Daftar Isi ⇅
show
Pengertian Model Pembelajaran Jigsaw
Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw merupakan model pembelajaran yang membagi siswa ke dalam beberapa kelompok lalu secara sistematis memecah kembali kelompok tersebut untuk berdiskusi dengan anggota kelompok lain dalam suatu bagian materi dan kelompok khusus untuk kemudian kembali ke kelompok awal dan menyampaikan hasil diskusinya dengan kelompok khusus tadi.
Artinya, anggota kelompok awal memiliki tanggung jawab masing-masing atas penguasaan bagian materi tertentu dengan cara mencaritahu dan mendiskusikannya bersama anggota-anggota kelompok bayangan supaya dapat mengajarkannya pada kelompok awal. Seperti yang diungkapkan oleh Fathurrohman (2015, hlm. 63) bahwa model pembelajaran jigsaw adalah suatu teknik pembelajaran kooperatif yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang betanggung jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu mengajarkan materi tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya.
Spesifiknya, model pembelajaran kooperatif jigsaw membagi peserta didik menjadi beberapa kelompok. Setiap kelompok memiliki seorang ahli yang diharuskan untuk menguasai salah satu bagian dari materi yang dipelajari. Selanjutnya semua ahli dari dari masing-masing kelompok bersatu membentuk kelompok ahli untuk mempelajari dan mendiskusikan bagian materi yang harus mereka kuasai. Setelah itu semua anggota kelompok ahli kembali ke kelompok asal masing-masing dan membagikan hasil diskusinya.
Menurut Rusman (2018, hlm. 217) kata jigsaw berasal dari bahasa inggris yang berarti gergaji ukir dan ada juga yang mengartikannya sebagai puzzle yang berarti sebuah teka-teki menyusun potongan gambar. Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw ini mengambil pola cara bekerja sebuah gergaji (zigzag), yaitu siswa melakukan suatu kegiatan belajar dengan cara bekerja sama antar kelompok dengan silangan siswa kelompok lain (kelompok ahli) untuk mencapai tujuan bersama.
Berdasarkan pemaparan di atas, tidak heran rasanya jika Isjoni (2019, hlm. 77) berpendapat bahwa model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw merupakan salah satu tipe model pembelajaran kooperatif yang mendorong siswa aktif dan saling membantu dalam menguasai materi pembelajaran untuk mencapai prestasi yang maksimal.
Jigsaw merupakan salah satu tipe, jenis, atau turunan dari model pembelajaran kooperatif yang mengutamakan kerja sama peserta didik dalam prosesnya. Namun, sentuhan zig-zag yang diberikan jigsaw boleh dikatakan makin memperuncing kerja sama yang terjadi. Sehingga peserta benar-benar harus mampu bertanggung jawab kepada diri sendiri dan banyak rekan-rekannya yang lain dalam sekali kayuh.
Model Pembelajaran Jigsaw Menurut Para Ahli
Selain itu, beberapa ahli lain juga memiliki pandangan dan pendapatnya masing-masing mengenai salah satu model pembelajaran yang paling inovatif dan kompleks ini. Berikut adalah pendapat-pendapat tersebut.
Istarani
Menurut Istarani (2014, hlm. 81) Model pembelajaran tipe jigsaw adalah model yang dirancang untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut kepada kelompoknya. Sehingga baik kemampuan secara kognitif maupun sosial siswa sangat diperlukan.
Martinis Yamin
Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw merupakan suatu struktur kooperatif yang setiap anggota kelompoknya bertanggung jawab untuk mempelajari anggota-anggota lain tentang salah satu bagian materi (Yamin, 2013, hlm. 89).
Lie
Menurut Lie (dalam Majid, 2017, hlm. 182) Pembelajaran kooperatif model jigsaw merupakan model pembelajar kooperatif dengan cara siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri atas empat sampai dengan enam orang secara heterogen, dan siswa bekerjasama dalam lingkup saling ketergantungan positif sekaligus bertanggung jawab secara mandiri.
Euis Suherti & Siti Maryam
Suherti dan Maryam (2016, hlm.93) berpendapat, “Model pembelajaran Jigsaw merrupakan model pembelajaran kooperatif yang berpusat pada peserta didik, sedangkan guru bertindak hanya sebagai fasilitator dan motivator serta menitikberatkan pada kerja kelompok dalam bentuk kelompok keci”.
Majid
Menurut (Majid, 2017, hlm. 182) model pembelajaran jigsaw adalah sebuah varian model pembelajaran kooperatif yang menitikberatkan pada kerja kelompok siswa dalam bentuk kelompok kecil.
Simpulan
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa Jigsaw adalah salah satu tipe model pembelajaran kooperatif yang mengambil pola alternatif dari pembelajaran kelompok yang membuat peserta didik bekerjasama dalam suasana ketergantungan satu sama lain yang positif untuk mempelajari materi yang diberikan secara efektif sembari melatih dan menguatkan karakter dan soft skill.
Sintaks Model Pembelajaran Jigsaw
Cara terbaik untuk memahami model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw adalah dengan mengetahui langsung bagaimana sintaks, serta langkah atau prosedurnya. Menurut Rusman (2018, hlm. 220), langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw adalah sebagai berikut.
- Siswa dikelompokkan dengan anggota sekitar 4 orang.
- Tiap orang dalam kelompok diberi materi dan tugas yang berbeda.
- Anggota dari kelompok yang berbeda dengan penugasan yang sama membentuk kelompok baru (kelompok ahli).
- Setelah kelompok ahli berdiskusi, tiap anggota kembali ke kelompok asal dan menjelaskan kepada anggota kelompok tentang sub materi yang mereka kuasai.
- Tiap kelompok ahli mempresentasikan hasil diskusi.
- Pembahasan.
- Penutup.
Sementara itu, langkah langkah, sintaks, atau penerapan model pembelajaran jigsaw menurut Yamin (2013, hlm. 94) adalah sebagai berikut.
- Guru membagi suatu kelas menjadi beberapa kelompok, dengan setiap kelompok terdiri dari 4 hingga 6 orang siswa dengan kemampuan yang berbeda-beda. Kelompok ini disebut kelompok asal. Jumlah anggota dalam anggota asal menyesuaikan dengan jumlah bagian materi pelajaran yang ingin dicapai. Dalam teknik Jigsaw, setiap siswa di beri tugas mempelajari salah satu bagian materi pembelajaran tersebut. Semua siswa dengan materi pembelajaran yang sama belajar bersama dalam kelompok yang disebut kelompok ahli. Dalam kelompok ahli, siswa mendiskusikan bagian materi yang sama, serta menyusun rencana bagaimana menyampaikan kepada temannya ketika mereka kembali ke kelompok asalnya.
- Setelah siswa berdiskusi dalam kelompok ahli maupun kelompok asal, selanjutnya dilakukan presentasi masing-masing kelompok atau dilakukan pengundian salah satu kelompok untuk menyajikan hasil diskusi kelompok yang telah dilakukan agar guru dapat menyamakan persepsi pada materi pembelajaran yang telah didiskusikan.
- Guru memberikan kuis untuk siswa secara individual.
- Guru memberikan penghagaan pada kelompok melalui skor penghargaan berdasarkan perolehan nilai peningkatan hasil belajar individual dari skor dasar ke skor kuis berikutnya.
- Materi sebaiknya secara alami dapat di bagi menjadi beberapa bagian materi pembelajaran.
- Perlu diperhatikan bahwa jika menggunakan Jigsaw untuk belajar materi baru maka perlu dipersiapkan suatu tuntunan dan isi materi yang runtut serta cukup, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.
Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Jigsaw
Berdasarkan konsepnya yang akan membuat siswa bertanggung jawab terhadap diri sendiri dan kelompoknya, serta harus mampu menjadi delegasi dan membantu sesama, jigsaw merupakan salah satu penerapan pembelajaran kooperatif yang paling optimal. Hampir seluruh kriteria dan indikator kerja sama akan muncul dengan sendirinya.
Bagaimana tidak, semua konsep utama pembelajaran kooperatif hadir dalam wujud kuat yang digabungkan dalam satu kegiatan. Namun, mungkin hal ini juga yang membuatnya lebih sulit untuk diterapkan. Jigsaw dapat menjadi terlalu kompleks dan berbelit-belit baik bagi guru maupun siswa. Berkenaan dengan hal tersebut, berikut adalah beberapa kelebihan dan kekurangan yang menyelubungi model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.
Kelebihan Pembelajaran Jigsaw
Menurut Hamdayama (2014, hlm. 83) model pembelajaran jigsaw memiliki beberapa kelebihan antara lain sebagai berikut.
- Mempermudah pekerjaan guru dalam mengajar, karena sudah ada kelompok ahli yang bertugas menjelaskan materi kepada rekan-rekannya kelompoknya.
- Pemerataan penguasaan materi dapat dicapai dalam waktu yang lebih singkat.
- Model pembelajaran ini dapat melatih siswa untuk lebih aktif dalam berbicara dan berpendapat.
Selanjutnya, Ibrahim (dalam Majid, 2017, hlm. 184) mengemukakan bahwa kelebihan model pembelajaran jigsaw adalah sebagai berikut.
- Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja sama dengan siswa lain.
- Siswa dapat menguasai pelajaran yang disampaikan dengan lebih baik.
- Setiap anggota siswa berhak menjadi ahli dalam kelompoknya.
- Di dalam proses belajar mengajar siswa saling ketergantungan positif.
- Setiap siswa dapat saling mengisi satu sama lain.
Kelemahan Pembelajaran Jigsaw
Sementara itu kelemahan dari model pembelajaran jigsaw menurut Hamdayama (2014, hlm. 83) adalah sebagai berikut.
- Siswa yang aktif akan lebih mendominasi diskusi dan cenderung mengontrol jalannya diskusi.
- Siswa yang memiliki kemampuan membaca dan berpikir yang lebih rendah akan mengalami kesulitan untuk menjelaskan materi apabila ditunjuk sebagai tenaga ahli.
- Siswa yang lebih cerdas akan cenderung merasa bosan ketika menerima penjelasan dari rekannya yang kurang setara dengannya.
- Pembagian kelas berisiko tidak heterogen, karena adanya kemungkinan terbentuk kelompok yang anggotanya kurang menonjol semua atau sebaliknya.
- Penugasan anggota kelas untuk menjadi tim ahli sering tidak sesuai antara kemampuan dengan kompetensi yang harus dipelajari.
- Siswa yang tidak terbiasa untuk berkompetisi akan sulit untuk mengikuti proses pembelajaran.
Ibrahim (dalam Majid, 2017, hlm. 184) juga mengemukakan beberapa kelemahan jigsaw yang meliputi beberapa poin di bawah ini.
- Membutuhkan waktu yang lama.
- Siswa yang pandai cenderung tidak mau disatukan dengan temannya yang kurang pandai dan yang kurang pandai pun merasa kurang percaya diri apabila digabungkan dengan temannya yang dianggap lebih pandai, walaupun lama kelamaan perasaan itu akan hilang dengan sendirinya.
Referensi
- Fathurrohman, Muhammad. (2015). Model-model Pembelajaran Inovatif. Yogyakarta: Ar-ruzz Media.
- Hamdayama, J. (2014). Model dan Metode Pembelajaran Kreatif dan Berkarakter. Bogor: Ghalia Indonesia.
- Isjoni. (2019). Cooperative Learning. Bandung: Alfabeta.
- Istarani. (2014). Model Pembelajaran Inovatif. Medan: Media Persada.
- Majid, A. (2017). Strategi Pembelajaran. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
- Rusman. (2018). Model – Model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
- Suherti, Euis & Rohimah, Siti Maryam. (2016). Bahan Ajar Mata Kuliah Pembelajaran Terpadu. Bandung: Universitas Pasundan.
- Yamin, Martinis. (2013). Strategi dan Metode dalam Model Pembelajaran. Jakarta: GP Press Grup.
IZIN SHARE .SEBAGAI REFERENSI
Silakan, dengan senang hati.