Pengambilan keputusan merupakan hal krusial yang harus dilakukan saat kita dihadapkan pada berbagai situasi dan masalah yang harus diatasi dan perlu pemecahan, termasuk dalam pengelolaan manajemen. Suatu persoalan yang terjadi dalam suatu organisasi akan memunculkan berbagai alternatif yang dapat diambil. Pengambilan keputusan adalah seni untuk memilih berbagai alternatif tersebut untuk menghasilkan pemecahan masalah yang paling bermanfaat terhadap tujuan organisasi atau perusahaan.

Keputusan sendiri berarti menganalisis dan memilih suatu strategi atau tindakan untuk memecahkan suatu persoalan. Seperti yang diungkapkan oleh Drummond (2013, hlm. 68) bahwa keputusan adalah mengidentifikasikan dan menilai secara objektif semua pilihan yang memungkinkan untuk memecahkan persoalan dengan pertimbangan menentukan keuntungan serta kerugiannya masing-masing.

Bukan hanya untuk mencapai tujuan atau mendapatkan keuntungan yang terbaik saja, terkadang pengambilan keputusan dapat berarti keberlangsungan perusahaan pula. Misalnya, suatu perusahaan yang memproduksi produk teknologi tak jarang membutuhkan waktu riset dan pengembangan yang sangat lama, bahkan hingga 5 sampai 10 tahun sebelum produk tersebut dapat dipasarkan. Dengan demikian, keputusan untuk memproduksi apa akan menjadi penentu keberlangsungan organisasi untuk 5 hingga 10 tahun kemudian; make or break it.

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa pengambilan keputusan merupakan salah satu unsur vital dalam pengelolaan manajemen organisasi. Berikut adalah berbagai uraian mengenai pengambilan keputusan dalam manajemen maupun bidang keilmuan dan praktik lainnya yang membutuhkannya.

Pengertian Pengambilan Keputusan

Pengambilan keputusan merupakan serangkaian proses pemilihan dari pilihan alternatif yang tersedia dengan mempertimbangkan berbagai kepentingan dari pihak-pihak yang terkait (Krisnandi dkk, 2019, hlm. 78). Proses pemilihan tersebut biasanya dimulai dari pengidentifikasian masalah dan tujuan, penyusunan, penganalisisan, pemilihan berbagai alternatif yang relevan, pengambilan keputusan yang dinilai paling tepat, hingga pengevaluasian efektivitas dari keputusan yang telah diambil.

Dari berbagai pengertian keputusan dan pengambilan keputusan yang sebelumnya telah disampaikan, tampaknya kita dapat membuat sangkaan bahwa membuat pilihan adalah bagian yang besar dalam proses pengambilan keputusan, padahal bukan. Membuat pilihan hanyalah satu bagiannya saja (Fahmi, 2016, hlm. 2). Sedangkan pengambilan keputusan adalah proses dalam mengenali masalah-masalah dan peluang-peluang untuk kemudian dipecahkan (Sadikin dkk, 2020, hl. 81). Artinya, seluruh proses dalam membuat, mengumpulkan, dan menganalisis alternatif penyelesaian masalahnya pun sama pentingnya, bukan sekedar pemilihannya saja.

Dapat disimpulkan bahwa pengertian pengambilan keputusan adalah serangkaian proses mengenali masalah-masalah hingga peluang-peluang penyelesaiannya untuk kemudian dipilih untuk digunakan dalam menyelesaikan masalah berdasarkan berbagai pertimbangan berbagai kepentingan dari seluruh pihak yang terkait.

Komponen Pengambilan Keputusan

Pengambilan keputusan terbaik membutuhkan rumusan dan dukungan data objektif yang akurat. Hal tersebut karena setiap keputusan yang dibuat akan berdampak sangat besar pada seluruh sisi yang menjalankan keputusan tersebut, baik pada saat keputusan itu diambil maupun di masa yang akan datang. Dengan demikian, kita harus mampu membuat keputusan secara holistik dari seluruh penyusun komponennya. Menurut Starr (dalam Sadikin dkk, 2020, hlm. 85-86) komponen-komponen pengambilan keputusan adalah sebagai berikut.

  1. Penetapan Tujuan
    Sebelum keputusan dibuat maka yang pertama harus ditanyakan “untuk apa keputusan ini di buat? apakah keinginan mencapai keputusan seiring dengan kemampuan dalam menjalankan dan dampak keputusan.
  2. Identifikasi Alternatif
    Setelah menetapkan tujuan maka dapat dilanjutkan dengan menetapkan berbagai alternatif-alternatif yang mendasari mencapai tujuan tersebut. Untuk mencapai satu tujuan tentu ada banyak alternatif yang dapat diambil namun tetap dipertimbangkan segala dampak dari alternatif yang diambil.
  3. Uncontrollable Events
    Alternatif yang diambil harus mampu melihat pada kondisi sekarang terhadap kondisi yang akan datang, jangan sampai keputusan yang diambil tidak mempertimbangkannya. Jika ternyata keputusan yang kita ambil tidak dapat dilakukan karena hal di luar dari kemampuan kita (uncontrollable event) maka harus diusahakan mencari solusi alternatif atas kondisi terbaru yang muncul.
  4. Sarana Mengukur Hasil
    Pengambilan keputusan harus memiliki sarana mengukur hasil yang ditetapkan. Alat atau sarana ini berfungsi untuk menjembatani antara keputusan terhadap realisasi. Jika keputusan yang diambil tidak sesuai dengan realisasi berarti putusan tersebut salah dan sebaliknya jika keputusan sesuai dengan realisasi yang dicapai maka dapat dikatakan keputusan tersebut berhasil. Salah satu sarana mengukur hasil yang dapat digunakan adalah pembanding, seperti hasil dari keputusan lain yang sebelumnya telah dilakukan, dsb.

Jenis Jenis Keputusan Manajemen

Dalam manajemen, keputusan merupakan salah satu camilan sehari-hari yang tidak terelakan. Oleh karena itu, natural rasanya jika terdapat beberapa jenis keputusan di dalamnya. Secara umum, Herbert Simon (1958 dalam Krisnandi dkk, 2019, hlm. 78-79) membedakan keputusan menjadi dua jenis sebagai berikut.

  1. Keputusan Terpogram (Programmed Decisions)
    Keputusan yang terprogram adalah keputusan yang terstruktur atau yang muncul berulang-ulang. Jika sering terjadi suatu situasi khusus, maka biasanya akan digunakan aturan, kebijakan, dan prosedur rutin untuk memecahkannya. Pada tingkat tertentu, keputusan terprogram ini akan membatasi kebebasan seorang manajer. Misalnya dalam memutuskan jumlah bahan baku yang harus tersedia di gudang manajer tidak bisa terlepas dari prosedur penghitungan yang biasa digunakan. Di sisi lain, keputusan terprogram bisa membebaskan manajer dari berbagai tugas rutin.
  2. Keputusan Tidak Terprogram (Non-Programmed Decisions)
    Keputusan tidak terprogram adalah keputusan yang diambil secara sesekali, bukan secara rutin ataupun berulang-ulang. Oleh karena hanya diputuskan sesekali, maka tidak ada standar jelas untuk penanganannya karena keputusan tersebut berkaitan dengan permasalahan yang rumit, penting, ataupun belum pernah ditangani sebelumnya. Permasalahan tersebut perlu ditangani secara khusus dengan berbekal intuisi dan pengalaman manajer untuk penyelesaiannya mengingat belum adanya standar khusus yang diperuntukkan baginya.

Sementara itu, Supranto (dalam Sadikin dkk, 2020, hlm. 88)  mengemukakan bahwa secara umum pengambilan keputusan dapat dibagi kepada empat kategori, yakni:

  1. Pengambilan keputusan dalam keadaan ada kepastian;
  2. Pengambilan keputusan dalam keadaan ada risiko;
  3. Pengambilan keputusan dalam keadaan ketidakpastian;
  4. Pengambilan keputusan dalam keadaan ada konflik.

Teori Pengambilan Keputusan

Lalu sebetulnya bagaimana cara mengambil keputusan yang baik? Apakah terdapat acuan dasar untuk menentukan bahwa suatu pengambilan keputusan dilakukan sesuai dengan kebutuhan manajemen? Secara umum, terdapat beberapa teori pengambilan keputusan yang biasa diaplikasikan oleh manajemen. Beberapa teori pengambilan keputusan tersebut adalah sebagai berikut.

Teori Rasional Komprehensif

Teori pengambilan keputusan yang paling dikenal dan mungkin pula yang banyak diterima oleh kalangan luas ialah teori rasional komprehensif. Unsur-unsur utama dari teori ini dapat dikemukakan sebagai berikut.

  1. Pembuat keputusan dihadapkan pada suatu masalah tertentu yang dapat dibedakan dari masalah-masalah lain atau setidaknya dinilai sebagai masalah-masalah yang dapat diperbandingkan satu sama lain.
  2. Tujuan-tujuan, nilai-nilai, atau sasaran yang menjadi pedoman untuk pembuat keputusan agar dapat menimbang dengan dan mengamati dengan jelas, sehingga dapat ditetapkan rangkingnya sesuai dengan urutan kepentingannya untuk diteliti secara saksama.
  3. Akibat-akibat (biaya dan manfaat) yang ditimbulkan oleh setiap alternatif yang dipilih haruslah dianalisis.
  4. Setiap alternatif dan masing-masing akibat yang menyertainya, dapat diperbandingkan dengan alternatif-alternatif lainnya.
  5. Pembuat keputusan akan memilih alternatif dan akibat-akibat yang dapat memaksimalkan tercapainya tujuan, nilai, atau sasaran yang telah ditentukan.

Teori Inkremental

Teori inkremental dalam pengambilan keputusan mencerminkan suatu teori pengambilan keputusan yang menghindari banyak masalah yang harus dipertimbangkan (seperti dalam teori rasional komprehensif) dan, pada saat yang sama, merupakan teori yang lebih banyak menggambarkan cara yang ditempuh oleh pejabat-pejabat pemerintah dalam mengambil keputusan sehari-hari.

Teori Pengamatan Terpadu (Mixed Scanning Theory)

Teori ini diusung oleh seorang sosiolog, yakni Amitai Etzioni. Etzioni setuju terhadap teori inkremental yang diarahkan pada teori rasional komprehensif. Akan tetapi ia juga merumuskan beberapa kelemahan yang terdapat pada teori inkremental. Misalnya, keputusan-keputusan yang dibuat oleh pembuat keputusan penganut model inkremental akan lebih mewakili atau mencerminkan kepentingan-kepentingan dari kelompok-kelompok yang kuat dan mapan serta kelompok-kelompok yang mampu mengorganisasikan kepentingannya dalam masyarakat, sementara itu kepentingan-kepentingan dari kelompok-kelompok yang lemah dan yang secara politis tidak mampu mengorganisasikan kepentingannya praktis akan terabaikan.

Fungsi Pengambilan Keputusan

Menurut Sadikin dkk (2020, hlm. 88) pengambilan keputusan memiliki fungsi-fungsi sebagai berikut.

  1. Pangkal permulaan dari semua aktivitas manusia yang sadar dan terarah, baik secara individual maupun secara kelompok, baik secara institusional maupun secara organisasional.
  2. Sesuatu yang bersifat futuristik, artinya bersangkut paut dengan hari depan, masa akan datang, di mana efeknya atau pengaruhnya berlangsung cukup lama.

Tujuan Pengambilan Keputusan

Sementara itu, beberapa tujuan pengambilan keputusan antara lain adalah sebagai berikut.

  1. Tujuan Yang Bersifat Tunggal,
    terjadi apabila keputusan yang dihasilkan hanya menyangkut satu masalah, artinya bahwa sekali diputuskan, tidak ada kaitannya dengan masalah lain.
  2. Tujuan Yang Bersifat Ganda,
    terjadi apabila keputusan yang dihasilkan menyangkut lebih dari satu masalah, artinya bahwa keputusan yang diambil itu sekaligus memecahkan dua masalah atau lebih, yang bersifat kontradiktif atau yang tidak kontradiktif (Sadikin dkk, 2020, hlm. 88).

Proses Pengambilan Keputusan

Seperti yang telah diutarakan sebelumnya, pengambilan keputusan merupakan suatu proses manajemen yang dimulai dengan perencanaan atau persiapan dan berakhir dengan pengendalian. Untuk mendapatkan hasil yang baik, pengambilan keputusan seharusnya mengikuti suatu tahapan yang sistematis dan terkendali. Menurut Herjanto (dalam Sadikin dkk, 2020, hlm. 94-95) tahapan dalam proses pengambilan keputusan adalah sebagai berikut.

  1. Identifikasi masalah dan faktor-faktor yang berpengaruh
    Kegiatan ini berupa identifikasi masalah secara jelas dan tepat termasuk mengetahui faktor-faktor yang menjadi penyebab dan mempengaruhi hasil keputusan. Merupakan tahap yang penting karena kesalahan identifikasi mempengaruhi efektif tidaknya pengambilan keputusan yang akan dibuat.
  2. Tetapkan tujuan dan kriteria keputusan untuk memilih solusi
    Tujuan dari suatu pengambilan keputusan dapat bermacam-macam, misalnya memaksimalkan keuntungan, penggunaan sumber daya yang minimal, memperluas pangsa pasar, mengalahkan pesaing, bisa dalam jangka pendek atau jangka panjang. Manajer harus menetapkan tujuan yang menjadi prioritas utama, serta kriteria keberhasilan dan ukurannya secara objektif.
  3. Kembangkan model dengan beberapa alternatifnya
    Kembangkan beberapa model yang menggambarkan situasi/keadaan yang diamati. Model dapat dibuat dalam bentuk fisik, skematik, atau matematis, dan harus diusahakan memuat unsur-unsur utama yang dapat mencerminkan keadaan nyata dari situasi yang diamati.
  4. Analisis model dan bandingkan
    Lakukan analisis terhadap model dan alternatifnya. Tahap ini merupakan pengembangan penyelesaian masalah untuk mencari kemungkinan berbagai jenis solusi yang dapat diambil.
  5. Pilih model terbaik
    Pilih solusi yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan dan realistis untuk diimplementasikan.
  6. Terapkan model terpilih
    Terapkan hasil keputusan dan lakukan penyesuaian seperlunya jika diperlukan. Tahap ini mencakup kegiatan memantau pelaksanaan keputusan untuk menjamin hasil yang dikehendaki tercapai.

Referensi

  1. Drumond, Helga. (2013). Metode Penelitian Bisnis. Erlangga: Jakarta.
  2. Fahmi, Irwan. (2016). Teori dan Teknik Pengambilan Keputusan, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
  3. Krisnandi H., Efendi S., Sugiono E. (2019). Pengantar manajemen. Jakarta: LPU-UNAS.
  4. Sadikin, A., Misra, I., Hudin, M.S. (2020). Pengantar manajemen dan bisnis. Yogyakarta: K-Media.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *