Perilaku merupakan wujud konkret dari suatu jiwa atau insan manusia yang dapat diamati langsung oleh manusia lainnya. Oleh karena itu, perilaku menjadi primadona dalam dunia psikologi yang ingin mempelajari manusia dari sisi psikisnya. Bahkan saat seorang psikiatris membicarakan kejiwaan seseorang, sejatinya apa yang ia bicarakan adalah perilakunya.

Singkat kata, tidak ada yang dapat menebak sifat atau isi hati seseorang dari sesuatu yang abstrak seperti jiwa, kedipan mata, raut wajah, ekspresi mikro, dsb. Semua itu harus dihubungkan pula dengan keterhubungannya pada tindakan, stimulus, dan respons perilaku yang diberikan. Saat semua itu dilakukan, barulah kita mampu membuat hipotesis saintifik mengenai sifat, sikap, dan bahkan intensi seseorang yang ingin kita ketahui.

Melihat fenomena tersebut, dunia bisnis dan manajemen pun tidak mau melewatkan kesempatannya. Dalam kaitan perilaku dengan manajemen, organisasi merupakan lingkungan yang sangat tepat untuk menjadi wadahnya. Oleh karena itulah perlaku organisasi digunakan hampir oleh seluruh organisasi-organisasi di dunia untuk menjadi salah satu konsepsi, teori, dan pisau analisis yang kuat untuk melakukan penelitian, evaluasi, dan bahkan tindakan untuk memperbaiki dan mengembangkan kinerja organisasi.

Pengertian Perilaku Organisasi

Menurut Wijaya (2017, hlm. 1) perilaku organisasi adalah segala hal yang berkaitan dengan bagaimana orang bertindak dan bereaksi dalam semua jenis organisasi. Mengapa tindakan dan reaksi dalam suatu organisasi ini mengambil perhatian manajemen? Karena perilaku organisasi berkaitan langsung dengan kinerja sumber daya manusia. Seperti Kotze (2009, hlm. 13) yang mengungkapkan bahwa ia melihat pentingnya mempelajari perilaku karena berkaitan dengan kinerja sumber daya manusia.

Lebih lanjut, Hartini dkk (2021, hlm. 22) mengungkapkan bahwa perilaku organisasi adalah studi mengenai perilaku manusia dalam pengaturan organisasi, antarmuka antara perilaku manusia dan organisasi, dan organisasi itu sendiri. Artinya, bukan hanya perilaku individu yang diamati dan diteliti, melainkan perilaku individu dalam kelompok, dan kebiasaan perilaku dalam organisasi itu pula.

Sementara itu, menurut Sadikin dkk (2020, hlm. 52) perilaku organisasi adalah suatu studi yang menyangkut aspek-aspek tingkah laku manusia dalam suatu kelompok tertentu, baik aspek yang ditimbulkan dari pengaruh manusia terhadap oraganisasi begitu pula sebaliknya.

Dapat disimpulkan bahwa perilaku organisasi adalah studi dan pengelolaan perilaku anggota organisasi sebagai seorang individu yang memiliki karakteristik dan tujuan-tujuan, mengelola kelompok dan juga mengelola organisasi dalam upaya meningkatkan kinerja organisasi.

Model Perilaku Organisasi

Menurut Wijaya (2017, hlm. 11-12) Perilaku organisasi merupakan bidang multidisiplin yang membahas perilaku organisasi sebagai proses individu kelompok dan organisasional. Pengetahuan ini dipergunakan oleh seseorang yang tertarik memahami perilaku manusia dan praktisi yang tertarik dalam meningkatkan efektivitas organisasional dan kesejahteraan individu. Dengan dasar ini ada tiga tingkatan analisis yang dipergunakan dalam perilaku organisasi, yaitu:

  1. proses individual,
  2. kelompok, dan
  3. organisasional.

Sementara itu, hasil yang akan diberikan adalah individual outcomes yang berupa job performance, kinerja dan organizational commitment. Mudahnya, hasil dari analisis dan pengelolaan perilaku organisasi itu dibagi dalam tiga tingkatan, yaitu perilaku individu, perilaku kelompok, dan perilaku klasifikasi.

Konsep Perilaku

Perilaku dapat diartikan sebagai tindakan atau perbuatan yang berasal dari dalam diri individu maupun dari lingkungan (Hartini dkk, 2021, hlm. 2). Perilaku pertama kali dikenalkan oleh John B. Watson pada tahun 1941. Pendekatan perilaku ini mulai banyak diminati dalam dunia psikologi pada sekitar 1920-an.

Dalam penelitiannya, Watson memasukan sebuah pendekatan sebagai salah satu alternatif dalam memahami perilaku sosial, pikiran, kesadaran, serta imajinasi. Fokus pada pendekatan perilaku adalah sesuatu yang dapat diamati, dan apa yang dapat dilakukan. Perilaku serta proses mental yang dapat diamati memiliki peranan penting dalam menjelaskan perilaku sosial pula (Mustafa, 2011 dalam Hartini dkk, 2021, hlm. 2 ).

Perilaku dibedakan menjadi dua jenis, yakni perilaku alami dan perilaku operan. Perilaku alami merupakan bawaan sejak individu lahir yang berupa insting, sedangkan perilaku operan merupakan perilaku yang dibentuk atau dikendalikan oleh pusat kesadaran.

Selain memiliki jenis yang berbeda, perilaku juga akan terpicu dengan cara yang berbeda pula. Perilaku yang terpicu oleh stimulus atau cara-cara tertentu ini disebut sebagai respons. Notoatmojo (dalam Hartini dkk, 2021, hlm. 2) membedakan respon manusia terhadap rangsangan atau stimulus menjadi dua bagian, yaitu:

  1. Reflexive respons, yakni reaksi secara spontan sebagai akibat dari adanya stimulus dari luar diri manusia. Contohnya, saat tangan terkena api maka kita akan menjauhkan tangan kita dari sana.
  2. Instrumental respons, yakni reaksi yang timbul sebagai akibat adanya rangsangan atau stimulus penguat. Misalnya, seorang yang berdedikasi tinggi terhadap organisasi diberikan reward berupa jabatan dan gaji yang lebih tinggi, maka karyawan akan meresponsnya dengan menjadi lebih giat lagi dalam bekerja.

Dengan demikian, dapat dilihat jelas bahwa perilaku memiliki banyak keunggulan dan keutuhan yang membuatnya dapat menjadi indikator konkret untuk mengevaluasi dan meningkatkan potensi seseorang. Dalam hubungannya dengan perilaku organisasi, perlaku dapat dibedakan atas perilaku individu, dan perilaku kelompok serta pengorganisasiannya.

Perilaku Individu

Perilaku manusia adalah fungsi dan interaksi antara individu dengan lingkungannya. Individu membawa tatanan dalam organisasi berupa kemampuan, kepercayaan, pengharapan, kebutuhan dan pengalaman masa lalunya. Sedangkan karakteristik individu akan dibawa memasuki lingkungan organisasi.

Perilaku individu dalam organisasi mencakup dua karakteristik yaitu, karakteristik individu dan karakteristik organisasi. Karakteristik individu mencakup kemampuan, kebutuhan, motivasi, kepercayaan, komitmen, pengalaman, pengharapan, dan lain-lain. Sedangkan karakteristik organisasi mencakup visi, misi, sistem penggajian, sistem kontrol, budaya kerja, dan lain-lain.

Dasar-dasar Perilaku Individu

Dasar perilaku Individu dapat dikaji dari empat variabel karakteristik tingkat individual, yakni sebagai berikut.

  1. Karakteristik Biografis
    Karakteristik biografis merupakan karakteristik pribadi yang meliputi usia, jenis kelamin, status perkawinan, dan masa kerja.
  2. Kemampuan
    Setiap individu punya kemampuan yang tidak sama dalam mengerjakan dan menyelesaikan berbagai tugas yang dibebankan kepadanya. Seluruh kemampuan individu secara holistik mencakup kemampuan fisik dan kemampuan non fisik (kemampuan Intelectual Quotient atau biasa disingkat IQ).
  3. Kepribadian
    Kepribadian adalah himpunan karakteristik dan kecenderungan yang stabil serta menentukan sifat atau karakteristik umum seseorang, dan merupakan perbedaan dalam perilaku seseorang. Kepribadian seseorang secara umum dibagi menjadi dua kelompok yaitu, kepribadian introvert dan kepribadian extrovert. Kepribadian juga dipengaruhi oleh faktor-faktor determinasi, antara lain: keturunan, lingkungan dan situasi.
  4. Pembelajaran
    Pembelajaran (learning) adalah setiap perubahan yang relatif permanen dari perilaku yang terjadi sebagai hasil pengalaman. Pembelajaran mengandung makna memilih, menetapkan dan mengembangkan metode atau strategi yang optimal untuk mencapai hasil pembelajaran yang diinginkan.

Dalam kaitannya dengan perilaku individu, organisasi biasanya telah memilik berbagai metode evaluasi dan program untuk meningkatkannya. Hal tersebut contohnya dilakukan dengan cara memastikan seleksi prekerutan berjalan dengan sebagaimana mestinya, sehingga didapatkan individu yang memiliki karakteristik, kemampuan, dan kepribadian perilaku yang relevan.

Selain itu, dalam segi pengembangan, perusahaan juga menyediakan berbagai pelatihan yang memberikan individu kesempatan untuk belajar dan meningkatkan potensinya, baik dalam kompetensi bidang pekerjaan, maupun perilaku yang ideal untuk organisasi.

Namun demikian, biasanya perilaku individu dalam kelompok dan perilaku khas organisasi secara umum masih cenderung kurang diperhatikan.

Kelompok dan Perilaku Pengorganisasian

McDavid dan Harari (1968, hlm 237 dalam Sadikin, 2020, hlm. 54) mendefinisikan kelompok sebagai suatu sistem yang terorganisasi yang terdiri atas dua orang atau lebih yang saling berhubungan sedemikian rupa sehingga sistem tersebut melakukan fungsi tertentu, memiliki serangkaian peran hubungan antara anggotanya, dan memiliki serangkaian norma yang mengatur fungsi kelompok dan tiap-tiap anggotanya.

Definisi di atas menekankan beberapa ciri dari kelompok, seperti peran dan norma. Peran yang ada dalam kelompok terdiri atas:

  1. peran yang dirasakan adalah serangkaian perilaku yang dianggap harus dilakukan oleh orang yang menduduki posisi yang bersangkutan;
  2. peran yang dimainkan adalah perilaku yang benar-benar dilakukan oleh seseorang.

Sementara itu, norma adalah standar yang diterima oleh para anggota kelompok, Norma memiliki karakteristik tertentu yang penting bagi para anggota kelompok, yaitu:

  1. norma hanya dibentuk sehubungan dengan hal-hal yang peting bagi,
  2. norma diterima dalam berbagai macam hirarki oleh para anggota,
  3. norma mungkin berlaku bagi setiap anggota atau mungkin hanya berlaku bagi beberapa anggota kelompok saja.

Sementara itu, Gibson dkk (1984, hlm. 324 dalam Sadikin dkk, 2020, hlm. 55) mendefinisikan kelompok yang agak berbeda dengan yang dikemukakan McDavid. Menurut Gibson, kelompok adalah dua orang bawahan atau lebih yang saling memenuhi dengan cara sedemikian rupa sehingga perilaku dan/atau hasil karya seseorang anggota dipengaruhi oleh perilaku dan/atau hasil karya para anggota lainnya.

Dua tipe kelompok, yaitu kelompok formal dan kelompok informal dibentuk karena beberapa alasan. Alasan yang dimaksudkan Gibson sebagai berikut.

  1. Pemuasan kepuasan
    Untuk memperoleh kepuasan (satijisfaction) atas terpenuhinya kebutuhan dapat mempakan day: struktur yang kuat untuk pembentukan kelompok. Khususnya kebutuhan keamanan sosial, penghargaan, dan aktualisasi diri dari beberapa bawahan dapat dipusatkan dengan cara bergabung dalam kelompok.
  2. Kedekatan dan daya tarik
    Kedekatan (proximity) adalah jarak fisik antara para bawahan yang melaksanakan pekerjaan. Sedangkan daya tarik (attraction) menunjukkan daya tarik individu yang sama dengan yang lainnya karena mereka memihki kesamaan persepsi, sikap, skill karya, atau motivasi.
  3. Tujuan kelompak
    Apabila dipahami secara seksama tujuan kelompok (group goal) dapat merupakan alasan mengapa individu tertarik kepada kelompok.
  4. Alasan ekonomi
    Seringkali individu membentuk kelompok karena berpendapat bahwa merekadapat memperoleh keuntungan ekonomis yang lebih besar dari pada pekerjaan mereka.

Keempat alasan di atas hanya dari beberapa alasan yang masih banyak lagi mengapa individu bergabung dalam kelompok.

Mengembangkan Perilaku Kelompok

Seperti halnya individu, dalam pengembangan kelomponya perlu belajar. Kegiatan belajar yang diakukan, baik berupa kegiatan individual maupun belajar bekerja sama dengan tiap-tiap anggota lainnya. Suatu proses perkembagan yang berurutan menunjukkan bahwa pada dasarnya perkembangan dimulai dari saling mempercayai di antara anggota sampai kepada saling berkomunikasi dan akhirnya memelihara pengendalian. Brenrd Bass (1965, hlm. 197-198 dalam Sadikin dkk 2020, hlm. 56) mengemukakan suatu model dari perkembangan kelompok dengan suatu asumsi bahwa kelompok menempuh tahap perkembangan sebagai berikut.

  1. Saling menerima
    Pada tahap permulaan dari pembentukan kelompok, pada umumnya para anggota segan untuk saling berkomunikasi. Para anggota secara spesifik tidak bersedia menyatakan pendapatnya, sikap, dan kepercayaannya.
  2. Komunikasi dan pengambilan keputusan
    Tahap kedua setelah kelompok saling menerima, para anggotanya mulai mengadakan komunikasi secara terbuka di antara yang satu dengan yang lainnya. Komunikasi tersebut menghasilkan kepercayaan yang meningkat dan bahkan menimbulkan interaksi yang lebih banyak di antara para anggota kelompok.
  3. Motivasi dan produktivitas
    Pada tahap ini anggota kelompok berusaha mencapai tujuan kelompok. Kelompok bekerja sebagai unit yang bekerja sama dan tidak sebagai unit yang saling berkompetisi.
  4. Pengendalian dan organisasi
    Pada tahap ini merupakan tingkat di mana afiliasi kelompok dinilai dan para anggotanya dikelola oleh norma kelompok. Norma kelompok dipegang teguh. Oleh karena itu setiap pelanggaran diberi sanksi.

Karakteristik Perilaku Kelompok

Apabila kelompok telah bergabung dengan melewati berbagai tahap perkembangan maka kelompok tersebut mulai menampakkan karakteristik tertentu. Untuk memahami perilaku kelompok perlu diketahui karakteristik umum sebagai berikut.

  1. Struktur
    Pada tiap kelompok berkembang beberapa tipe struktur setelah melewati jangka waktu terntu. Para anggota kelompok dibedakan atas dasar faktor-faktor seperti keahlian, kekuasaan, status, dan sebagainya. Tiap-tiap anggota menduduki posisi tertentu dalam kelompok. Hubungan antara posisi merupakan struktur kelompok. Struktur kelompok ini menunjukkan adanya hirarki.
  2. Hirarki status
    Status yang diberikan kepada posisi tertentu merupakan konsekuensi dari karakteristik tertentu, yang membedakan anatra posisi yang satu dengan posisi yang lainnya perbedaan status memiliki pengaruh yang amat besar atas pola dan isi komunikasi dalam kelompok.
  3. Peran
    Setiap posisi dalam struktur kelompok memiliki peran yang saling berhubungan, yan terdiri atas perilku yang diharapkan dari mereka yang menduduki posisi tersebut.
  4. Norma
    Seperti pernah disinggung di muka bahwa norma adalah standar yang diterima oleh para anggota kelompok.
  5. Kepemimpinan
    Para kepemimpinan dalam kelompok merupakan suatu karakteristik penting dalam kelompok. Pemimpin kelmpok memiliki pengaruh tertentu para anggota kelompok.
  6. Kesatupaduan
    Baik kelompok formal maupun informal tampaknya memiliki hubungan yang amat erat kesamaan sikap, perilaku, dan pebuatan. Kedekatan ini biasanya disebut kasatupaduan. Kesatupaduan dipandang sebagai kekuatan yang memaksa para anggota untuk tetap berada dalam satu kelompok. Kekuatan tersebut lebih besar dari pada kekuatan yang menarik para anggota untuk keluar dari kelompok. Kelompok yang bersatupadu tersebut meliputi orang yang saling tertarik yang satu terhadap yang lainnya kelompok yang kurang serta kesatupaduannya tidak memiliki daya tarik interpersonal bagi para anggotanya.

Referensi

  1. Kotze, S. R. (2009). Performance. Harlow: Education Limited.
  2. Marihot T.E. Hariandja, (2010). Perilaku organisasi memahami dan mengelola perilaku dalam organisasi. Bandung: Unpar Press.
  3. Sadikin, A., Misra, I., Hudin, M.S. (2020). Pengantar manajemen dan bisnis. Yogyakarta: K-Media.
  4. Wijaya, Candra. (2017). Perilaku organisasi. Medan: Lembaga Peduli Pengembangan Pendidikan Indonesia (LPPPI).

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *