Short term memory dan long term memory adalah dua jenis memory atau daya ingatan yang memiliki fungsinya sendiri dalam proses ingatan maupun kognisi secara umum. Short term memory seperti namanya berarti memori jangka pendek atau ingatan jangka pendek yang digunakan untuk memproses ingatan secara cepat dengan tujuan untuk menggunakan dan memprosesnya saat itu juga. Sementara itu hal dan pengalaman-pengalaman akan disimpan pada long term memory jika hal tersebut baru akan digunakan di kemudian hari.

Sederhananya seperti itu, akan tetapi tentunya short term memory dan long term memory ini merupakan persoalan yang lebih kompleks dari itu. Untuk mendalaminya ada baiknya apabila kita mengetahui pengertian atau definisi dari memory atau daya ingat itu sendiri yang akan disampaikan sebagai berikut.

Pengertian Memory

Memory atau Ingatan adalah proses mental manusia yang menghubungkan pengalaman dengan masa lampau melalui kemampuan mengingat, menyimpan dan menimbulkan kembali pengalaman-pengalaman yang telah di alaminya (Saleh, 2018, hlm. 66). Artinya memory adalah suatu mekanisme untuk melakukan proses ingatan, seperti yang diungkapkan oleh Suparwi (2020, hlm. 49) bahwa memori adalah proses memasukkan, menyimpan, dan mengeluarkan kembali informasi dan pengalaman yang kita peroleh.

Sementara itu, menurut Warsah & Daheri (2021, hlm. 91) memory atau daya ingatan adalah kekuatan jiwa untuk menerima, menyimpan, dan mereproduksi kesan-kesan. Mengingat adalah perbuatan menyimpan hal-hal yang sudah pernah diketahui atau dialami untuk pada suatu saat lain dikeluarkan dan digunakan kembali. Tanpa ingatan, maka hampir tidak mungkin seseorang mempelajari atau melakukan aktivitas kognisi lainnya.

Baca juga: Ingatan (Proses Mental Manusia): Memasukan, Menyimpan, Kelupaan, dsb

Pengertian Short Term Memory

Short term memory (STM) adalah sistem memori yang memiliki kemampuan yang terbatas dan terlibat dalam proses mengingat suatu informasi untuk kurun waktu yang singkat (Suparwi, 2020, hlm. 52). Kurun waktu singkat itu sesingkat apa? Short term memory menyimpan informasi dalam suatu area penyimpanan sementara yang bersifat sangat terbatas dan rentan memudar dengan cepat, apalagi jika informasi tersebut tidak diulang atau direhearsed. Hal ini diketahui dari penelitian yang dilakukan oleh Lioyd Peterson dan Margaret Intons melalui eksperimen mereka mengenai STM.

Untuk mengetahui berapa batasan short term memory dan bagaimana mengukur batasan tersebut, pasangan Peterson membuat suatu eksperimen dengan meminta partisipan untuk membaca atau menghafal suatu hal yang dibatasi oleh waktu, kemudian diberi arahan untuk mengingat kembali apa yang telah dibaca dan diingat tanpa ada pengulangan. Hasil penelitian tersebut menyimpulkan bahwa jika informasi tidak diulangi (apalagi diulang-ulang), informasi tersebut akan terhapus dalam short term memory (Baihaqi, 2016, hlm. 83).

Fungsi Short Term Memory

Memori jangka pendek memiliki dua fungsi penting, yakni:

  1. untuk menyimpan material yang diperlukan untuk periode waktu yang pendek; dan
  2. Short term memory merupakan stasiun perhentian ke memori jangka panjang yang artinya, informasi berada di memori jangka pendek sementara ia sedang disandikan menjadi memori jangka panjang.

Salah satu teori yang membahas transfer dari memori jangka pendek menjadi memori jangka panjang dinamakan dual-memory model. Model ini dikembangkan sejak lama dan variasi model ini terus digunakan untuk mengorganisasi dan mengarahkan riset psikologi kognitif.

Penemuan-penemuan neuorofisiologis juga menunjukkan bahwa kedua penyimpanan memori yang berbeda tersebut memiliki letak tertentu dalam struktur otak manusia. Struktur memori manusia yang paling penting adalah lobus temporal dan hipokampus. Secara khusus hipokampus adalah sebuah tempat penyimpanan sementara bagi long term memory yang akan memproses informasi awal dan memindahkan informasi-informasi tersebut ke korteks serebral sebagai tempat penyimpanan yang lebih permanen (Baihaqi, 2016, hlm. 85).

Model Working Memory (Memori Kerja)

Kini, Short term memory juga sering disebut sebagai working memory atau memori kerja. Memori kerja didefinisikan secara konseptual sebagai suatu tipe kerja yang secara konstan mengubah, mengombinasikan dan memperbarui informasi baru ataupun lama (Suparwi, 2020, hlm. 53). Model memori kerja menyanggah pandangan bahwa short term memory hanyalah sekedar “kotak” di kepala dan konsep memori kerja juga menyanggah gagasan bahwa kapasitas short term memory hanya terbatas pada tujuh item.

Baddley (dalam Suparwi, 2020, hlm. 53) menyatakan bahwa rentang memori ditentukan oleh kecepatan kita mengulang informasi. Intisari dari gagasan Baddely adalah bahwa kita dapat melakukan pengulangan hanya sejumlah informasi yang terbatas dalam putaran fonologis (phonological loop), dan satu satunya determinan adalah waktu yang dibutuhkan untuk mengucapkan kata-kata tersebut secara lisan.

Komponen kedua dalam memori kerja adalah “alas sketsa visuospasial (visuospatial sketchpad) yang memiliki kemiripan dengan putaran fonologis namun berperan mengendalikan kinerja visual dan spasisal. Eksekutif sentral (central executive) berperan layaknya seorang penyedia yang menentukan topik-topik yang seharusnya diabaikan dan apa yang harus dilakukan apabila sistem mengalami masalah.

Tidak lama setelah model memori kerja diperkenalkan, para peneliti mengungkapkan lebih banyak informasi mengenai putaran fonologis, visuopital dan hakikat eksekutif sentral menggunakan standar pengukuran dalam ilmu psikologi. Cabeza dan Nyberg (1997) menemukan bahwa putaran fonologis memiliki kaitan aktivasi bilateral pada lobus frontal dan parietal, alas sketsa visuospital mengaktifkan area area yang berbeda dalam korteks. Penahan episodik adalah suatu sistem berkapasitas terbatas yang menggabungkan informasi dari LTM, dari alas sketsa visuopasial, serta dari putaran fonologis kedalam eksekutif sentral (Baihaqi, 2016, hlm. 85-86).

Kapasitas Short Term Memory

Seberapa besar kapasitas dari Short term memory? ditemukan pada pengamatan Sir william Hamilton, seorang filsuf abad ke-19 yang mengatakan: “jika anda melemparkan segenggam kelereng ke lantai, Anda paling-paling hanya mampu mengamati secara sekaligus, enam atau paling banyak tujuh tanpa rasa bingung.”

Melalui hasil observasi Hamilton tersebut, Miller menyusun hipotesis bahwa kapasitas kita untuk memproses informasi memiliki batas sekitar tujuh unit atau Item. Dalam hipotesis miller, keterbatasan-keterbatasan tersebut diakibatkan oleh adanya sejumlah mekanisme yang bersifat mendasar dan umum.

Namun demikian, seperti yang telah dibahas sebelumnya, hipotesis bahwa short term memory hanya mampu menyimpan 7 item ini ditentang oleh model working memory. Misalnya, terbukti bahwa dengan menerapkan chunking kita dapat menambah jumlah Ijen yang dapat disimpan pada short term memory.

Chunking adalah alat mengingat yang kuat yang sangat meningkatkan jumlah informasi yang dapat diandalkan dalam memori jangka pendek. Menghafal nomor telepon adalah salah satu contoh yang sering digunakan dalam penggunaan chunking. Biasanya kita membagi nomor telepon tersebut menjadi tiga atau empat bagian, sehingga dengan demikian kita akan dapat mudah mengingat dan menghafal nomor tersebut.

Chunking sangat berguna ketika anda mencoba untuk menghafal sejumlah besar informasi, seperti urutan nomor atau daftar kata. Proses chunking adalah suatu proses yg penting karena menjelaskan fenomena short term memory yang mampu memproses sejumlah besar informasi tanpa menyebabkan “kemacetan” dalam rangkaian pemrosesan informasi.

Penyandian & Pengambilan Informasi dalam Short Term Memory

Informasi yang tersimpan dalam STM dapat berupa informasi auditori, visual, dan semantik. Sandi auditorik merupakan sandi yang paling dominan dari STM, yakni partisipan mendapatkan informasi dengan pendengaran, sandi visual yaitu partisipan mendapatkan informasi dengan penglihatan. Sandi semantik adalah sandi yang berhubungan dengan makna (Baihaqi, 2016, hlm. 88-91).

Era modern pemrosesan informasi sangat dipengaruhi oleh sebuah teknik ekperimental yang di kembangkan oleh Saul Sternberg. Teknik eksperimental Sternberg melibatkan sebuah tugas pemindaian serial yang didalamnya partisipan mendapatkan stimuli berupa serangkaian item, misalnya angka, dengan jeda 1,2 detik setiap item. Diasumsikan bahwa item-item tersebut disimpan dalam STM partisipan. Setelah partisipan menghafalkan daftar, ia menekan sebuah tombol untuk memunculkan sebuah angka yang ada (atau yang tidak ada) dalam daftar yang telah dilihat sebelumnya.

Tugas partisipan adalah membandingkan angka tersebut dengan daftar yang telah diingatnya dan menjawab apakah angka tersebut memang ada didaftar atau tidak. Setiap tugas berisi daftar yang berbeda. para peneliti mengubah-ubah ukuran daftar sesuai kapasitas STM yaitu dari satu hingga enam angka. Pada dasarnya, tugas ini mengharuskan partisipan mencari angka-angka dalam suatu daftar untuk menemukan jawaban yang tepat.

Pencarian seperti ini dapat berhenti dengan sendirinya saat partisipan telah menemukan angka tersebut dan memberikan jawaban, sebaliknya partisipan mungkin melakukan pencarian menyeluruh terhadap daftar di memori sebelum melaporkan jawabannya, terlepas ia menemukan angka itu atau tidak (Solso dkk dalam Suparwi, 2020, hlm. 56).

Referensi

  1. Baihaqi, MIF. (2016). Pengantar psikologi kognitif. Jakarta: Erlangga.
  2. Saleh, A.A. (2018). Pengantar psikologi. Makassar: Penerbit Aksara Timur.
  3. Suparwi, S. (2020). Pengantar psikologi kognitif. Salatiga: LP2M IAIN Salatiga.
  4. Warsah, I., Daheri, M. (2021). Psikologi: suatu pengantar. Yogyakarta: Tunas Gemilang Press.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *