Sejarah musik Barat merupakan patokan utama dalam seni musik dunia karena tradisi musik Baratlah yang hingga kini memengaruhi dunia modern. Oleh karena itu, saat kita mempelajari sejarah musik Barat, hampir dapat dikatakan pula bahwa kita sedang mempelajari sejarah musik dunia. Toh pada akhirnya musik itu bersifat universal. Setiap orang, dari mana pun asalnya, akan mampu mencerna, memahami, dan menikmati musik tanpa harus mengenal, mengerti, dan memahami bahasa lirik yang digunakan penciptanya.

Musik adalah melodi, ritme, dan harmoni yang untuk memahaminya cukup dengan bahasa rasa. Bahkan, bayi yang secara teknis belum mengerti bahasa, sudah dapat menikmati nyanyian yang didendangkan oleh ibunya.

Pada artikel ini akan dibahas perkembangan musik di mancanegara, khususnya Eropa, dengan maksud agar kita lebih mengenal akar perkembangan musik, yang hingga saat ini kita nikmati. Tentu bukan hanya karya-karya musiknya saja yang akan dibahas, melainkan ilmu pengetahuannya pula. Dengan demikian kita dapat mencari hubungannya dengan karya-karya seni kita sendiri. Melalui cara tersebut kita mampu mengenal dan memahami budaya orang lain sekaligus mengenal dan memahami diri kita sendiri dalam konteks seni musik.

Sejarah Musik Barat Beserta Budaya yang Memengaruhinya

Dapat dikatakan bahwa usia musik hampir sama dengan usia keberadaan manusia. Namun tentunya musik pada awal keberadaan manusia, jauh berbeda tingkat kemutakhirannya dengan musik masa kini. Meskipun begitu, sesederhana apa pun juga, pada prinsipnya musik itu sama, yakni hal-hal yang berhubungan dengan melodi, ritme, dan harmoni. Namun demikian, keberadaan musik purba yang tidak dapat dilacak bekasnya juga tidak gampang dijadikan sebagai bahan penulisan sejarah. Hal itu karena penulisan sejarah memerlukan bukti-bukti historis yang meyakinkan secara ilmiah. Begitu pula dengan sejarah musik barat.

Oleh karena itu, para sejarawan seni musik cenderung memulai karyanya dengan menyajikan fakta-fakta sejarah yang memiliki data-data yang cukup. Dalam hal ini, menurut Dieter Mack dan Roderick J Mc Neil (2002 dalam Tim Kemdikbud, 2018, hlm. 83) sejarah musik barat dapat disajikan dengan periodisasi sebagai berikut.

  1. Musik Zaman Yunani Kuno (mulai tahun 1100 SM)
  2. Musik Zaman Romawi (mulai tahun 753 SM)
  3. Musik Abad Pertengahan (500-1350 M)
  4. Musik Zaman Renaisans (1350-1600)
  5. Musik Zaman Barok (1600-1750)
  6. Zaman Musik Klasik (1750-1800)
  7. Musik Zaman Romantik (1800-1890)
  8. Musik Zaman Peralihan (1890-awal abad XX)
  9. Musik Abad Modern (1900-sekarang)

Berikut adalah pemaparan dari masing-masing periode sejarah musik barat.

Musik Zaman Yunani Kuno (mulai tahun 1100 SM)

Meskipun dalam sejarah Yunani ditaklukkan oleh Kekaisaran Roma, kekuatan kebudayaannya masih tetap eksis. Hal itu terbukti dari tetap digunakannya Bahasa Yunani sebagai bahasa pengantar di wilayah Laut Tengah sampai abad ke-2. Para filosof, teolog, sastrawan, arsitek, dan pemusik sering menoleh ke masa Yunani kuno untuk mencari inspirasi bagi karya-karyanya.

Masa keemasan kebudayaan Yunani Kuno terjadi pada tahun 546 – 323 SM. Pada waktu itu filsafat, kesusastraan, seni patung, arsitektur, drama, sains, dan musik berkembang sangat pesat. Menurut mitos Yunani Kuno, musik dianggap sebagai ciptaan dewa-dewi atau setengah dewa, seperti Appolo, Amphion, dan Orpheus.

Bangsa Yunani Kuno menganggap bahwa musik memiliki kekuasaan ajaib yang dapat menyempurnakan tubuh dan jiwa manusia serta membut mukjizat dalam dunia alamiah. Oleh karena itu, musik tidak dapat dipisahkan dari upacara-upacara keagamaan. Pada zaman Yunani Kuno, dikenal 9 Dewi Musik yang akan dipaparkan pada tabel di bawah ini.

No. Nama Keterangan
1. Kalliope Dewi seni sastra syair
2. Klio Dewi Sejarah
3. Erato Dewi sastra erotis
4. Euterpe Dewi sastra liris
5. Thalia Dewi ria jenaka
6. Melpomene Dewi drama sedih
7. Terpsichore Dewi tari
8. Polyhymnia Dewi seni musik (olah nada)
9. Urania Dewi ilmu bintang

Alat Musik Yunani Kuno

Alat musik lyra (alat musik petik sejenis harpa kecil) dan kithara (alat musik petik berdawai lima sampai tujuh) terkait erat dengan keberadaan aliran agama Apollo. Sedangkan aulos (sejenis alat musik tiup terbuat dari kayu yang terdiri dari dua batang yang memiliki lubang jari) berkaitan dengan aliran Dionysus.

Lyra dan kithara biasa digunakan untuk mengiringi puisi epik (sejenis Illiad, ciptaan Homer dari abad ke-8 SM) dan juga sebagai alat musik solo. Aulos biasa dipakai untuk mengiringi sajian dithyramb (suatau jenis puisi yang khusus diperdengarkan dalam ibadah Dionysus). Aulos juga dipakai untuk mengiringi sekelompok paduan suara dan musik bagian-bagian lain yang dibutuhkan dalam drama-drama agung ciptaan Sophocles dan Euripides.

Bukti-bukti keberadaan alat musik lyra dan aulos dalam kebudayaan Yunani Kuno dapat dilihat dari ditemukannya gambar-gambar alat musik itu dalam periuk-periuk keramik kuno yang masih bertahan hingga masa kini.

Perlombaan permainan aulos dan kithara dalam pekan musik instrumental dan vokal menjadi semakin populer setelah abad ke-5 SM. Hal ini menyebabkan lahirnya virtuoso-virtuoso, yakni orang yang sangat mahir memainkan alat musik dan membawakan lagu. Penggarapan musik dan lagu pun otomatis semakin kompleks dan rumit. Dalam kaitannya dengan pendidikan musik, kompleksitas dan kerumitan yang menjadi kecenderungan para virtuoso ini kemudian dikritik oleh filosof kenamaan, yaitu Aristoles (sekitar abad ke-4 SM).

Setelah kejayaan masa Yunani Kuno, mulailah muncul reaksi terhadap kompleksitas teknik dalam musik, baik secara teoretis maupun secara praktis. Reaksi penyederhanaan atas kompleksitas musik Yunani Kuno dilakukan sejak awal zaman Kristen.

Contoh-contoh notasi musik zaman Yunani Kuno memang tidak banyak. Namun ada yang masih hingga masa kini, yaitu:

  1. dua lagu pujian kepada Apollo (sekitar tahun 150 SM),
  2. sebuah lagu untuk acara minum (sekitar tahun 150 SM), dan
  3. tiga lagu dari Mesomede, Kreta, (sekitar abad ke-2 M) (Tim Kemdikbud, 2018, hlm. 90).

Teori Musik Zaman Yunani Kuno

Dari lagu-lagu yang ditemukan pada zaman Yunani Kuno, dapat diketahui bahwa musik Yunani Kuno umumnya memiliki sifat:

  1. Monofonis (satu suara) dengan heterofoni pada waktu alat-alat musik mengikuti suara.
  2. Sudah dipraktikkannya improvisasi, namun diatur melalui konvensi-konvensi bentuk dan gaya dengan pola melodi yang mendasar.
  3. Musik dan teks berhubungan sangat erat serta melodi dan irama, teks dalam hal ini puisi, sangat menentukan cara penyusunannya dalam musik.

Bangsa Yunani adalah bangsa pelopor ilmu pengetahuan di dunia. Oleh karena itu, dalam hal teori musik, zaman Yunani Kuno menghasilkan karya-karya yang cukup banyak dan monumental. Bahkan, teori musik yang lahir pada zaman itu masih berpengaruh dan menjadi acuan hingga masa kini.

Ukuran interval-interval musik, termasuk pembagian oktaf ke dalam delapan nada yang dibuat oleh Pythagoras pada abad ke-6 SM masih digunakan hingga kini. Rumusan ide Harmoni dari Alam Semesta (Music of the Spheres)-nya juga menjadi ide yang sangat populer di kalangan ahli teori musik dari Abad Pertengahan.

Ide-ide teori musik Yunani Kuno yang lahir dari para filosof di antaranya:

  1. Harmonics (risalah teori musik tertua) yang menguraikan tetrakord (kumpulan empat nada berjarak satu kuart) karya Aristoxemus (tahun 330 SM) teori ini kemudian disederhanakan oleh Ptolomeus, ahli atematika abad ke-2 M.
  2. Ethos, teori tentang efek musik terhadap moral, karya Plato (tahun 427-347 SM) dan Aristoteles (tahun 384-322 SM). Dalam teori ini mereka menyatakan bahwa musik dapat berpengaruh terhadap emosi pendengarnya. Musik yang baik akan berpengaruh baik terhadap moral pendengarnya, musik yang buruk juga akan berpengaruh buruk kepada pendengarnya.

Tokoh-tokoh seni musik yang dikenal pada zaman Yunani Kuno adalah Plato (427 – 247 SM), Aristoteles (384 – 322 SM), Aristexemos (350 – 300 SM).

Musik Zaman Romawi (mulai tahun 753 SM)

Kekuasan kekaisaran Roma sangat luas dan kuat sehingga stabilitasnya mampu membantu perkembangan kesenian. Alat-alat musik yang diciptakan dan dikembangkan oleh pemusik Roma pun semakin banyak dan bervariasi. Alat-alat musik yang lahir pada masa Romawi di antaranya adalah:

  1. Beberapa jenis musik tiup dari logam seperti trompet dan horn.
  2. Sejenis organ hidrolis dengan papan tuts yang memanfaatkan tekanan air sebagai peniupnya.

Alat-alat musik ini dipakai dalam teater-teater terbuka untuk mengiringi pertarungan para gladiator. Popularitas musik pada zaman Romawi Kuno ini semakin meningkat karena Kaisar Nero pun dikenal sebagai pemusik andal.

Musik Abad Pertengahan (500-1350 M)

Abad pertengahan diawali dengan runtuhnya kekaisaran Romawi. Pada awalnya musik abad pertengahan masih bersifat monofonik. Monofonik berasal dari kata Yunani monos, berarti tunggal, dan phooneoo berarti berbunyi. Monofonik berarti jenis musik yang hanya terdiri dari satu suara saja tanpa iringan apa pun.

Seni musik abad pertengahan juga didominasi oleh musik gereja yang bersumber pada seni musik Yahudi dalam hal ini adalah madah (nyanyian yang bersumber dari ayat-ayat suci). Seni musik pada masa ini didominasi oleh musik gereja. Pada masa ini seni musik monofonik mencapai puncak kesempurnaan artistik, terutama pada masa Paus Gregorius Agung (540-604). Oleh sebab itu, musik pada Abad Pertengahan juga disebut musik Gregorian.

Pada abad pertengahan, teori musik juga berkembang. Guido de Arezzo, teoritikus musik asal Itali pada tahun 1050 menciptakan metode menghafal nada. Ia berpangkal pada tangga nada hexachord, yaitu deretan 6 nada dengan interval ½ di tengah. Guido de Arezo memberi nama nada-nada yang sekarang dikenal sebagai solmisasi berdasarkan Himne Yohanes. Ia mengambil suku awal lirik lagu tersebut untuk memberi nama nada.

Pada abad pertengahan juga mulai dibedakan antara birama dan irama. Birama adalah sistem tekanan yang tetap, sedangkan irama adalah sistem gerak melodis yang penuh kehidupan, dinamika, dan variasi. Bentuk-bentuk nyanyian pada masa ini, terutama nyanyian-nyanyian untuk gereja umumnya bersifat resitatif.

Jenis-jenis dan bentuk lagu pada masa abad pertengahan di antaranya adalah sebagai berikut.

  1. Litani, Lagu cerita kepahlawanan dalam ayat-ayat panjang;
  2. Sekwensi;
  3. Kanzone, Himne tipe ab ab cd (ab pertanyaan, cd jawaban);
  4. Rondo, Nyanyian berbait dengan refren.

Diketahui ada 450 troubadour pada masa itu yang menghasilkan 2.500 syair dan kirakira 300 lagu.

Musik Zaman Renaisans (1350-1600)

Kata renaisans berasal dari Bahasa Prancis renaissance yang berarti “lahir baru” menemukan kembali jati diri manusia (Tim Kemdikbud, 2018, hlm. 94). Artinya, manusia dengan akal budi dan dan aspirasi, cipta, karya, karsanya berhak untuk menentukan hal-hal yang berkaitan dengan individunya. Inilah awal aliran humanisme.

Tahap awal perkembangan gerakan renaisans dalam kesenian dan kesusastraan terasa di Italia, kemudian menyebar ke Eropa Utara. Di Italia muncul tokoh-tokoh seni dan sastra, antara lain Botticelli, Leonardo da Vinci, Raphael, Michelangelo, Cellini, Ariosto, dan Machiavelli. Peristiwa-peristiwa bersejarah selama masa renaisans di antaranya:

  1. Penemuan percetakan sekitar tahun 1450 oleh Johann Gutenberg yang mengakibatkan suatu revolusi dalam penyebaran informasi dan ide-ide di seluruh Eropa.
  2. Runtuhnya kota Contantinople atau Buzantium karena serangan Turki pada tahun 1453. Banyak sarjana yang melarikan diri ke Italia kemudian mengembangkan bahasa Yunani Kuno, kesenian, dan filsafat Yunani Kuno.
  3. Reformasi Protestan yang dipelopori Martin Luther King pada tahun 1517 yang mulai memasukkan musik polifonik untuk ibadah di gereja.

Musik banyak dikembangkan selama masa renaisans. Oleh karena itu, lebih banyak musik diciptakan dan diperdengarkan daripada masa-masa sebelumnya. Dua faktor terpenting dalam perkembangan ini adalah pencetakan musik polifonik yang mulai ada pada tahun 1501 dan dukungan bangsawan yang berpendidikan dan membutuhkan hiburan berkualitas tinggi.

Selain itu, risalah-risalah tentang bagaimana memainkan berbagai jenis alat musik mulai diterbitkan sehingga jumlah pemusik amatir meningkat dengan pesat. Sebagai buah perkembangan ini, instrumen musik yang dulunya hanya digunakan sebagai pengiring lagu, mulai dibuat komposisinya.

Ada enam variasi bentuk lagu-lagu instrumental pada masa renaisans, yaitu:

  1. Musik vokal yang dimainkan dengan alat musik.
  2. Ansambel berdasarkan melodi-melodi yang sudah ada.
  3. Bentuk variasi dengan penambahan nada-nada hias untuk mengiringi tarian.
  4. Bentuk ricercar, fantasia, dan chanzona yaitu komposisi berdasarkan tema dan variasi, bukan berdasarkan irama tarian. Ketiga bentuk ini biasanya berupa ansambel.
  5. Toccata dan Prelude, karya bentuk bebas yang memakai banyak figurasi.
  6. Musik tarian, yaitu musik untuk iringan tari.

Musik Zaman Barok (1600-1750)

Istilah barok diambil dari bahasa Portugis barocco yang berarti mutiara. Istilah ini sebenarnya tidak digunakan pada waktu itu. Istilah barok hanya digunakan untuk memberi identitas bagi sebuah masa perkembangan seni musik pada masa tahun 1600-an hingga tahun 1750-an yang tidak ada ciri-ciri dramatis dibandingkan dengan masa sebelumnya.

Namun, seperti halnya bidang seni lain, suatu masa baru muncul setelah terjadi tarik-menarik gaya antara kaum konservatif yang ingin mempertahankan estetika musik lama dengan kaum pembaharu yang inovatif.

Awalnya gaya musik zaman Barok dikritik sebagai musik yang harmoninya kurang jelas, kehilangan bentuk normal, eksentrik (berlebihan), kurang bermutu, bahkan dekaden (merosot). Namun, karena perkembangan dasar-dasar estetika yang baru, gaya musik barok semakin dinilai secara positif.

Gaya musik zaman Barok memang tidak jelas, berbelit-belit, dan bombastis. Namun hidup, lancar, lincah, dan penuh perasaan sehingga sangat cocok untuk penyajian opera yang saat itu mulai populer.

Selain bertambah jumlahnya, alat-alat musik juga semakin tinggi mutu suaranya. Selain alat-alat musik yang sama dengan masa Renaisans yang berkembang di lingkungan istana, alat-alat musik rakyat juga mulai berkembang. Alat-alat musik rakyat tersebut meliputi:

  1. Oktavgeige (biola sederhana),
  2. drehleier (alat musik gesek dengan dawai bordun),
  3. gitar,
  4. hackbrett (sejenis sitar),
  5. maultrommel,
  6. pikolo,
  7. recorder,
  8. schalmei (mirip klarinet),
  9. genderang,
  10. castagnet,
  11. xilophon,
  12. lonceng kecil.

Berkembang pula alat-alat musik tiup baru prommer, fagot, dan raket yang kemudian lenyap kecuali obo dan klarinet.

Zaman Musik Klasik (1750-1800)

Menurut Frederich Blume (1958 dalam Tim Kemdikbud, 2018, hlm. 97) musik klasik adalah karya seni musik yang sempat mengintikan daya ekspresi dan bentuk bersejarah sedemikian rupa hingga tercipta suatu ekspresi yang meyakinkan dan dapat bertahan terus.

Zaman klasik ditandai dengan kembalinya gaya seni yang memperhatikan kaidah-kaidah formal. Pada masa ini seniman kembali menengok kepada gaya seni zaman Yunani Kuno. Struktur bentuk dan komposisi musik kembali mengikuti kaidah-kaidah formal dalam mencapai kesempurnaan.

Seperti halnya pada awal zaman Barok yang merupakan suatu reaksi terhadap Zaman Renaisans, musik Zaman Klasik juga merupakan reaksi atas zaman barok. Hal ini tampak dari timbulnya dua gaya, yaitu gaya galan dan gaya sensitif.

Gaya galan berciri:

  1. lebih bebas,
  2. lebih mudah untuk dimengerti,
  3. enak melodinya,
  4. ornamentasi yang lebih halus,
  5. iringan tanpa keterikatan jumlah suara,
  6. ditujukan terutama kepada penggemar musik,
  7. bertujuan untuk menghibur secara lebih bermutu, dan
  8. bukan ditujukan untuk menciptakan komposisi yang berat.

Sementara itu, gaya sensitif memiliki ciri-ciri :

  1. menentang gaya Barok yang terlalu kaku dan terlalu emosional,
  2. musik lebih sebagai ungkapan pribadi yeng diungkapkan dalam penerapan dinamika (crescendo), dan
  3. ungkapan rasa suka dan duka.

Zaman Klasik bermula sepeninggal Johann Sebastian Bach dan George Friederich Handel. Ciri-ciri utama musik klasik adalah sebagai berikut.

  1. Pemakaian crescendo dan decrescendo.
  2. Pemakaian accelerando (mempercepat tempo) dan ritartando (memperlambat tempo) dalam penyajian musik.
  3. Pembatasan pemakaian nada-nada penghias (ornament).
  4. Pemakaian akor trinada (akor tiga nada).

Musik Zaman Romantik (1800-1890)

Istilah romantik dalam sejarah perkembangan musik Eropa berhubungan dengan perasaan, sikap batin, dan jiwa manusia. Pada zaman ini karya seni musik dianggap lebih mengikuti gerak hati penciptanya. Oleh karena itu gaya musik pada zaman ini begitu bebas dan tak terbatas.

Karya seni apa pun selalu terpengaruh oleh keadaan zamannya. Musik romantik yang muncul pada abad ke-19 tentu juga terpengaruh oleh keadaan masyarakat pada abad ke-19. Kita tahu pada awal abad tersebut kehidupan masyarakat mengalami perubahan dalam kehidupan politik dari yang semula bersifat absolut, dipimpin raja-raja atau kaisar-kaisar, menjadi demokratis, dengan pemimpin dipilih rakyat.

Perkembangan musik Romantik dapat dilihat dari fase-fase romantik berikut.

Romantik Awal (1800-1830)

Pada era ini musik diwarnai dengan usaha manusia melarikan diri ke dunia irasional. Komponis menimba bahan dari dunia dongeng yang ajaib dan misterius tidak hanya untuk karya-karya operanya, tetapi juga untuk musik instrumentalia (Beethoven) dan musik kamar (nyanyian Schubert).

Romantik Tinggi (1830-1850)

Gaya romantik berkembang ke seluruh Eropa. Komponis-komponis menciptakan karyakarya dengan semangat baru yang romantis. H. Berlioz (Prancis) menciptakan Symphonie Fantastique. Chopin (Prancis) memikat para pencinta musik piano. Paganini (Italia) menunjukkan kemahirannya dalam permainan biola. Liszt (Jerman) menumpahkan emosinya dalam permainan piano Mendelssohn (Jerman) menemukan kembali dan mementaskan musik Bach secara romantis. Wagner (Jerman) dan Verdi (Italia) menciptakan opera gaya baru yang mempesona.

Romantik Akhir (1850-1890)

Pada masa ini muncul generasi baru, yaitu C. Franck, Bruckner, Brahms, dan lain-lain dengan estetika dan bentuk baru yang bergaya naturalisme dan nasionalisme.

Ciri Musik Zaman Romantik

Ciri khas musik zaman romantik adalah sebagai berikut.

  1. Segi bentuk
    Musik romantik masih mempertahankan bentuk musik klasik tetapi dengan perluasan dan perubahan. Bentuk-bentuk baru yang populer adalah lagu piano singkat, lagu sastra simfoni, drama musik.
  2. Segi harmoni
    Musik romantik mengembangkan musik klasik dengan penambahan nada-nada kromatis.
  3. Segi ritmik
    Ritmik musik klasik dikembangkan. Unsur-unsur ritmik seperti tempo mendapat perhatian secara cermat karena ritmik dianggap sebagai bagian dari ungkapan rasa dalam musik. Partitur-partitur musik secara cermat diberi catatan-catatan yang berkaitan dengan ritmik. Ada pemakaian tempo sampai mendetail seperti Andante molto cantabile e non troppo mosso. Tempo-tempo ekstrim juga mulai dipraktikkan, misalnya ekstrim cepat atau ekstrim lambat. Ikatan pada metronom manzel (penanda tempo, lihat pelajaran kelas VII)
  4. Segi warna suara
    Instrumen yang menghasilkan suara alamiah seperti flute (suling), klarinet, tuba, dan trombon lebih diutamakan karena dapat menimbulkan suasana sakral dan khidmat.

Tokoh-tokoh musik jenis nyanyian yang terkenal pada zaman romantik adalah Franz Peter Schubert (1797-1828), Robert Schumann (1810-1856), Robert Franz (1815-1892), Johannes Brahms (1833-1897), dan Wilhelm Richard Wagner (1813-1883) yang juga mendapat sebutan sebagai Bapak Opera.

Musik Zaman Peralihan (1890-awal abad XX)

Sepeninggal Wagner, musik zaman romantik berakhir. Setelah itu musik memiliki ciri yang lebih tegas warna nasionalnya karena pada saat itu mulai muncul kesadaran nasionalisme. Komponis zaman peralihan di antaranya adalah Cesar Auguste Franck (1822-1890), Gustav Mahler (1860-1911), Peter Ilych Tschaikovsky (1840-1893), dan Sergei Rachmaninoff (1873-1943).

Musik Abad Modern (1900-sekarang)

Seiring dengan munculnya kesadaraan kebangsaan dan pembebasan dari belenggu kolonialisme di abad 20, seni musik juga mengalami revolusi bentuk dan gaya. Ciri paling penting dalam gerakan musik modern adalah sikap emansipatif, yaitu sikap yang ingin membebaskan diri dari segala belenggu aturan yang mengekang kebebasan berekspresi. Maka, mulailah gejala munculnya aliran musik impresionistis, ekspresionisme, dan eksperimental. Gaya ini berciri tidak teratur. Bagi komponis masa modern, ketidakteraturan ini menimbulkan misteri dan ketegangan yang tidak terduga.

Gaya impresionisme mulai merasuk ke dunia musik. Gaya musik ini menekankan pada timbulnya kesan yang kuat bagi pendengar. Claude Achille Debussy (1862-1918) merupakan pelopor aliran musik impresionisme. Musik Debussy mulai memasukkan sistem tonal yang tidak hanya dari nada-nada diatonis saja, tetapi juga memasukkan nada-nada pentaonis. Salah satunya adalah nada pentatonis gamelan Jawa.

Orkes-orkes mengalami perubahan ke arah ekonomis, yaitu dengan memilih bentuk-bentuk ansambel kecil. Karena memasukkan nada-nada pentatonis yang tidak lazim dalam eksperimen musiknya, musik zaman ini mulai memberikan suasana yang tersendiri, menarik, eksotis, aneh, tetapi memaksa orang untuk mendengarkan. Komponis masyhur di era modern di antaranya adalah Richard Strauss (1864-1947), Arnold Schoenberg (1874-1951), Bela Bartok (1881-1945), dan Igor Stravinsky (1882-1971).

Ciri lain dari zaman modern adalah industrialisasi dalam segala bidang. Musik pun dipengaruhi industrialisasi ini. Bunyi-bunyian yang bersumber dari suara-suara mesin industri dicoba digali untuk memberi sentuhan warna musik modern. Teknologi audio visual yang berkembang pesat juga mendorong perkembangan musik modern untuk selalu berdampingan dengan industrialisasi. Maka, babak baru dunia musik lahir dengan ditandai mulainya musik elektronik. Di sini peranan radio dan studio rekaman sangat penting.

Kebangkitan Musik Kontemporer

Ketika pertama kali Pierre Schaeffer, teknisi Radio-diffusion Television Francaise (RTF) membuat rekaman dan menyiarkan musik elektronik (5 Oktober 1948) dalam acara konser bunyi, sambutan luar biasa diberikan oleh masyarakat. Sejak saat itu musik elektronik berkembang dengan sangat pesat. Setelah tahun 1960 teknologi menemukan alat rekam audio visual multijalur (multitrack), alat musik synthesizer, multimedia elektronik, dan komputer, musik kontemporer semakin menemukan bentuknya.

Musik kontemporer yang muncul seiring dengan perkembangan teknologi audio visual modern adalah musik jazz, musik rakyat, teater musik, musik film, rock, blues, musik populer, musik hiburan, dan musik-musik lainnya.

Kini, musik berkembang lebih jauh. Dengan dukungan teknologi informasi yang membuat antarnegara serasa tidak lagi berbatas, musik satu etnis dengan etnis yang lain sudah saling memengaruhi. Perhatikan musik populer yang tidak lagi mengenal batas negara. Dari Afrika sampai Amerika, dari Australia sampai Canada warna musik berbaur begitu rupa.

Dengan musik kita dapat menyaksikan seorang anak muda Jepang menyanyikan lagu bergaya jazz dari Amerika. Di lain pihak, anak muda Amerika memainkan warna lokal Afrika dalam musiknya. Anak muda Afrika kita saksikan menyanyikan lagu khas Hawai, sementara anak muda Cina menyanyikan lagu Hindustan. Maka tak perlu risau jika gamelan Jawa, Sunda, dan Bali juga mulai digemari anak-anak muda dari mancanegara. Juga penyanyi gendhing-gendhing Jawa (sinden) ternyata berkulit putih. Sementara anak-anak muda kita tergila-gila musik R&B. Itulah globalisasi di bidang musik.

Referensi

  1. Tim Kemdikbud. (2018). Seni Budaya XI. Jakarta: Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang, Kemendikbud.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *