Pengertian Cerpen

Pengertian cerpen adalah karangan bebas berupa kisah yang bercerita dengan jumlah kata dan halaman yang relatif lebih singkat serta mengandung plot yang lebih terbatas. Salah satu ciri terkuat dari cerpen adalah ceritanya dapat dibaca hingga selesai dalam sekali duduk (satu sesi). Hal itu tentunya berbeda dengan novel yang dapat menghabiskan waktu berhari-hari untuk menyelesaikannya.

Pengertian Cerpen Menurut Para Ahli

Cerpen biasanya hanya memberikan kesan tunggal dan memusatkan fokus pada satu tokoh dan situasi saja yang penuh konflik, peristiwa dan pengalaman (Nurhayati, 2019, hlm. 116). Cerpen juga dapat disebut sebagai karangan fiktif yang berisikan hanya sebagian kisah kehidupan seorang tokoh (slice of life).

Namun demikian, cerpen juga bisa saja berisi keseluruhan kisah kehidupan yang diceritakan secara ringkas dan berfokus pada suatu tokoh tertentu saja. Hal tersebut selaras dengan pendapat Semi (dalam Nurhayati, 2019, hlm. 116) bahwa cerpen adalah karya sastra yang memuat penceritaan secara memusat kepada suatu peristiwa pokok saja.

Perlu dicatat pula bahwa cerpen tidak hanya berbeda dalam jumlah kata atau halaman yang jauh lebih sedikit saja jika dibandingkan dengan novel. Plotnya juga sengaja terbatas agar cerita lebih ringan dalam segi prosi, namun bobot muatannya sendiri tidak terbatas dan dapat sekuat novel.

Hubungan Prosa Fiksi dan Pengertian Cerpen

Cerpen adalah salah satu varian dari prosa fiksi atau cerita rekaan. Akan lebih mudah untuk memahami apa itu cerpen jika kita mengetahui apa itu prosa dan membandingkannya dengan jenis karya prosa fiksi lainnya.

Prosa fiksi sendiri adalah salah satu genre sastra yang berupa karangan bebas yang menceritakan suatu kisah berplot. Menurut Nurgiyantoro (2019, hlm. 2) Fiksi adalah sesuatu yang tidak ada dan tidak terjadi di dunia nyata. Jadi, cerpen juga adalah suatu kisah yang tidak ada dan tidak terjadi di dunia nyata. Prosa fiksi ini dapat berupa novel, novelet, dan cerpen.

  1. Novel. Memuat plot atau rangkaian peristiwa yang panjang namun tetap saling berhubungan dan menghasilkan jumlah kata dan halaman yang panjang pula.
  2. Novelet. Boleh dibilang adalah novel dengan porsi yang lebih sedikit dan memuat plot yang tidak terlalu panjang namun tidak terlalu pendek pula. Jumlah halamannya tidak setebal novel namun masih lebih banyak dari cerpen pula
  3. Cerpen. Merupakan jenis prosa fiksi yang memiliki plot dan jumlah kata yang ringkas, sehingga cerita dapat dibaca habis dalam waktu yang singkat.

Selain tiga jenis prosa fiksi di atas, belakangan ini terdapat pula fiksi mini atau biasa disingkat dengan fikmin. Format baru prosa fiksi ini biasanya hanya memuat beberapa kalimat saja. Fikmin muncul selaras dengan perkembangan sosial media yang menjadi media penyebaran utamanya. Biasanya penulis membagikannya melalui postingan atau status sosial media.

Penjelasan lengkap mengenai prosa dapat disimak pada artikel berikut ini:

Prosa – Pengertian, Unsur, Jenis & Penjelasan Lengkap

Untuk memperjelas di mana cerpen berada uraian selanjutnya akan membahas ciri-ciri cerpen.

Ciri-Ciri Cerpen

Sebagai suplemen tambahan untuk pemahaman terhadap pengertian cerpen, ada baiknya kita mempelajari pula ciri-ciri dari cerpen itu sendiri. Menurut Nurhayati (2019, hlm. 117) cerpen memiliki beberapa ciri-ciri sebagai berikut.

  1. Bentuk tulisannya singkat, padat, lebih pendek daripada novel.
  2. Terdiri kurang dari 10.000 kata.
  3. Sumber cerita dari kehidupan sehari-hari, baik pengalaman penulis sendiri maupun orang lain.
  4. Tidak melukiskan seluruh kehidupan pelakunya karena mengangkat masalah tunggal atau intisarinya saja.
  5. Tokoh yang dilukiskan mengalami konflik sampai penyelesaiannya.
  6. Penggunaan kata-kata ringkas (ekonomis) dan mudah dimengerti atau dikenal oleh masyarakat luas.
  7. Dapat meninggalkan kesan mendalam dan mampu menggugah perasaan pembaca.
  8. Menceritakan satu peristiwa atau kejadian dari perkembangan dan kegundahan jiwa suatu tokoh.
  9. Beralur tunggal dan biasanya lurus.
  10. Beralur tunggal (hanya memiliki satu alur).
  11. Penokohannya cenderung singkat dan tidak terlalu mendalam.

Beberapa ciri lainnya dari cerpen adalah sebagai berikut.

  1. Memiliki plot atau penglauran yang terbatas.
  2. Penokohan cenderung lebih singkat namun tetap padat.
  3. Tetap dapat meninggalkan kesan dan amanat yang dalam seperti novel.
  4. Hanya mengangkat beberapa peristiwa tertentu yang spesifik.
  5. Bersifat fiksi / rekaan namun tetap dapat menjadi cerminan suatu kebenaran.

Struktur Cerpen

Memahami pengertian cerpen juga berarti harus mengetahui apa saja yang membentuk inti dari cerpen tersebut, yaitu: cerita atau kisah. Struktur cerpen adalah berbagai elemen-elemen yang ketika digabungkan dapat membentuk suatu keutuhan cerita atau kisah dalam cerpen. Seperti bagaimana semua bagian dan organ tubuh kita membangun raga yang membuat kita menjadi seorang manusia utuh. Struktur cerpen adalah sebagai berikut.

  1. Abstrak,
    bagian ini biasanya opsional, merupakan gambaran ide dasar dari suatu cerpen
  2. Orientasi,
    merupakan pengenalan tokoh, latar dan suatu peristiwa yang akan terjadi pada kisah yang akan disampaikan pada cerpen
  3. Komplikasi,
    adalah bagian ketika konflik mulai muncul yang biasanya akan melibatkan tokoh protagonis dan antagonis.
  4. Klimaks,
    merupakan puncak dari konflik yang telah terbentuk dari komplikasi.
  5. Resolusi,
    bagian ketika konflik telah terselesaikan atau mereda, biasanya bagian ini adalah bagian penutup dari cerpen.
  6. Koda,
    bagian opsional, merupakan interpretasi, kesimpulan atau pengejawantahan amanat cerpen secara keseluruhan jika memang diperlukan.

Penjelasan lebih lengkap mengenai struktur cerpen dapat disimak pada tautan di bawah ini.

Struktur Cerpen: Pengertian, Bagian, Susunan, Alur & Kualitas

Unsur Intrinsik Cerpen

Unsur intrinsik adalah berbagai unsur atau elemen yang membentuk suatu cerpen dari dalam cerpen-nya sendiri. Tentunya mengetahui berbagai unsur pembentuk cerpen adalah langkah selanjutnya dari pemahaman pengertian cerpen. Beberapa unsur intrinsik cerpen adalah sebagai berikut.

Tokoh dan Penokohan

Tokoh adalah pelaku cerita dengan sifat dan perannya sendiri. Tokoh diklasifikasikan menjadi:

  1. Tokoh Protagonis, atau tokoh utama dalam suatu kisah,
  2. Antagonis, tokoh yang memiliki konflik dengan Protagonis, dan
  3. Tritagonis, yaitu tokoh penengah antara antagonis dan protagonis.

Sementara itu Penokohan berarti bagaimana tokoh tersebut mendapatkan berbagai sifat dan perannya. Misalnya, terdapat tokoh berkembang yang berarti mengalami perubahan watak atau pandlangan dalam cerita. Ada pula tokoh statis, yang tidak mengalami perubahan dalam kisahnya.

Alur dan Pengaluran / Plot

Alur adalah bagaimana cerita dirangkai, apakah maju yang berarti kisah berawal dari rentang waktu sekarang hingga ke masa depan, atau justru mundur dari masa depan ke masa kini. Alur juga dapat mengandung banyak kilas balik dalam suatu rangkaian alur maju yang membuatnya beralur maju-mundur.

Sementara itu, pengaluran/plot atau plot adalah bagaimana struktur cerita cerpen atau rangkaian peristiwa berhubungan satu sama lain, apakah dimulai dari orientasi (pengenalan) atau langsung menuju konflik. Plot setidaknya akan terdiri dari: a. Orientasi atau masa pengenalan dan dimulainya konflik b. komplikasi, di mana konflik mulai berkembang dan menjadi klimaks (puncak konflik) c. resolusi, adalah penyelesaian konflik secara keseluruhan.

Latar

Latar merupakan tempat, hubungan waktu, dan lingkungan serta keadaan sosial dan tempat terjadinya berbagai rangkaian peristiwa dan tempat tinggal serta beraktivitas para tokoh yang diceritakan.

Gaya Bahasa

Bagaimana gaya bahasa yang digunakan dalam cerita pendek, atau cara mengungkapkan cerita untuk mencapai efek estetis dan memiliki kekuatan daya ungkap yang menggugah seperti majas dan pemilihan diksi (kata) yang indah.

Sudut Pandang

Sudut pandang adalah bagaimana cara menyampaikan cerita. Misalnya penulis cerpen menggunakan sudut pandang pertama (Aku) atau sudut pandang orang ketiga (Dia, mereka).

Tema

Adalah pokok gagasan dari keseluruhan cerita atau kisah. Beberapa contoh tema cerpen di antaranya adalah: cinta, kekuasaan, peperangan, isu sosial, politik, feminisme, dsb.

Amanat

Merupakan pesan moral yang dapat ditarik dari cerita yang disampaikan. Amanat dalam cerpen tidak disampaikan secara langsung, namun diperlihatkan melalui berbagai peristiwa dan watak tokoh yang ada, terdapat tokoh yang baik untuk dicontoh dan bagaimana keburukan akan menimpa tokoh yang memiliki sifat yang tidak baik, dsb.

Penjelasan yang lebih lengkap dan mendetail mengenai unsur intrinsik cerpen dapat dilihat pada tautan di bawah ini:

Unsur Intrinsik Cerpen & Pengertian, Aplikasi Fungsi (Lengkap)

Unsur Ekstrinsik Cerpen

Sementara unsur ekstrinsik adalah berbagai unsur pembentuk yang membentuk cerpen di luar dari cerpen-nya sendiri, misalnya: latar belakang penulis, latar belakang masyarakat yang menyelubungi cerpen, norma di masyarakat, dsb. Berikut adalah penjelasannya:

  1. Latar belakang penulis.
    Latar belakang penulis memberikan pengaruh tidak langsung terhadap cerpen. Bagaimana cara penulis memandang hidup, apa ideologinya, kondisi psikologis hingga ke aliran tulisan yang diusungnya.
  2. Latar belakang masyarakat.
    Melalui bahasa yang digunakan dalam cerpen, secara tidak langsung cerpen juga akan mendapatkan berbagai latar belakang masyarakat penuturnya. Misalnya bagaimana waktu shalat dapat menjadi penunjuk waktu juga dalam bahasa Indonesia. “Saya akan berangkat ke rumahmu ba’da ashar” (sore). Selain itu, kondisi politik, ekonomi dan keadaan sosial dari suatu negara di mana masyarakat tersebut juga dapat secara tidak langsung berpengaruh pada cerpen.
  3. Nilai atau norma di masyarakat.
    Berbagai nilai yang dijunjung oleh masyarakat di mana penulis hidup dan tinggal juga dapat memberikan ke-khas-an tersendiri pada cerpen yang ditulisnya. Nilai agama apa yang menjadi mayoritas, seperti apa nilai budayanya, apakah moralnya terhitung lurus, Bagaimana etika yang dijunjung, dsb.

Berdasarkan uraian dan daftar di atas, maka dapat disimpulkan pula bahwa unsur-unsur ekstrinsik dapat berupa nilai yang terdapat di sekitar di mana cerpen tersebut terbit. Beberapa nilai-nilai tersebut adalah:

  1. Nilai moral/etik
  2. Nilai sosial
  3. Nilai budaya
  4. Nilai estetika
  5. Nilai relijius (keagamaan)
  6. Nilai kemanusiaan
  7. Nilai falsafah hidup
  8. Nilai ekonomi
  9. Nilai pendidikan
  10. Nilai sastra

Fungsi Cerpen

Cerpen adalah salah satu varian dari genre sastra, yaitu prosa. Sehingga secara alami cerpen juga memiliki fungsi yang sama dengan karya sastra, antara lain:

  1. Fungsi Rekreatif (hiburan).
    Fungsi utama dari cerpen adalah untuk menghibur, namun tidak hanya sekedar menghibur saja, cerpen biasanya tetap mengandung berbagai muatan pembelajaran yang diberikan melalui kisah, tokoh dan peristiwa yang terdapat di dalamnya dan tidak disampaikan secara langsung.
  2. Fungsi Didaktif (Pendidikan).
    Pendidikan adalah sifat alamiah dari karya sastra yang dibuat dengan penuh perhatian terhadap struktur dan isinya. Sehingga dapat memberikan amanat, pengetahuan, wawasan atau horison baru yang dapat dihubungkan dengan kehidupan nyata.
  3. Fungsi Sosial.
    Cerpen dapat awareness pembacanya terhadap isu-isu sosial yang tengah terjadi jika ditulis dengan benar. Melalui pencerminan realita, suatu kisah dalam cerpen dapat menggelitik nurani seseorang dalam memandang orang-orang atau komunitas yang ada di sekitarnya.
  4. Fungsi Sejarah.
    Sejarah yang ditulis pada masanya sering ditunggangi oleh kepentingan dari pihak yang diunggulkan pada masanya. Melalui karya sastra dan cerpen spesifiknya, sejarah dapat diguratkan berupa cerminan realita yang difiktifkan, sehingga suatu cerita dalam cerpen dapat menjadi saksi bisu terhadap peristiwa-peristiwa yang terjadi yang pernah dialami atau diketahui oleh penulisnya.
  5. Fungsi Estetis.
    Keindahan rangkaian kata dan gaya bahasa dalam cerpen dapat memberikan kesejukan batin pada pembacanya. Bahasa puitis dan bermakna dalam selalu disematkan pada cerpen yang ditulis dengan baik.

Referensi

  1. Nurgiyantoro, Burhan. (2019). Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: UGM Press.
  2. Nurhayati, Enung. (2019). Cipta Kreatif Karya Sastra. Bandung: Yrama Widya.
  3. Semi, M. Atar. (1993). Anatomi Sastra. Jakarta: Angkasa.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *