Pengertian Supply Chain

Supply chain adalah semua langkah yang terlibat secara langsung atau tidak langsung untuk memenuhi permintaan pelanggan yang meliputi serangkaian kerja sama antara beberapa usaha (perusahaan) sehingga dapat memproduksi dan mengirimkan produk dari bahan baku ke produk jadi di tangan konsumen akhir (Ismanto, 2020, hlm. 101). Perusahaan yang berkolaborasi meliputi: Pemasok bahan baku, produsen, pedagang, distributor, agen, pengecer dan bahkan konsumen sendiri (Kaihatu, dalam Ismanto, 2020, hlm. 101).

Sementara itu, menurut Simchi-Levi, dkk (dalam Ismanto, 2020, hlm. 101) Supply chain atau rantai pasok adalah jaringan organisasi independen dan saling terkait yang secara bersama dan saling menguntungkan untuk mengatur, mengontrol, dan meningkatkan aliran bahan (material) dan data (informasi) dari pemasok ke pengguna. Karena tujuan dari persediaan atau pasokan (supply) adalah berbagai macam barang yang disimpan di gudang dengan sifat pergerakan yang sedikit berbeda, panjang rantai pasokan juga telah dipilih oleh perusahaan, tergantung pada bagaimana bahan baku diisi dan metode persediaan.

Selanjutnya, menurut Nursani & Rachman (2022, hlm. 11) supply chain atau rantai pasok adalah organisasi atau sekumpulan organisais yang memasok bahan baku, memproduksi produk dan mengirimkannya kepada konsumen akhir. Pengertian ini masih senada dengan pendapat para ahli sebelumnya dan semakin menunjukkan bahwa persoalan supply chain ini amatlah kompleks. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu alat atau tata kelola yang biasa disebut dengan supply chain management atau manajemen rantai pasok yang akan dipaparkan di bawah ini.

Pengertian Supply Chain Management

Supply chain management adalah praktik dan disiplin ilmu manajemen yang lazim digunakan oleh industri manufaktur di sektor bisnis untuk mengelola proses bisnis termasuk sistem produksinya yang menyelaraskan proses bisnis dari hulu ke hilir sehingga mewujudkan nilai pasar dan ekonomi, serta memberikan perusahaan keunggulan kompetitif atas pesaing bisnis mereka (Nursani & Rachman, 2022, hlm. 10).  Supply chain adalah jaringan fisiknya, sedangkan supply chain management adalah alat, metode, atau pendekatan pengelolaannya.

Sementara itu, menurut Sakti (dalam Ismanto, 2020, hlm. 102) supply chain management (SCM) merupakan sekumpulan metode dan pendekatan guna meningkatkan integritas dan efisiensi antara pemasok, manufaktur, gudang dan toko sehingga barang dagangan dapat diproduksi dan didistribusikan dengan akurat baik dari sisi jumlah, lokasi maupun waktunya.

Sedangkan menurut Said (dalam Ismanto, 2020, hlm. 102) manajemen rantai pasokan adalah cara mengelola informasi dalam bentuk barang atau jasa, dari pemasok terbesar hingga pengguna akhir menggunakan sistem terintegrasi untuk mencapai tujuan yang sama. Lebih lanjut Ismanto (2020, hlm. 101) menjelaskan bahwa memahami definisi operasional dari supply chain management harus diiringi dengan pemahaman tiga aspek sebagai berikut.

  1. Supply chain management merupakan pendekatan yang digunakan untuk mencapai integrasi efektif antara pemasok, produsen, distributor, pengecer, dan pelanggan.
  2. Supply chain management mempengaruhi manajemen biaya.
  3. Supply chain management memainkan peran penting dalam meningkatkan kualitas layanan perusahaan kepada pelanggan.

Hal pertama yang perlu ketahui tentang mengelola arus barang dan jasa dalam rantai pasokan adalah gambaran lengkap yang lengkap dari semua tautan (mata-rantai) dari awal hingga selesai atau alur dalam supply chain. Misalnya, rantai pasokan pabrik kertas dimulai dengan produsen bahan baku, bahan pembantu, peralatan, dan pemasok lainnya dari hutan. Selain itu, hal dasar penting lain yang dapat dipahami mengenai supply chain management itu adalah berbagai unsur atau komponen-komponen yang membentuk supply chain itu sendiri yang akan dipaparkan sebagai berikut.

Komponen Supply Chain

Menurut Nursani & Rachman (2022, hlm. 11) terdapat tiga macam komponen atau segmen dalam supply chain, yaitu: upstream supply chain, internal supply chain, dan downstream supply chain yang akan dijelaskan sebagai berikut.

  1. Upstream Supply Chain
    Upstream supply chain adalah bagian hulu dari supply chain yang meliputi aktivitas dari suatu organisasi perusahaan atau institusi dengan para rekanan pemasok yang dapat berupa pabrik, agen tunggal, distributor, perantara, pedagang eceran, hingga penyedia layanan jasa. Aktivitas utama rantai pasok hulu adalah proses perencanaan, serta pencarian pemasok dan pengadaan barang atau jasa.
  2. Internal Supply Chain
    Rantai pasok internal ini meliputi seluruh proses penerimaan barang ke gudang atau jasa yang disediakan rekanan pemasok agar dapat digunakan untuk keperluan proses internal supply chain, baik proses penggunaan, produksi, atau rencana alokasi persediaan di dalam rantai pasok internal itu sendiri. Perhatian utama dari komponen internal supply chain ini adalah manajemen produksi, penyimpanan dan pengendalian persediaan, serta manajemen pengendalian mutu.
  3. Downstream Supply Chain
    Rantai pasok hilir meliputi semua aktivitas yang melibatkan proses transportasi dan distribusi dari alokasi persediaan atau barang yang tersedia dalam proses rantai pasok internal ke para penerima akhir. Penerima akhir dapat berupa pabrik, agen tunggal, distributor, perantara, pedagang eceran, hingga penyedia layanan jasa. Perhatian diarahkan pada proses transporatasi, distribusi, serah-terima, dan layanan purna-jual.

Jenis-Jenis Supply (Persediaan)

Selain itu, Ada beberapa jenis inventaris (persediaan), yaitu sebagai berikut.

  1. Bahan baku (raw materials).
    Merupakan yang harus ditransformasikan atau diolah agar dapat menjadi suatu barang jadi atau produk.
  2. Barang setengah jadi (work in process product).
    Barang yang sudah hampir dapat digunakan akan tetapi membutuhkan proses lanjut atau perakitan agar dapat dipakai.
  3. Barang komoditas (commodity).
    Merupakan bahan mentah yang dapat dijual begitu saja karena dibutuhkan sebagai bahan baku bahkan oleh pengecer maupun konsumen akhir sekalipun seperti kopi, sayuran, beras, dsb.
  4. Barang proyek.
    Merupakan barang yang dibutuhkan oleh proyek tertentu yang biasanya berkaitan dengan produk jasa.

Siklus Supply Chain Management

Manajemen rantai pasok memiliki siklus atau tahapan berulang untuk menjalankan fungsinya. Menurut Nursani & Rachman (2022, hlm. 15) siklus supply chain management ini meliputi: plan (perencanaan), source (pencarian pasokan), make (produksi), dan deliver (pengiriman) yang akan dijabarkan sebagai berikut.

  1. Plan (perencanaan).
    Proses yang menyeimbangkan permintaan dan pasokan untuk menentukan tindakan terbaik dalam memenuhi kebutuhan pengadaan, produksi, dan pengiriman. Plan atau perencanaan ini mencakup proses menaksir kebutuhan distribusi, perencanaan atau pengendalian persediaan, perencanaan produksi, perencanaan material, perencanaan kapasitas, dan melakukan penyesuaian supply chain plan dengan financial plan.
  2. Source (Pencarian pasokan dan pengadaan).
    Source atau sourcing adalah proses pencarian pasokan dan pengadaan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan produksi. Proses ini meliputi penelusuran pasokan dan penyedia, pemilihan penyedia, pengiriman dari penyedia, penerimaan dan pemeriksaan, penyelesaian pembayaran kepada penyedia pemasok, dan evaluasi kinerja penyedia. Proses ini amatlah bervariasi, tergantung pada apakah barang yang dibeli termasuk persediaan, barang jadi, atau barang pesanan.
  3. Make (Produksi).
    Proses ini mentransformasikan bahan baku atau komponen menjadi barang atau produk yang akan digunakan oleh pengguna akhir. Bentuk transformasinya dapat berupa proses: a) menghasilkan suatu output produk terkait proses penelitian atau kerja operasional; b) melakukan kegiatan produksi termasuk penjadwalan produksi, melakukan pengetesan kualitas, mengelola barang setengah jadi, memelihara fasilitas produksi, dll; c) aktivitas menggunakan dan memanfaatkan barang/jasa yang berbentuk aset atau barang habis pakai dalam kegiatan administrasi dan operasional pelayanan, seperti peralatan medis di rumah sakit, kendaraan operasional, mesin fotokopi, alat telekomunikasi, dsb. Pada tahap ini juga dilakukan proses pengendalian mutu (quality control) dan administrasi pergudangan (inventory management) untuk bahan baku, setengah jadi, dan barang jadi baik yang baru masuk gudang (inbound) dan keluar gudang ke pengguna akhir (outbound).
  4. Deliver (pengiriman/pendistribusian).
    Proses pengiriman dilakukan untuk mengirimkan dan mendistribusikan barang/jasa ke pengguna akhir. Proses ini biasanya meliputi manajemen order, manajemen transportasi, dan distribusi. Proses yang terlibat di antaranya adalah menangani permintaan dari pengguna akhir, memilih penyedia jasa pengiriman, melacak status pengiriman, dan melakukan administrasi pengembalian produk (return).

Strategi Supply Chain

Manajemen rantai pasokan berarti semua jenis kegiatan utama komoditas (dalam bentuk bahan baku) untuk penjualan produk akhir kepada konsumen. Ketika membahas rantai pasokan, seringkali ada kasus di mana bahan baku dibeli oleh pabrik. Selain itu, barang-barang manufaktur diproduksi di satu atau lebih pabrik, dikirim ke gudang untuk penyimpanan sementara, dan kemudian dikirim ke distributor, pengecer, atau pelanggan.

Akibatnya, untuk mengendalikan biaya dan meningkatkan tingkat layanan, strategi rantai pasokan yang efektif harus mempertimbangkan, antara lain, interaksi di berbagai tingkat dalam rantai pasokan:

  1. Aliran barang yang terjadi dengan partisipasi arus barang fisik atau mungkin non fisik, seperti energi dari pemasok ke konsumen melalui rantai penghubung yang tidak terputus. Aliran yang timbul baik dalam produksi maupun dalam pengiriman dan aliran balik dalam bentuk pengembalian barang (karena barang cacat, pengiriman berlebih, kesalahan pengiriman) untuk pemrosesan dan pembuangan akhir (Indradjit & Djokopranoto, dalam Ismanto, 2020, hlm. 103).
  2. Alur informasi, termasuk perkiraan jumlah permintaan, transfer pesanan dan laporan tentang status pesanan (pelacakan posisi). Aliran ini berjalan dua arah antara pemasok bahan baku dan pengguna akhir.
  3. Aliran keuangan, ini termasuk informasi tentang kondisi kredit, kelayakan kredit, aturan mengenai letter of credit dan jadwal pembayaran untuk menetapkan kepemilikan dan pengiriman (Ismanto, 2020, hlm. 103).

Selain itu, untuk mendukung terbentuknya supply chain yang baik, organisasi juga harus memperhatikan:

  1. Dukungan sumber daya manusia, kepemimpinan dan komitmen untuk berubah;
  2. Memahami sejauh mana perubahan yang diperlukan;
  3. Menyetujui visi dan proses inti manajemen rantai pasok;
  4. Komitmen pada perlunya sumber daya dan kekuasaan atau wewenang untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Ruang Lingkup Supply Chain Management

Menurut Kaihatu (dalam Ismanto, 2020, hlm. 104) beberapa pokok persoalan utama yang menjadi aktivitas ini dari supply chain management ini di antaranya adalah sebagai berikut.

  1. Konfigurasi jaringan yang ada.
    Terkait dengan jumlah dan tingkat distribusi lokasi pemasok, fasilitas produksi, di mana terdapat pusat distribusi (distribution center) dan fasilitas penyimpanan.
  2. Strategi dalam melakukan distribusi.
    Meliputi sistem distribusi yang digunakan, apakah menggunakan sistem sentralisasi atau desentralisasi, praktek pengapalan yang dilakukan, strategi merespons order konsumen (pull) atau mengantisipasi order (push). Semua proses dalam supply chain masuk ke dalam salah satu dari dua kategori tergantung pada relativitas waktu eksekusi perusahaan untuk mengakhiri permintaan pelanggan. Dengan pul process, eksekusi dimulai sebagai respons terhadap pesanan pelanggan. Dengan push process, eksekusi dimulai dengan mengantisipasi pesanan pelanggan. Oleh karena itu, pada saat eksekusi pull process, permintaan pelanggan diketahui dengan pasti, sedangkan pada push process, permintaan tidak dikenal dan harus diperkirakan.
  3. Ketersediaan sistem informasi.
    Sistem informasi yang diperlukan pada setiap mata rantai sering kali mengalami kendala. Kendala tersebut meliputi apakah menggunakan sistem yang terintegrasi dan prosesnya melalui suatu rantai supply untuk mendistribusikan informasi-informasi vital ke tangan rantai supply Yang menjadi masalah jika informasi penting itu tidak sampai ke tangan rantai supply lainnya, termasuk permintaan sinyal, perkiraan, inventaris, transportasi, dan sebagainya.
  4. Manajemen Inventory.
    Sasaran akhir dari suatu manajemen inventory adalah untuk meminimumkan biaya dalam perubahan tingkat inventory, yaitu: a) Upaya untuk mempertahankan tingkat inventory yang optimal dan diperlukan informasi atas dua pertanyaan penting seperti: kapan perusahaan harus melakukan pemesanan? Berapa jumlah kebutuhan yang harus dipesan?; b) Keputusan melakukan pemesanan, dapat dilakukan dengan pendekatan yaitu: (1) Berpedoman pada titik pemesanan kembali (reorder point approach) (2) Pendekatan pesanan tinjauan periodik (periodic review approach) (3) Rencana permintaan barang (material requirement planning approach). Kuantitas dan lokasi dari inventaris termasuk stok barang mentah, alur dalam proses kerja, hingga inventaris barang jadi.
  5. Aliran dana.
    Misalnya mengatur syarat pembayaran serta metodologi untuk menukar dana dengan entitas yang ada dalam supply chain.
  6. Pelaksanaan supply chain.
    Tindakan dalam mengatur dan melakukan koordinasi pergerakan material, informasi maupun dana yang terjadi pada rantai pasok tersebut. Alurnya terjadi secara dua arah.

Referensi

  1. Ismanto, J. (2020). Manajemen pemasaran. Tangerang Selatan: Unpam Press.
  2. Nursani, D., & Rachman, A. (2022). Pengantar manajemen rantai pasok. Jakarta: Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pengadaan Barang/Jasa.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *