Pengertian Sugesti

Sugesti adalah pengaruh terhadap jiwa atau perilaku seseorang dengan maksud tertentu, sehingga pikiran dan kemauan terpengaruh olehnya (Warsah & Daheri, 2021, hlm. 157). Misalnya, sugesti dapat ditimbulkan kepada siswa yang akan mengikuti apa yang dikehendaki oleh gurunya, seperti supaya mau belajar. Hal tersebut dapat terjadi karena siswa yang sedang belajar memang sedang dalam keadaan, situasi, dan kondisi untuk untuk belajar di lingkungan yang mendukungnya (sekolah), dan guru memiliki kewajiban, wewenang, legalisasi, dan status sosial untuk mengajar.

Sementara itu, menurut (Haryanto & Sujatmiko, 2018, hlm. 249) sugesti adalah pengaruh-pengaruh yang diberikan oleh seseorang atau sekelompok orang kepada seseorang atau sekelompok orang sehingga orang yang mendapatkan sugesti akan menuruti apa yang menjadi keinginan dari si pemberi sugesti tanpa pertimbangan-pertimbangan yang bersifat rasional. Dengan demikian, sugesti dapat diartikan pula sebagai pemberian pengaruh pandangan seseorang kepada orang lain dengan cara tertentu sehingga orang tersebut mengikuti dan terpengaruh oleh pandangan tersebut tanpa berpikir panjang.

Selanjutnya, menurut Gerungan (2015, hlm. 65) Sugesti dapat diartikan sebagai suatu proses di mana seseorang menerima cara pandang atau pedoman prilaku dari orang lain tanpa kritik terlebih dahulu. Dengan kata lain salah satu kuncian sugesti adalah untuk tidak membiarkan orang lain menggunakan kemampuan berpikir kritisnya terhadap hal yang ingin kita desak masuk dalam pemikirannya.

Lebih lanjut, Ahmadi (dalam Warsah & Daheri, 2021, hlm. 157) pernah berkata “Sugesti adalah pengaruh atas jiwa atau perbuatan seseorang sehingga pikiran, perasaan dan kemauannya terpengaruh dan dengan begitu orang mengakui atau meyakini apa yang dikehendaki dari padanya”. Artinya, sugesti adalah pengaruh atas jiwa atau perbuatan seseorang, sehingga pikiran, perasaan dan kemauannya terpengaruh, dan dengan begitu orang mengakui apa yang dikehendaki dari padanya.

Syarat Sugesti

Inti dari pada sugesti ialah didesakkan suatu keyakinan kepada seseorang, yang olehnya diterima mentah-mentah, tanpa pertimbangan yang dalam. Hal tersebut dapat dilakukan apabila syaratnya terpenuhi, yakni:

  1. Pihak yang mempengaruhi, mendesakkan suatu keyakinan, pendapat atau anggapan kepada orang lain.
  2. Pihak yang dipengaruhi, didesak untuk menurut dan menerima pendapat atau tanggapan yang dikenakan kepadanya.

Tanpa adanya kedua hal tersebut, maka sugesti tidak akan terjadi (hanya satu pihak). Menyugesti orang berarti mempengaruhi proses kejiwaan (pikiran, perasaan, dan kemauan) orang lain, sehingga orang yang disugesti mengikuti dan berbuat apa seperti yang disugestikan kepadanya.

Syarat-Syarat Mudah Terjadinya Sugesti

Sugesti merupakan upaya untuk mempengaruhi, baik itu mempengaruhi orang lain ataupun memengaruhi dirinya sendiri. Persoalannya adalah, terkait dengan waktu kapan sugesti itu lebih mudah terjadi pada manusia. Menurut Gerungan (2015, hlm. 65-66) secara garis besar, terdapat beberapa keadaan tertentu serta syarat-syarat yang memudahkan sugesti terjadi, yakni sebagai berikut.

1. Sugesti karena hambatan berpikir

Sugesti lebih mudah terjadi apabila seseorang berada dalam keadaan ketika cara-cara berpikir kritisnya sedang terkendala. Hal ini juga dapat terjadi misalnya apabila orang itu sudah lelah berpikir, tetapi juga apabila proses berpikir itu dikurangi dayanya karena sedang mengalami rangsangan-rangsangan emosional. Misalnya, seorang detektif kriminal dengan sengaja membuat tersangkanya kelelahan berpikir dan kesal dengan ditanyai pertanyaan sama berulang-ulang hingga secara tidak sengaja, akhirnya sang tersangka mengeluarkan hal yang sebenarnya (apabila dia memang berbohong).

2. Sugesti karena keadaan pikiran terpecah-pecah (disosiasi)

Manusia banyak memiliki persoalan. Karena banyaknya persoalan dan permasalahan yang dihadapinya, maka manusia sering kali dihinggapi oleh kelelahan dan keletihan. Ketika pikiran manusia dihambat oleh adanya faktor kelelahan, yang amat sangat atau karena rangsangan emosional, sugesti itu pun mudah terjadi pada diri orang apabila ia mengalami disosiasi dalam pikirannya, yaitu apabila pemikiran orang itu mengalami keadaan terpecah-belah. Kondisi ini juga dapat terjadi ketika seseorang menjadi bingung karena ia dihadapkan pada kesulitan-kesulitan hidup yang terlalu kompleks bagi kapasitas mentalnya. Dalam keadaan bingung seperti ini, maka seseorang lebih mudah terkena sugesti dari orang lain yang dianggap mengetahui jalan keluar dari kesulitan-kesulitan yang dihadapinya itu. Dalam kondisi yang seperti ini, sugesti orang lain akan sangat mudah ia terima, dan bahkan akan menuruti apa saja yang diberikan oleh si pemberi sugesti.

3. Sugesti karena otoritas atau prestise

Seseorang yang menjadi bawahan akan lebih mudah menerima sugesti dari atasannya. Hal ini juga berlaku seperti pada keadaan seseorang cenderung lebih menerima pandangan-pandangan atau sikap-sikap yang diutarakan oleh para ahli dalam bidangnya. Hal tersebut karena seseorang dianggap memiliki otoritas pada bidang tersebut atau memiliki prestise sosial yang tinggi. Realitas sebagaimana digambarkan di atas banyak ditemui dalam kehidupan sehari-hari, bahwa otoritas dan prestise sangat berpengaruh dalam hal pemberian sugesti. otoritas dan prestise merupakan salah satu faktor yang mempermudah proses pemberian sugesti, baik pada seseorang yang sedang mengalami kebingungan atau disosiasi ataupun seseorang yang sedang dalam keadaan mental yang stabil.

4. Sugesti karena mayoritas

Dalam kehidupan sosial masyarakat, dikenal adanya komunitas atau kelompok. Dalam kelompok ada yang anggotanya banyak dan ada pula yang anggotanya sedikit. Dalam hal ini, orang lebih cenderung akan menerima suatu pandangan atau ucapan apabila ucapan itu didukung oleh mayoritas, oleh sebagian besar dari golongannya, kelompoknya, atau masyarakatnya. Mereka cenderung untuk menerima pandangan itu tanpa pertimbangan lebih lanjut karena jika sebagian besar berpendapat demikian, ia pun dengan suka rela ikut berpendapat demikian. Kenyataan yang demikian menunjukkan bahwa sugesti mayoritas akan mudah diikuti oleh minoritas atau seseorang.

5. Sugesti karena “will to believe”

Terdapat pula pendapat bahwa sugesti justru membuat seseorang sadar akan adanya sikap-sikap dan pandangan-pandangan tertentu pada orang-orang. Dengan demikian, yang terjadi dalam sugesti itu adalah diterimanya suatu sikap atau pandangan tertentu karena sikap atau pandangan itu sebenarnya sudah terdapat padanya tetapi dalam keadaan terpendam. Dalam hal ini, isi dari sugesti akan diterima tanpa pertimbangan lebih lanjut karena ada pribadi orang yang bersangkutan sudah terdapat suatu kesediaan untuk lebih sadar dan yakin akan hal-hal disugesti itu yang sebenarnya sudah terdapat padanya. Jenis sugesti semacam ini dapat pula disebut sugesti karena will to believe atau sugesti karena keinginan untuk meyakini dirinya.

Cara Menyugesti

Selain dapat digunakan untuk meyakinkan orang lain atau diri sendiri, sugesti juga dapat dijadikan fasilitas bagi pengobatan gangguan psikologi. Contohnya ialah pengobatan gangguan psikologi di klinik hipnoterapi menggunakan komunikasi terapeutik (Candi dan Putra, 2015). Tampak bahwa sugesti merupakan salah satu gejala yang sangat bisa dimanfaatkan untuk berbagai hal untuk memersuasi atau mendorong orang lain agar melakukan sesuatu.

Mungkin tidak semua orang mampu melakukan sugesti seperti bagaimana para terapis bersertifikat dan otoritas melakukannya terhadap pasien-pasiennya. Hal tersebut membutuhkan pendidikan dan pelatihan khusus yang tidak sembarangan. Namun demikian terdapat sebagian sugesti sederhana yang dapat dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari oleh siap pun yang mau mencobanya. Menurut Warsah & Daheri (2021, hlm. 158)  sugesti dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut.

  1. Membujuk,
    seperti bagaimana guru selalu berusaha agar didiknya maju, yaitu dengan jalan membujuk agar ia lebih rajin agar hidupnya dapat sukses atau bisa membantu orangtua;
  2. Memuji,
    merupakan suatu pernyataan yang positif tentang seseorang, dengan tulus dan sejujurnya. Pujian itu adalah sesuatu ucapan yang membuat orang yang mendengarnya merasa tersanjung, sehingga dapat juga memberikan motivasi;
  3. Menakut-nakuti,
    misalnya dengan memperingatkan anak yang suka makan cokelat berlebih, awas jangan terlalu banyak makan cokelat, nanti gigimu bolong dan perutmu juga bisa sakit;
  4. Menunjukkan kekurangan atau kelebihan,
    contohnya adalah bagaimana seorang guru akan memperingatkan bahwa jika siswanya tidak rajin belajar, maka kemungkinan sekolahmu akan gagal, dan tidak bisa sukses. Sebaliknya, apabila ia rajin dan sekolahnya berhasil, maka ia ia juga akan berhasil dalam kehidupan.

Sugesti dalam Kehidupan Sehari-hari

Sugesti sangat sering terjadi dan hampir di setiap kesempatan komunikasi yang terjadi selalu ada sugesti yang disampaikan baik itu secara sadar ataupun tidak sadar, dan dampak dari sugesti ditanggapi dengan perubahan perilaku dari penerima sugesti (Rohmi, Erfahmi dan Sami, 2017 dalam Warsah & Daheri, 2021, hlm. 159).

Kehidupan Organisasi (Perusahaan/Pekerjaan)

Sugesti mempunyai peran penting, baik dalam kehidupan pada umumnya. Contohnya, dalam suatu organisasi, dengan adanya sifat-sifat sugesti dalam kepemimpinan, maka akan terjadi:

  1. Pimpinan banyak disenangi anak buahnya, di sini seorang pimpinan mampu membuat kesan yang baik dan memberi dorongan supaya adanya perbuatan seseorang, sehingga pikiran, perasaan dan kemauannya terpengaruh, dan dengan begitu orang mengakui apa yang dikehendaki dari padanya yang menjadikan ai sebagai pimpinan yang banyak diseangi karena mampu memberikan sesuatu yang dapat meningkatkan semangat dari anak buahnya;
  2. Adanya kepercayaannya besar kepada pimpinannya, di sini akan menyebabkan para karyawan mempunyai kepercayaan yang kuat kepada pimpiannya sehingga kegiatan yang dilakukan dapat terlaksana sengan baik;
  3. Pimpinan akan dihormati, diturut dan diperhatikan segala perintahnya.

Sekolah/Lingkungan Pendidikan

Sementara itu dalam lingkungan sekolah, sugesti akan memberi kemungkinan kepada setiat elemen prilaku dalam dalam interaksi edukatif antara siswa dan pihak sekolah seperti:

  1. Membuat peserta didik mempunyai rasa hormat kepada guru sehingga karakter baik tersebut akan tertanam kepada diri anak;
  2. Membuat peserta didik memperhatikan pelajaran yang diberikan;
  3. Membuat peserta didik sungguh-sungguh melaksanakan perintah-perintah, suruhan-suruhan yang diberikan oleh guru;
  4. Nasihat-nasihat dan petunjuk-petunjuk guru akan diturut peserta didik.

Alat-Alat Sugesti

Terdapat alat-alat (bukan benda fisik) untuk menanamkan pengaruh sugesti kepada pihak lain. Beberapa dari alat sugesti yang dapat digunakan tersebut menurut Warsah & Daheri (2018, hlm. 159) adalah sebagai berikut.

  1. Mata (pandangan tajam, lemah lembut, dan sebagainya).
  2. Roman muka (manis, kasih sayang, dan sebagainya).
  3. Teladan (tingkah laku yang baik, sopan santun, kejujuran dan sebagainya).
  4. Gambar (gambar majalah-majalah, mingguan, buku-buku, dan sebagainya).
  5. Suara (merdu, sinis, perintah, dan sebagainya).
  6. Warna (dalam reklame, sandiwara).
  7. Slogan atau semboyan (dalam pertempuran, pembangunan, rapat-rapat demonstrasi).

Referensi

  1. Candi, John Royle, and Dedi Kurnia Syah Putra. “Proses Komunikasi Terapeutik Dalam Hipnoterapi Di Trance Clinic Kota Bandung.” eProceedings of Management 2.1 (2015).
  2. Gerungan, W.A. (2015). Psikologi sosial. Bandung: Refika Aditama.
  3. Haryanto, A.T.,  Sujatmiko, E. (2018). Kamus sosiologi. Surakarta: Aksara Sinergi Media.
  4. Warsah, I., Daheri, M. (2021). Psikologi: suatu pengantar. Yogyakarta: Tunas Gemilang Press.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *