Konsep diri merupakan satu dari aspek dari keberadaan diri di tengah-tengah lingkungan sosial. Artinya konsep diri di sini bukan mengenai individu atau diri sendiri yang terisolasi dari dunia luar. Konsep diri adalah pembentukan identitas diri dan bagaimana kita berpikir mengenai kita sendiri di tengah-tengah suatu kelompok atau lingkungan sosial.

Telah menjadi rahasia umum di bidang psikologi bahwa kepribadian pada dasarnya ibarat topeng yang dikenakan oleh seseorang. Hal tersebut terjadi karena saat berada di lingkungan sosial semua orang memiliki konsep diri masing-masing berdasarkan cara pandangnya sendiri terhadap lingkungan sosial yang ia hadapi. Setiap individu tidak dapat murni menjadi dirinya sendiri karena sifat dasar manusia adalah makhluk sosial yang bergantung pada orang lain untuk dapat bertahan hidup, baik secara langsung maupun tidak di tengah abad informasi ini.

Persoalan diri yang berada dalam lingkungan sosial ini disebut sebagai diri-sosial atau social-self yang menurut Baron dan Byrne (2003 dalam Maryam, 2018, hlm. 47) adalah mengenai bagian dari siapakah diri kita dan bagaimana kita berpikir tentang diri kita sendiri ditentukan oleh identitas kolektif yang disebut sebagai diri social (social self). Konsep diri merupakan salah satu bagian dari diri-sosial yang terdiri atas: konsep diri, harga diri, kesadaran diri, presentasi diri, dan pengungkapan diri.

Pada artikel ini akan dibahas mengenai konsep diri terlebih dahulu. Untuk lebih jelasnya berikut adalah berbagai uraian mengenai konsep diri sebagai salah satu konsep dasar dalam psikologi sosial.

Pengertian Konsep Diri (Self-Concept)

Menurut Deaux dkk (dalam Sarwono & Meinarno 2018, hlm. 53) konsep diri adalah sekumpulan perasaan dan keyakinan seseorang mengenai dan terhadap dirinya sendiri. Sementara itu menurut Brooks (dalam Putra 2017, hlm. 7) konsep diri merupakan pandangan dan perasaan individu tentang dirinya sendiri dan sebagai pribadi yang orang lain harapkan. Konsep diri bukanlah hal yang ditimbulkan dari pribadi seseorang saja, melainkan ditimbulkan atas interaksinya dengan orang lain (proses sosial). Seperti yang diungkapkan oleh Riswandi (dalam Widiarti, 2017, hlm. 137) bahwa konsep diri adalah pemahaman mengenai diri sendiri yang timbul karena interaksi dengan orang lain.

Sedangkan menurut Burn (1993) konsep diri merupakan kesan terhadap diri sendiri secara keseluruhan yang mencakup pendapatnya sendiri terhadap diri sendiri, pendapat tentang gambaran diri di mata orang lain, dan pendapatnya tentang hal-hal yang ingin dicapainya. Dengan begitu konsep diri mencakup banyak sudut pandang sekaligus, tidak hanya pada suatu perspektif saja. Seperti yang diungkapkan oleh Hurlock bahwa konsep diri merupakan gambaran seseorang mengenai diri sendiri yang merupakan gabungan dari keyakinan fisik, psikologis, sosial, emosional aspiratif dan prestasi yang mereka capai.

Konsep diri adalah komponen kognitif mengenai diri seseorang yang merujuk pada keseluruhan keyakinan individu tentang dirinya di lingkungan sosial (Kassin dkk, 2008 dalam Maryam, 2018, hlm. 47). Artinya, konsep diri melibatkan proses mental berpikir (kognisi) mengenai keyakinan individu tentang dirinya sendiri. Hal ini disebut sebagai self-schemas yang merupakan salah satu komponen kognitif sosial. Seperti yang diungkapkan oleh Markus (1977) bahwa self-schemas adalah keyakinan individu tentang dirinya sendiri yang memandu pemrosesan informasi (kognitif) yang relevan dengan dirinya.

Sementara itu menurut Brehm & Kassin (1996 dalam Maryam, 2018, hlm. 47) konsep diri merupakan keyakinan yang dimiliki individu tentang atribut yang dimilikinya. Atribut-atribut ini adalah berbagai cara berpikir, pandangan, karakteristik, bahkan kepribadian seseorang ketika berhadapan dengan lingkungan sosial. Banyak ahli psikologi sosial yang sudah tidak membahas konteks sosial ketika membicarakan konsep diri, karena biasanya mereka meyakini bahwa individu memang terbentuk oleh lingkungan sosial pula, tidak ada yang benar-benar unik dan terisolasi.

Selanjutnya, Kenrick dkk (2002 dalam Maryam, 2018, hlm. 47) mengungkapkan bahwa konsep diri adalah suatu representasi mental yang menggambarkan pandangan dan keyakinan individu tentang dirinya sendiri. Konsep diri merupakan keyakinan (belief) individu tentang atribut yang melekat dalam diri sendiri, di mana keyakinan tersebut muncul setelah individu menyadari tentang dirinya dengan sifat-sifat yang melekat, baik melalui pengalaman pribadi, interaksi sosial, maupun dari proses perenungan (Suryanto, dkk, 2012 dalam Maryam, 2018, hlm. 48).

Aspek-aspek Konsep Diri

Konsep diri terdiri atas beberapa aspek-aspek yang menyelubunginya. Menurut Berzonsky (dalam Nurhaini 2018, hlm. 215) aspek-aspek dari konsep diri adalah sebagai berikut.

  1. Aspek fisik
    Merupakan penilaian seseorang terhadap segala sesuatu yang dimilikinya. Seperti warna kulit, tinggi dan berat badan, tampan, cantik, sedang, jelek, kondisi badan yang normal atau cacat.
  2. Aspek sosial
    Merupakan bagaimana peranan sosial yang dimainkan oleh seseorang dan sejauh mana penilaian terhadap kerjanya. Contohnya adalah orang tua, teman, lingkungan sekolah.
  3. Aspek moral
    Merupakan nilai-nilai etika dan prinsip-prinsip yang memberi arti dan arah bagi kehidupan seseorang.
  4. Aspek psikis
    Merupakan pikiran, perasaan, dan sikap individu terhadap dirinya sendiri.

Konsep Diri Positif dan Negatif

Karena konsep diri adalah kesan dan pendapat diri mengenai dirinya sendiri, konsep diri dapat mengarah pada yang positif dan negatif. Saat konsep diri seseorang bersifat positif, maka mereka akan mendapatkan rasa percaya diri, sebaliknya jika konsep diri individu bersifat negatif maka ia akan lebih mudah tersinggung dan mengalami afeksi negatif lainnya. Untuk lebih jelasnya, berikut adalah karakteristik individu yang memiliki konsep diri positif dan negatif.

Karakteristik Konsep Diri Positif

Menurut Brooks dan Emmart (dalam Hidayat dan Bashori 2016, hlm. 40) karakteristik individu yang memiliki konsep diri positif adalah sebagai berikut.

  1. Merasa mampu mengatasi masalah.
    Memiliki pemahaman diri yang baik terhadap kemampuan subyektif untuk mengatasi persoalan-persoalan objektif yang dihadapi.
  2. Merasa setara dengan orang lain.
    Memahami bahwa manusia tidak dilahirkan dengan pengetahuan dan kekayaan. Pengetahuan dan kekayaan didapatkan dari proses belajar dan bekerja. Pemahaman tersebut menyebabkan individu tidak merasa superior atau inferior di hadapan orang lain.
  3. Menerima pujian tanpa rasa malu.
    Memahami penghargaan dan pujian yang layak diberikan terhadap individu berdasarkan hasil kerja dari individu tersebut.
  4. Merasa mampu memperbaiki diri.
    Memiliki kemampuan untuk melakukan proses refleksi diri untuk memperbaiki perilaku yang dianggapnya kurang.

Karakteristik Konsep Diri Negatif

Sementara itu, karakteristik individu yang memiliki konsep diri negatif adalah sebagai berikut.

  1. Peka terhadap kritik.
    Kurangnya kemampuan untuk menerima kritik dari orang lain sebagai proses releksi diri. Kritik dari orang lain sering kali dianggap sebagai upaya untuk menjatuhkan harga diri.
  2. Responsif terhadap pujian.
    Bersikap berlebihan terhadap tindakan yang telah dilakukan sehingga merasa segala tindakannya perlu mendapatkan penghargaan. Segala bentuk pujian yang menunjang harga diri pasti akan menjadi perhatiannya.
  3. Cenderung merasa tidak disukai oleh orang lain.
    Perasaan subyektif bahwa orang lain di sekitar individu memiliki pandangan negatif terhadap dirinya. Oleh karena individu sulit menjalin persahabatan yang tulus karena ia selalu memosisikan diri sebagai korban dari situasi sosial.
  4. Mempunyai sikap hiperkritik.
    Suka memberikan kritik negatif secara berlebihan terhadap individu lain. Kegemarannya mengkritik individu lain yang tidak sebanding dengan keengganannya menerima kritik.
  5. Mengalami hambatan dalam interaksi dengan lingkungan sosialnya.
    Individu ini merasa kurang mampu berinteraksi dengan orang lain. Individu tidak berani bersaing dengan orang lain untuk mencapai prestasi tinggi.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Konsep Diri

Argyke (dalam Nurhaini 2018, hlm. 216) menyatakan bahwa terbentuknya konsep diri dipengaruhi oleh beberapa faktor yang di antara lain adalah sebagai berikut.

  1. Reaksi dari orang lain
    Caranya dengan mengamati pencerminan perilaku seseorang terhadap respon orang lain, dapat dipengaruhi dari diri orang itu sendiri.
  2. Perbandingan dengan orang lain
    Konsep diri seseorang sangat tergantung pada cara orang tersebut membandingkan dirinya dengan orang lain.
  3. Peranan seseorang
    Setiap orang pasti memiliki citra dirinya masing-masing, sebab dari situlah orang tersebut memainkan peranannya.
  4. Identifikasi terhadap orang lain
    Pada dasarnya seseorang selalu ingin memiliki beberapa sifat dari orang yang dikaguminya.

Sementara itu menurut Kenrick dkk (dalam Maryam, 2018, hlm. 48) Faktor atau sumber-sumber yang membentuk konsep diri atau pengetahuan tentang diri (self) amatlah banyak dan kompleks namun dapat digeneralisir pada beberapa faktor di bawah ini.

  1. Proses persepsi diri (self perception process)
    Individu mempersepsi dirinya dengan mengamati perilakunya sendiri dalam keseharian.
  2. Penaksiran yang direfleksikan (reflected appraisals process)
    Individu melakukan penaksiran tentang dirinya sendiri dengan merefleksikan atau bercermin dari apa yang dikatakan orang lain tentang tentang dirinya. Evaluasi tentang diri individu dipengaruhi oleh apa yang diucapkan orang lain tentang individu. Misalnya, ketika orang tua mengatakan kepada anaknya bahwa dia pandai, anak akan berpikir seperti apa yang dikatakan orang tua tersebut.
  3. Perbandingan sosial (social comparison)
    Menurut Festinger (1954), individu memperoleh pengetahuan tentang dirinya dengan cara membandingkan dirinya (kemampuan, sikap, keyakinan, tingkah laku) dengan orang lain. Misalnya, ketika seseorang membandingkan bahwa nilainya lebih baik dari teman-teman lainnya, individu akan mengetahui tentang kemampuannya.
  4. Memori autobiografi (autobiographical memories)
    Filosof James Mill berpendapat bahwa fenomena self dan memori bagaikan dua sisi mata uang. Tanpa memori autobiografi (ingatan tentang urutan kejadian yang telah kita alami), kita tidak akan memiliki konsep diri yang koheren (Kassin, Fein, & Markus, 2008). Seseorang bisa mengenali dirinya dari ingatan tentang pengalaman penting selama hidupnya. Ketika orang-orang diminta untuk mengingat kembali pengalamannya, mereka biasanya melaporkan lebih banyak peristiwa yang baru saja terjadi daripada masa lalu yang jauh ke belakang.
  5. Pengaruh budaya
    Konsep diri juga dipengaruhi oleh faktor budaya. Budaya individualisme dan kolektivisme mempengaruhi cara pandang seseorang terhadap konsep diri dan identitas diri. Menurut Hazel Markus dan Shinobu Kitayama (1991), sebagian besar bangsa Amerika Utara dan Eropa memiliki independent view tentang self, yang beranggapan bahwa self merupakan sebuah entitas yang berbeda, otonom (mandiri), dan unik. Keberhasilan seseorang dipandang karena usaha sendiri. Namun pada banyak negara di Asia, Afrika, dan Amerika Latin, orang-orang memegang interdependent view tentang diri (self), yang beranggapan bahwa self merupakan bagian dari sebuah jaringan sosial yang lebih besar yang mencakup keluarga, rekan kerja, dan orang-orang lain yang terhubung secara sosial. Pada pandangan ini, orang-orang tidak menganggap keberhasilannya karena usaha sendiri, melainkan karena kerja sama dalam kelompok. Jadi, orientasi budaya seseorang mempengaruhi caranya memersepsi, mengevaluasi, dan mempresentasikan dirinya dalam relasi dengan orang lain.

Referensi

  1. Hidayat, K., Bashori, K. (2016). Psikologi Sosial. Jakarta: Erlangga.
  2. Maryam, E.W. (2018). Psikologi sosial. Sidoarjo: UMSIDA Press.
  3. Nurhaini, Dwi. (2018). Pengaruh Konsep Diri dan Kontrol Diri Dengan Perilaku Konsumtif Terhadap Gadget Remaja SMAN 1 Tanah Grogot. Jurnal Fisip Unmul, 6 (1).
  4. Putra, R.A. (2017). Konsep diri anggota mahasiswa pecinta alam fisip universitas riau. Jurnal FISIP Universitas Riau, 4 (2).
  5. Sarwono, Sarlito W. & Eko A. Meinarno. (2018). Psikologi sosial. Jakarta: Penerbit Salemba Humanika.
  6. Widiarti, Pratiwi Wahyu. (2017). Konsep diri (self concept) dan komunikasi interpersonal dalam pendampingan pada siswa smp se kota yogyakarta. Jurnal Cakrawala Pendidikan, 47 (1).

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *