Pengertian Unsur Intrinsik Cerpen

Unsur intrinsik cerpen adalah berbagai satuan terkecil yang membentuk suatu cerpen menjadi satu kesatuan utuh dari dalam karyanya sendiri, tanpa konteks ekstrinsik (luar) karya. Konteks ekstrinsik yang dimaksud adalah penulis, masyarakat, dan berbagai konteks lain di luar cerpen.

Unsur-unsur intrinsik cerpen meliputi: tema, tokoh dan penokohan, sudut pandang, latar (setting), plot dan alur, gaya bahasa, dan amanat. Berbagai unsur tersebut adalah satuan-satuan terkecil yang membentuk suatu cerpen. Memecah cerpen menjadi unsur-unsur intrinsiknya akan mempermudah proses analisis cerpen untuk berbagai kebutuhan.

Lalu mengapa kita harus mempelajari, mengetahui dan mengaplikasikan unsur intrinsik cerpen. Bukankah kebanyakan unsur-unsur ini hanya digunakan ketika kita sedang melakukan penelitian atau kajian khusus terhadap suatu cerpen? Sebetulnya unsur-unsur ini juga penting dipelajari saat kita menulis cerpen. Kenapa? Ikuti pembahasan lengkapnya di bawah ini.

Unsur Unsur Intrinsik Cerpen

Pada hakikatnya cerpen adalah prosa fiksi, sehingga memiliki banyak kesamaan dari segi unsur intrinsiknya. Hanya saja, ada beberapa ciri intrinsik khas yang terdapat pada cerpen. Berikut ini adalah penjelasan lengkap dari unsur-unsur intrinsik cerpen.

Tema

Tema merupakan gagasan utama yang menjalin struktur cerita, persoalan, peristiwa-peristiwa yang dibawakan pada suatu cerpen. Misalnya tema cerpen dapat bertema: cinta, kedengkian manusia, filosofis, cerminan sejarah, maupun tema sosial yang menjamah persoalan-persoalan kemanusiaan.

Menurut Nurhayati (2019, hlm. 123) berdasarkan pengolahan tema, cerpen dapat dibagi menjadi dua jenis, yakni sebagai berikut.

  1. Cerpen sempurna (well-made short story),
    yaitu cerpen yang fokus pada satu tema dengan plot yang jelas dan penyelesaian atau ending yang mudah dipahami. Misalnya tema agama yang benar-benar hanya membicarakan agama tanpa bumbu-bumbu tema lain.
  2. Cerpen tak utuh (slice of life short story),
    merupakan cerpen yang tidak fokus pada satu tema dan dapat memancar pada tema lain. Contohnya adalah tema sosial yang masih bernuansa dan berbumbu kasih sayang.

Tokoh dan Penokohan

Tokoh adalah pelaku-pelaku yang terlibat dalam cerita dan peristiwa dari suatu cerpen. Setiap tokoh adalah karakter yang menjadi pembawa pesan hingga amanat yang ingin disampaikan oleh penulis. Tokoh dapat memiliki berbagai sifat dan karakter berbeda tergantung dari kebutuhan cerita dan peristiwa yang ada dalam cerpen.

Sementara itu, penokohan adalah cara penulis untuk mengklasifikasikan jenis karakter atau sifat seorang tokoh yang ingin dibangun. Beberapa penokohan yang dapat dibangun dalam suatu cerpen adalah: tokoh antagonis, protagonist, dsb. Berikut adalah penjelasan dari masing-masing penokohan.

  1. Protagonis,
    adalah tokoh utama yang mendukung cerita. Meskipun disebut tokoh utama, terkadang tokoh protagonis juga terbagi menjadi beberapa figur, bukan hanya satu orang. Tokoh protagonis juga tidak melulu menjadi pribadi yang baik dan sempurna secara moral maupun nilai-nilai lain.
  2. Antagonis,
    merupakan tokoh yang memiliki konflik dengan tokoh protagonist. Tokoh ini identik dengan karakter jahat, namun sebetulnya belum tentu, intinya tokoh ini akan memiliki watak, pemikiran atau ideologi yang terbalik dari tokoh protagonist. Bisa jadi protagonis dalam karya prosa justru berwatak jahat atau netral.
  3. Tritagonis,
    yaitu tokoh pembantu, penengah, atau penyangga, baik untuk protagonis, antagonis, maupun cerita secara keseluruhan.

Pengenalan tokoh dapat dilakukan dengan beberapa teknik. Berikut adalah beberapa penjelasan mengenai berbagai teknik pengenalan tokoh dalam cerpen.

  1. Teknik analitik,
    yaitu pengenalan tokoh langsung oleh penulis yang berperan sebagai narator. Analitik merupakan teknik yang biasa dihindari dalam karya sastra serius namun justru selalu digunakan oleh sastra populer.
  2. Teknik dramatik,
    yakni pengenalan tokoh secara tidak langsung melalui pemikiran tokohnya, lingkungan, peristiwa atau bagaimana hubungan dan interaksi tokoh ini dengan tokoh lain di dalam cerita. Teknik ini adalah teknik yang biasa digunakan oleh sastra serius untuk menanamkan karakter secara tidak langsung dan membuat pembaca dapat menilai karakter atau watak tokoh berdasarkan interpretasinya sendiri.

Latar (Setting)

Latar adalah tempat, waktu hubungan waktu, lingkungan dan keadaan budaya dan sosial dari tempat tertentu yang melatarbelakangi terjadinya kisah dan cerita. Kapan cerita dalam cerpen terjadi? Misalnya di masa sekarang atau justru di masa sejarah bahkan pra-sejarah.

Kapan suatu peristiwa terjadi? Apakah di pagi hari, atau siang hari? Bagaimana keterhubungan waktunya dengan masa kini. Latar dapat bersifat faktual atau imajiner. Artinya bisa jadi latar mengambil kota atau desa yang benar-benar ada di dunia, atau justru sebaliknya.

Plot (alur) dan Pengaluran

Plot, alur atau struktur adalah bagian-bagian yang membentuk suatu cerita dan kisah dari suatu cerpen, novel atau prosa fiksi lainnya. Misalnya, plot memiliki pengenalan tema dan tokoh, awal mula konflik, puncak konflik, hingga bagaimana penyelesaiannya. Plot atau alur yang biasa terdapat dalam cerita prosa adalah sebagai berikut ini.

  1. Abstraksi,
    Abstraksi adalah gambaran umum secara keseluruhan mengenai berbagai situasi, peristiwa dan berbagai unsur lain dalam cerita disampaikan disini. Biasanya plot ini opsional dan jarang digunakan pada cerpen.
  2. Orientasi (Pengenalan),
    Orientasi berkutat dengan awal mula cerita, biasanya dimulai dengan perkenalan tokoh (biasanya tokoh utama) penjelasan latar dan mendetailkan tema secara keseluruhan cerpen.
  3. Komplikasi,
    adalah awal mula munculnya konflik yang biasanya terjadi antara tokoh protagonis dan antagonis. Bagian ini menyebabkan bagaimana sebab-akibat terjadinya konflik dari antagonis dan protagonist.
  4. Pencapaian Konflik,
    merupakan bagian di mana konflik semakin berkembang dan hampir menuju puncaknya (klimaks).
  5. Puncak Konflik (Klimaks),
    Puncak konflik adalah keadaan di mana konflik telah mencapai puncaknya, ketika pertentangan antar protagonis dan antagonis dalam kondisi paling mendebarkan dan mencapai batasnya.
  6. Evaluasi,
    adalah bagian di mana konflik mulai mendapatkan pencerahan untuk menuju ke proses penyelesaian
  7. Resolusi (Penyelesaian),
    merupakan penyelesaian dari konflik yang terjadi dalam suatu cerita.
  8. Koda,
    adalah bagian penutup atau akhir dari keseluruhan cerita yang disajikan dalam sebuah prosa fiksi / cerpen. Koda dapat berisi kesimpulan berupa amanat dari cerpen, meskipun biasanya sastra serius menghindari ini karena ingin pembacanya yang menyimpulkan amanat atau pesan dari cerpen sendiri. Terkadang koda juga dapat memuat berbagai kemungkinan-kemungkinan baru untuk celah lanjutan kisah.

Terkadang alur yang tersedia dapat disederhanakan menjadi empat saja, yaitu: orientasi, komplikasi, klimaks dan penyelesaian (resolusi). Karena, kenyataannya dalam cerpen kebanyakan penulis hanya menggunakan keempat alur itu saja dengan pengaluran struktur yang variatif.

Penjelasan lengkap mengenai alur/struktur narasi dapat disimak disini:

Struktur Cerpen: Pengertian, Bagian, Susunan, Alur & Kualitas

Nurhayati (2019, hlm.125) mengemukakan bahwa secara kualitatif alur cerita terbagi menjadi dua jenis, yakni sebagai berikut.

  1. Alur erat, yaitu alur yang memiliki hubungan erat dan padu, sehingga tidak memiliki bagian cerita yang diambil sebagian saja. Jenis alur ini saling terikat antar satu peristiwa dengan peristiwa yang lain.
  2. Alur longgar, yaitu alur yang memiliki bagian cerita yang telah diuraikan sebelumnya, disebut longgar karena adanya degresi atau masukan peristiwa lain ke dalam cerita tersebut.

Pengaluran

Sementara itu, pengaluran adalah bagaimana berbagai alur tersebut disusun. Apakah diawali oleh orientasi (pengenalan) terlebih dahulu atau justru diawali oleh konflik? Pengaluran juga memastikan bagaimana urutan peristiwa terjadi, apakah dari awal hingga akhir (alur/pengaluran maju) atau justru dari masa depan ke belakang (alur mundur).

Pengaluran juga dapat dilakukan dengan banyak kilas balik yang berarti alur maju namun dibeberapa fragmen akan mundur untuk sementara waktu (pengaluran campuran). Banyak orang yang menyebutnya dengan istilah alur maju-mundur yang sebetulnya kurang tepat, karena maju-mundur mengandung arti yang tidak sesuai.

Seharusnya, sebut saja pengaluran tersebut dengan alur maju yang memiliki kilas balik. Pengaluran juga sering tumpang-tindih dengan istilah alur sendiri, namun esensinya sama saja.

Gaya Bahasa

Gaya bahasa adalah bagaimana penggunaan bahasa yang digunakan dalam suatu cerpen. Apakah bahasa yang digunakan kasual atau justru banyak menggunakan ungkapan estetis seperti majas, dsb. Bagaimana diksi, yang merupakan pemilihan kata yang tepat atau serasi diguanakan dalam suatu cerpen.

Gaya bahasa juga dapat direka sedemikian rupa untuk menghasilkan suasana yang dibutuhkan dalam suatu cerpen. Misalnya, gaya bahasa dramatis dapat meningkatkan imaji atau suasana yang dibutuhkan untuk peristiwa memilukan.

Sudut Pandang

Sudut pandang adalah dari perspektif atau kacamat siapa penulis menyampaikan cerita. Terdapat beberapa sudut pandang yang digunakan. Sudut pandang pertama menyampaikan cerita seakan penulis adalah tokoh dan menggunakan kata ganti “Aku. Sementara sudut pandang ketiga menggunakan kacamata orang yang melihat atau menyaksikan dan menggunakan kata ganti “Dia”, “Mereka”, dsb.

Amanat / Pesan

Amanat adalah pesan positif yang dihasilkan dari prosa fiksi. Dalam cerpen, amanat yang baik tidak akan disampaikan secara langsung, namun diperlihatkan dan digambarkan melalui berbagai peristiwa dan watak tokoh yang ada. Misalnya, terdapat tokoh baik yang patut untuk dicontoh dan sebaliknya ada pula tokoh dengan watak negatif yang dapat dicatat kesalahannya agar tidak diikuti.

 Aplikasi & Fungsi Unsur Intrinsik Cerpen

Suatu hari kita mungkin tiba-tiba mendapatkan inspirasi kisah yang menarik untuk ditulis menjadi cerpen. Namun kita tahu bahwa cerita tersebut belum dapat menjadi cerita yang utuh. Jika kita tidak tahu unsur-unsur intrinsik cerpen, maka kita akan terus menerus berputar dalam lingkaran pertanyaan yang sama: apa yang kurang? Mengapa cerita ini terasa belum selesai? apa yang harus dilakukan?

Mengetahui unsur-unsur intrinsik akan menghilangkan loop hole semacam itu yang akan menghambat proses kreatif penulisan. Kita akan mengetahui bahwa ternyata inspirasi yang kita miliki adalah klimaks yang harus dilengkapi oleh orientasi (pengantar umum) dan awal terjadinya konflik. Kemudian kita juga tahu bahwa banyak unsur lain yang harus disiapkan selain inspirasi utama itu seperti: struktur, tokoh, dsb. Singkatnya, kita dapat menulis cerpen dengan sistematis.

Melakukan kegiatan kreatif dengan cara tersistem akan mempermudah dan mempercepat proses pengerjaan. Mengapa harus cepat? Karena produktivitas adalah kunci dari keberhasilan seseorang dalam menulis. Apalagi di masa revolusi industri 4.0 yang serba cepat ini, kualitas tulisan yang baik tanpa diiringi produktivitas akan menghambat karir seorang penulis.

Intinya, aktif menulis dan menyelesaikan banyak karya secara terus-menerus akan membuat seseorang menjadi penulis professional yang dapat berhasil di bidang sastra. Mengapa? karena ia akan terus berlatih dan bereksplorasi untuk menciptakan karya yang semakin lebih baik.

Jika diimbangi dengan pengetahuan, literasi dan kemampuan evaluasi karya yang dikembangkan pula, ia akan mampu menarik perhatian publik dan penerbit untuk kemudian menerbitkan karyanya. Tidak menutup kemungkinan juga seorang penulis akan diakui sebagai seorang sastrawan besar jika ia produktif menulis karya yang baik dan memberikan kontribusi terhadap perkembangan sastra.

Batasan & Manfaat Teoretik Unsur Intrinsik Cerpen

Namun jika kita mengerjakan suatu karya sastra dengan terlalu tersistematis juga maka hasil akhir tulisan akan terasa terlalu kaku. Perlu diperhatikan bahwa sistem hanyalah alat yang digunakan oleh seorang insan penulis. Jangan sampai sistem justru mengubah seorang penulis menjadi robot.

Jadi, perlakukan ilmu kesusastraan hanya sebagai alat bantu saja. Layaknya mistar yang tidak harus selalu digunakan ketika menggambar bentuk organik seperti ilalang, daun dan pepohonan yang jusru akan tampak lebih natural dengan guratan tangan bebas. Gunakan mistar saat kita membutuhkan menggambar objek yang membutuhkan presisi garis seperti rumah dan gedung.

Unsur tidak harus selalu disusun secara linear, apalagi jika berkaitan dengan struktur. Terkadang suatu struktur narasi cerpen dapat dimulai dari puncak konflik terlebih dahulu. Kemudian cerita dapat mulai memunculkan berbagai penokohan dan orientasi yang menyebabkan konflik tersebut.

Pada akhirnya fungsi utama unsur intrinsik adalah sebagai acuan dekonstruksi cerpen, novel atau prosa narasi lainnya agar lebih mudah untuk ditinjau berdasarkan masing-masing unsur sehingga dapat diketahui berbagai kelebihan dan kekurangan dari masing-masing unsur tersebut secara objektif dan presisi pada bagian yang spesifik.

Evaluasi adalah hal yang harus dilakukan baik untuk penelitian maupun menilai dan memperbaiki tulisan seseorang agar dapat menjadi lebih baik lagi. Sehingga, secara teoretik mempelajari unsur intrinsik cerpen bermanfaat baik bagi peneliti maupun penulis.

Referensi

  1. Nurhayati, Enung. (2019). Cipta Kreatif Karya Sastra. Bandung: Yrama Widya.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *