Perkembangan anak usia sekolah atau periode masa tengah dan akhir kanak-kanak terjadi pada anak berusia 6 hingga 11 tahun. Anak yang memasuki periode sekolah dasar mulai belajar tentang lingkungan yang lebih luas serta mulai mempelajari tanggung jawab yang lebih kompleks. Pada periode ini, kemampuan fisik anak akan meningkat sehingga bermanfaat terhadap kegiatan yang melibatkan kemampuan atletik anak.

Selain itu, proses berpikir anak juga menjadi lebih logis. Mereka dapat mulai ikut serta dalam permainan yang memiliki aturan, menguasai keterampilan dasar akademik seperti baca, tulis, dan hitung serta memiliki pemahaman akan diri dan orang lain, aturan-aturan, mulai mengenal moralitas, dan hubungan sosial secara mendalam seperti persahabatan.

Beberapa ciri atau karakteristik anak pada usia sekolah meliputi:

  1. emosi masih labil,
  2. memiliki rasa ingin tahu yang tinggi,
  3. suka membandingkan dirinya dengan orang lain,
  4. menganggap sesuatu tidak penting (Ajhuri, 2019, hlm. 121).

Pembahasan mengenai masa anak usia sekolah ini dapat dimulai dari fase pendidikan anak usia dini seperti TK yang menjadi jembatan antara rumah dan sekolah. TK merupakan transisi dalam proses pendidikan anak. Di TK, anak di bimbing untuk melepaskan dirinya dari kebiasaan di rumah. Banyak aturan yang harus ditaati dan dilaksanakan. Di TK pula lebih diutamakan kegiatan bermain dari pada belajar. Dengan demikian mereka lebih banyak mengenal benda-benda, bergaul dengan teman sebaya, dan saling menghargai.

Setelah anak mencapai usia 6-7 tahun, perkembangan jasmani dan rohaninya mulai sempurna, dan dapat mulai keluar dari lingkungan keluarga menuju lingkungan sekolah. Pada saat inilah, sekolah menjadi lingkungan yang besar pengaruhnya terhadap perkembangan jasmani dan psikis anak.

Syarat-Syarat Masuk Sekolah

Hal ini mungkin akan menjadi banyak polemik pada masyarakat maupun akademisi. Misalnya apakah benar hanya anak 7 tahun yang mampu sekolah? Jika ditarik kebijaksanaan yang paling bijak tentunya kita akan menyimpulkan lebih baik umur 7 tahun saja, karena sebagian anak berusia 6 tahun ada yang cenderung katakanlah belum “siap” sepenuhnya.

Kesiapan ini juga bukan sebatas ia mampu atau tidak dalam bersekolah saja. Akan tetapi menyangkut bagaimana kondisi psikisnya dalam jangka panjang. Terkadang jika kita memaksakan anak yang masih belum siap bersekolah, maka sekolah akan menjadi menjemukan sepanjang masa sekolahnya. Oleh karena ini, penentuan masuk sekolah penting diperhatikan oleh orang tua.

Secara umum, berdasarkan hasil penelitian, anak berumur 6 atau 7 tahun dianggap matang untuk belajar di sekolah dasar jika:

  1. Kondisi jasmani cukup sehat dan kuat untuk melakukan tugas di sekolah;
  2. Ada keinginan belajar;
  3. Fantasi tidak lagi leluasa dan liar;
  4. Perkembangan perasaan sosial telah memadai (Ajhuri, 2019, hlm. 115).

Syarat tambahan yang harus dipenuhi untuk mengikuti pelajaran, yaitu:

  1. Fungsi-fungsi jiwa harus sudah berkembang baik dalam aspek kematangan untuk belajar membaca, menulis, dan berhitung. Adapun kriteria/kategori kematangan sekolah adalah: a) Anak sudah dapat menangkap masalah-masalah yang bersifat abstrak; b) Anak sudah dapat menggambar dengan lebih rapi; c) Anak sudah dapat melakukan kegiatan sehari-hari dengan sendiri; d) Anak sudah lebih mampu mengendalikan tubuhnya untuk duduk dan mendengarkan pelajaran dari pada masa sebelumnya (Desmita dalam Ajhuri, 2019, hlm. 115).
  2. Anak telah memperoleh cukup pengalaman dalam rumah tangga untuk di pergunakan sebagai dasar sebagai pengajaran permulaan, karena pengajaran berpangkal pada apa yang telah diketahui oleh anak-anak. Kekurangan dari salah satu syarat – syarat tersebut akan menimbulkan kesukaran ketika mengikuti pelajaran di sekolah (Zulkifli dalam Ajhuri, 2019, hlm. 116).

Tugas-Tugas Perkembangan Anak-Anak Pertengahan dan Akhir

Setiap periode perkembangan masa hidup manusia memiliki tugas-tugas yang harus dipenuhi agar mampu hidup dengan baik serta berkembang ke periode selanjutnya dengan efektif, tidak terkecuali masa anak-anak pertengahan dan akhir atau usia sekolah ini. Beberapa tugas perkembangan anak usia sekolah adalah sebagai berikut.

  1. Mempelajari dan memiliki keterampilan fisik yang mendukung aktivitas bermainnya.
  2. Memiliki gambaran diri yang sehat sebagai makhluk yang sedang bertumbuh.
  3. Melakukan sosialisasi dan menyesuaikan diri dengan teman sebaya dan lingkungannya.
  4. Mulai mengembangkan peran sosial berdasarkan identitas pria atau wanita yang tepat.
  5. Memaksimalkan keterampilan dasar yang mendukung pendidikannya seperti membaca, menulis dan berhitung.
  6. Mengembangkan pemahaman terkait hal-hal yang diperlukan untuk kehidupan sehari-hari.
  7. Mengembangkan hati nurani, moral dan tata karma (Mariyati & Rezania, 2021, hlm. 83).

Pertumbuhan Fisik Anak Usia Sekolah (Kanak-Kanak Tengah-Akhir)

Perkembangan fisik merupakan pertumbuhan yang mencakup tinggi dan berat pada badan, perubahan bentuk rupa badan, dan juga pertumbuhan massa dan fungsi otak. Terdapat perbedaan pada pertumbuhan anak ketika usia dasar dengan usia yang sebelumnya. Pertumbuhan fisik anak cenderung akan menjadi lebih lambat namun juga lebih konsisten ketika memasuki tahun ke 6 hingga tahun ke 12 kehidupan.

Perkembangan motorik atau fisik pada masa usia sekolah ditandai dengan kelebihan gerak atau aktivitas motorik yang lincah, oleh karena itu, usia ini merupakan masa yang ideal untuk belajar keterampilan, seperti menulis, menggambar, melukis, berenang, dan lain-lain (Ajhuri, 2019, hlm. 120).

Pertumbuhan pada individu di masa anak pertengahan dan akhir akan terus berlangsung hingga terbentuk perubahan signifikan di fase awal pubertas. Pertumbuhan postur maupun rupa badan ketika awal memasuki sekolah dasar biasanya masih belum dapat ditemukan keseimbangan. Namun, dengan waktu yang terus berjalan, anggota tubuh yang sebelumnya tidak seimbang akan tumbuh menjadi seimbang.

Tinggi dan Berat

Pertumbuhan tinggi badan pada anak-anak di masa pertengahan dan akhir umumnya sekitar 2 – 3 inci setiap tahunnya. Ketika menginjak usia 11 tahun, anak perempuan biasanya memiliki ketinggian 4 kaki 10 ¼ inci. Di masa kanak-kanak pertengahan dan akhir, anak-anak mengalami penambahan berat tubuh 5 – 7 pon (2,26kg –  3,17kg) pertahun (Papalia, Old & Fieldman, 2010 dalam Mariyati & Rezania, 2021, hlm. 80). Berat badan yang bertambah pada masa ini berhubungan dengan meningkatnya ukuran kerangka dan sistem otot maupun ukuran beberapa organ tubuh pada individu.

Perbandingan Tubuh

Pada masa anak-anak pertengahan dan akhir, perubahan fisik dan proporsi merupakan perubahan yang terlihat paling jelas. Pada masa ini, lingkar kepala, lingkar pinggang, dan panjang kaki semakin berkurang dibanding ketinggian tubuh (Hockenberry & Wilson, 2009 dalam Mariyati & Rezania, 2021, hlm. 81). Meskipun ukuran kepala masih terlihat lebih besar dibanding bagian badan yang lain, beberapa bagian pada wajah akan mengalami perubahan. Seperti bertambah besarnya mulut dan rahang, permukaan dahi lebih merata, bibir semakin berisi, hidung jadi lebih besar serta lebih berbentuk.

Selain itu, badan akan semakin tinggi serta menjadi lebih ramping, leher menjadi lebih panjang, dada melebar, lemak di perut akan berkurang, lengan serta tungkai memanjang (walaupun nampak kurus dan tidak terbentuk karena otot- otot belum tumbuh), tangan serta kaki lambat tumbuh membesar.

Perbandingan Otot Lemak

Pada masa pertengahan serta akhir masa anak- anak, pertumbuhan jaringan lemak akan lebih pesat dibanding jaringan otot yang baru akan berkembang pesat di awal masa remaja. Pada anak dengan postur tubuh endomorfik akan memiliki jaringan lemak yang jauh lebih banyak daripada jaringan otot, sedangkan pada postur tubuh mesomorfik sebaliknya. Pada bentuk tubuh ektomorfik cenderung terlihat kurus karena tidak terdapat jaringan yang melebihi jaringan lain.

Gigi

Sebagian besar anak yang berusia 6 tahun rata-rata akan memiliki 1 sampai 2 gigi tetap. Pada usia 10 tahun, anak-anak akan memiliki 14 sampai 16 gigi susu. Pada proses pertumbuhan gigi anak akan merasakan efek samping berupa nyeri dan tidak nyaman. Hal tersebut dapat berpengaruh terhadap keseimbangan tubuh anak. Hurlock (1993 dalam Mariyati & Rezania, 2021, hlm. 80) menambahkan bahwa efek samping itu dapat menyebabkan menimbulkan gangguan sementara pada anak-anak seperti terganggunya nafsu makan, gangguan tidur, dan gangguan perkembangan anak secara umum.

Otak

Perkembangan otak serta sistem saraf merupakan salah satu aspek tepenting dalam pertumbuhan individu. Dalam hal ini, perkembangan otak serta kepala jauh lebih cepat dibanding bagian-bagian badan yang lain. Ketika anak berusia 3 tahun, perkembangan ukuran otak pada anak telah mencapai sekitar 2/3 yang hamper menyerupai ukuran otak orang dewasa. Ketika hampir mencapai tahun ke 5 masa kehidupan, ukuran otak anak akan mencapai ukuran sebesar 90 persen dari ukuran otak dewasa.

Perkembangan Kognitif Anak Usia Sekolah

Perkembangan saraf otak juga semakin berkembang sejalan dengan perkembangan otak anak. Kognisi dan kematangan berpikir seorang anak akan matang dengan baik apabila saraf pada otak anak berkembang dengan sempurna. Kematangan otak pada anak dipengaruhi oleh rangsangan dari luar. Dalam hal ini, anak harus menunjukkan reaksi terhadap stimulus di lingkungannya agar kognisi anak dapat tumbuh dengan sempurna. Hal tersebut menjelaskan bahwa anak perlu melakukan berbagai macam kegiatan motorik untuk memaksimalkan pertumbuhan kognitif.

Perkembangan kognitif menggambarkan bagaimana kemampuan berpikiran berkembang dan berfungsi. Kemampuan kognitif dapat dipahami sebagai kemampuan anak untuk berpikir lebih kompleks, serta kemampuan melakukan penalaran dan pemecahan masalah. Kemampuan berpikir anak  pada periode usia sekolah ini berkembang dari tingkat yang sederhana dan konkret ke tingkat yang lebih rumit dan abstrak.

Piaget membagi tahap perkembangan kognitif ke dalam empat tahap dengan rentangan usia sebagai berikut:

  1. Tahap 1 : Sensorimotor (0-2 tahun),
  2. Tahap 2 : Pra-Operasionall (2-7 tahun),
  3. Tahap 3 : Operasional Konkret (7-11 tahun),
  4. Tahap 4 : Operasional Formal (11 tahun sampai dewasa).

Dengan demikian, perkembangan akan di usia sekolah berada pada tahap operasional konkret dan menuju operasional formal.

Tahap Operasional Konkret pada Anak Usia Sekolah

Pada tahap perkembangan ini kemampuan Individu dalam berpikir tentunya sudah lebih dari tahap sebelumnya. Pada tahap perkembangan anak usia sekolah ini, individu telah mampu berpikir secara rasional dan menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang sifatnya nyata (Masykuroh dkk, 2021, hlm. 65). Jika dilihat dalam kemampuan spasial, Individu pada tahap ini mampu mengingat rute, menghitung jarak antar lokasi, dan mengingat penanda lokasi. Misal, mereka sudah paham kalau mau menuju ke lokasi A akan lebih dekat lewat jalan Utara. Sudah mampu menghafal jalan menuju ke sekolah.

Individu pada tahap ini juga sudah mampu mengategorikan benda atau permasalahan. Misalnya memahami urutan pembuatan nasi goreng yang enak, mengambil kesimpulan secara lengkap. Secara penalaran, Individu pada tahap ini ada pada penalaran induktif. Maksudnya, cara berpikir mereka dimulai dengan mengobservasi objek/peristiwa baru bisa menyimpulkannya. Individu pada tahap ini juga mampu menyimpulkan sesuatu tanpa melihat atau berinteraksi dengan objeknya secara langsung. Misalnya, saat belajar matematika Ia bisa menghitung 5+5=10 tanpa bantuan alat penghitung.

Tahap Operasional Formal

Tahap perkembangan ini adalah tahap tertinggi dari kognitif seseorang. Meskipun belum sempurna, tetapi pola pemikiran periode SD kelas tinggi sudah mendekati pola berpikir orang dewasa. Pada tahap ini individu dapat berpikir abstrak, membuat hipotesis, dan sistematis mengenai sesuatu yang abstrak dan memikirkan komponen-komponen yang mungkin akan terjadi.

Penalaran yang demikian disebut sebagai penalaran deduktif hipotetik, jadi pada tahap ini Individu bisa berpikir dari membuat prediksi tanpa harus mengobservasi objek terlebih dahulu (Masykuroh dkk, 2021, hlm. 65). Individu telah mengevaluasi pernyataan verbal tanpa melihat lingkungan sekitar, atau mampu menanyakan sesuatu yang abstrak.

Sebagai contoh ketika Ia memiliki masalah, mereka dapat mengaitkan masalah yang ada dengan teori-teori untuk melihat efeknya terhadap masalah. Selanjutnya, Ia baru membuat prediksi tentang kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi untuk mengambil keputusan.

Perkembangan Psikososial Anak Usia Sekolah

Secara psikologis dan sosial, anak mengalami perkembangan yang cukup pesat di periode ini. Di dalam perkataan dan cara berpikirnya, mulai terkandung perbuatan menimbang-nimbang, menguraikan, menghubung-hubungkan sampai akhirnya mengambil keputusan, terutama pada anak SD akhir. Dalam fase ini, anak tidak lagi bersifat egosentris, artinya anak tidak lagi memandang diri sendiri sebagai pusat lingkungannya.

Anak mulai memperhatikan keadaan sekelilingnya dengan objektif yang dikarenakan timbulnya keinginan untuk mengetahui kenyataan, keinginan itu akan mendorongnya untuk menyelidiki segala sesuatu yang ada di lingkungannya.

Perkembangan Emosi/Perasaan

Perkembangan emosi pada periode anak usia sekolah telah mengalami kemajuan dibandingkan dengan saat periode prasekolah. Pada periode ini, individu sudah jarang mengungkapkan emosinya dengan cara meledak-ledak. Kemampuan mengontrol emosi diperoleh anak melalui peniruan dan latihan atau pembiasaan. Emosi-emosi yang secara umum dialami pada tahap perkembangan usia sekolah adalah marah, takut, cemburu, iri hati, kasih sayang, rasa ingin tahu, dan kegembiraan.

Perkembangan Sosial

Maksud perkembangan sosial ini adalah pencapaian kematangan dalam hubungan atau interaksi sosial. Dapat juga diartikan sebagai proses belajar untuk menyesuaikan diri dengan norma-norma kelompok, tradisi, dan moral agama. Perkembangan sosial anak dipengaruhi oleh keluarga, teman sebaya, dan guru.

Di lingkungan sosial individu dinyatakan memiliki kemampuan bersosialisasi yang baik apabila Ia dapat diterima oleh kelompok atau memiliki “geng”. Kemampuan bersosialisasi tersebut dapat dimiliki dengan cara belajar hidup bermasyarakat melalui proses-proses berikut.

  1. Belajar berperilaku yang dapat diterima secara sosial. Mengikuti standar yang berlaku dalam suatu kelompok sosial.
  2. Memainkan peran sosial yang dapat diterima. Menjalankan peran sesuai dengan kesepakatan bersama, misal saat di rumah berperan sebagai anak yang memiliki kewajiban untuk membantu orang tua membersihkan rumah.
  3. Perkembangan sikap sosial. Kemampuan untuk turut serta menjalankan aktivitas bersama dengan kelompok sosial (Masykuroh dkk, 2021, hlm.66).

Namun demikian, kemampuan individu dalam aspek sosial ini tentu berbeda-beda. Ada individu yang dengan mudah masuk ke kelompok yang baru tetapi ada individu yang kesulitan untuk beradaptasi. Permasalahan ini terjadi karena beberapa faktor berikut.

  1. Kesempatan dan waktu bersosialisasi dengan individu lain.
  2. Kemampuan berkomunikasi dengan kata-kata yang dapat dipahami individu kain.
  3. Dorongan dari dalam diri untuk mau bersosialisasi.
  4. Metode belajar dan bimbingan sosialisasi (Masykuroh dkk, 2021, hlm.66).

Perkembangan Bahasa

Anak memiliki kemampuan yang lebih dalam memahami dan menginterpretasikan komunikasi lisan dan tulis. Pada masa perkembangan bahasa nampak pada perubahan perbendaharaan kata dan tata bahasa. Anak semakin banyak menggunakan kata kerja yang tepat untuk menjelaskan satu tindakan seperti makan, minum, tidur dan mandi. Mereka belajar tidak hanya untuk menggunakan banyak kata lagi, tetapi juga memilih kata yang tepat untuk penggunaan tertentu. Area utama dalam pertumbuhan bahasa adalah pragmatis, yaitu penggunaan praktis dari bahasa komunikasi (Zulkifli dalam Ajhuri, 2019, hlm. 116).

Perkembangan Moral

Anak mulai mengenal konsep moral (mengenal benar, salah, baik atau buruk) pertama kali dari lingkungan keluarga. Usaha menanamkan konsep moral sejak dini (prasekolah) merupakan hal yang seharusnya, karena informasi yang diterima anak mengenai benar, salah, atau baik buruk akan menjadi pedoman pada tingkah lakunya di kemudian hari.

Perkembangan Fantasi

Fantasi yang senantiasa hidup akan mencari lapangan penyaluran lain, misalnya hiburan seperti membaca buku-buku, mendengarkan cerita, dan sebagainya.

  1. Beberapa masa fantasi, mencangkup: masa dongeng (4-8 tahun), masa Robinson Crusoe (8-12 tahun), masa pahlawan (12-15 tahun).
  2. Beberapa nilai fantasi, di antaranya: fantasi dapat digunakan sebagai hiburan, fantasi dapat mempermudah anak dalam menerima pelajaran, fantasi membentuk budi pekerti anak.
  3. Beberapa keburukan berfantasi, di antaranya: anak sering tenggelam ke dunia fantasinya, dan takut menghadapi kenyataan, dia menjadi orang pemalu (Zulkifli dalam Ajhuri, 2019, hlm. 117).

Referensi

  1. Ajhuri, K.F. (2019). Psikologi perkembangan pendekatan sepanjang rentang kehidupan. Yogyakarta: Penebar Media Pustaka.
  2. Mariyati, L.I., Rezania, V. (2021). Psikologi perkembangan sepanjang hidup manusia. Sidoarjo: Umsida Press.
  3. Masykuroh, K., Dewi, C., Heriyani, E., Widiastuti, H.T. (2021). Modul psikologi perkembangan. Jakarta: Uhamka.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *