkungan yang pluralis dengan berbagai jenis actor, tujuan dan pandangan. Model tong sampah menekankan pada fragmentasi dan sifat alamiah yang membingungkan dari pengambilan keputusan di dalam organisasi-organisasi, dari pada manipulasi yang disengaja sebagai implikasi dari pandangan politik.

Pada model tong sampah, sebuah pengambilan keputusan adalah sebuah luaran (output) atau interpretasi dari beberapa arus independen yang relatif di dalam sebuah organisasi. Arus-arus penyelesaian masalah mencari solusi dan kesempatan untuk mendapatkan udara. Model tersebut mencari isu yang dengannya mereka akan memberikan jawaban, dan partisipan yang perhatiannya terbagi dan siapa yang datang dan siapa yang pergi akan bertemu satu sama lain pada kesempatan pilihan, yang digambarkan dengan tong sampah.

Ketika keputusan dibuat, tong sampah dipindahkan. Hal ini mungkin terjadi tanpa semua masalah mendapatkan solusinya atau beberapa masalah yang terkait di dalam tong sampah. Karena partisipan adalah mereka yang menghasilkan sampah atau masalah dan solusi, pembuat keputusan secara total dependent atau tergantung pada perbaikan dari tim partisipan di dalam tong itu (Turpin & Marais, 2004 dalam Yenedi, 2019, hlm. 4).

7. The individual differences perspective (Perspektif perbedaan individu)

Perspektif perbedaan individu memiliki fokus perhatian pada perilaku pemecahan masalah manajer secara individual, dipengaruhi oleh gaya pengambilan keputusan manajer, latar belakang dan kepribadiannya. Perspektif perbedaan individu ini mencoba menjelaskan bagaimana manajer mungkin menggunakan cara-cara yang berbeda atau menghasilkan luaran (output) yang berbeda karena kepribadian yang berbeda (Turpin & Marais, 2004 dalam Sadikin dkk, 2020, hlm. 93).

8. Naturalistic decision-making (Pengambilan keputusan yang natural)

Pembuatan keputusan yang natural fokus terhadap investigasi dan pemahaman pengambilan keputusan di dalam konteks yang natural (alamiah). Fondasi empiris pembuatan keputusan naturalis yang berbeda dengan model yang lain seperti the organisational procedures, garbage can or political views. Model pengambilan keputusan naturalis ini dikenal juga dengan Recognition-Primed Decision (RPD) model menurut Klein’s (1998 dalam Sadikin, 2020, hlm. 93) yang telah melakukan penelitian terhadap 600 keputusan yang dibuat orang dalam berbagai situasi seperti pada pemadam kebakaran, perawat dan tentara. Hal yang utama dari RPD adalah mengenal situasi yang mirip dengan pengalaman sebelumnya. Bagian yang harus dikenali terlebih dahulu adalah tujuan yang berhubungan dengan situasi itu, isyarat penting dan apa yang diharapkan. Selain itu juga jalur yang digunakan untuk bertindak dan kemungkinan keberhasilannya (Turpin & Marais, 2004 dalam Yenedi, 2019, hlm. 4).

Referensi

  1. Sadikin, A., Misra, I., Hudin, M.S. (2020). Pengantar manajemen dan bisnis. Yogyakarta: K-Media.
  2. Yenedi, Yufina dkk. (2019). Pengambilan keputusan. Padang: Universitas Negeri Padang Indonesia.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *